Sabtu, 09 November 2013

KEINDAHAN ALAM KOTA SERIBU GUA

  Kota Seribu Gua adalah julukan bagi Kota Pacitan, Jawa Timur. Sebutan seribu gua diberikan karena Pacitan yang sebagian wilayahnya merupakan daerah karst ini memang menyimpan banyak gua di dalam perut buminya. Kota yang terletak di pesisir selatan Jawa ini menjadi lebih dikenal masyarakat Indonesia setelah salah satu putera daerahnya, Susilo Bambang Yudoyono alias SBY, menjadi presiden. Saya pun menjadi tertarik untuk mengunjungi  kota ini, tentu saja untuk berburu tempat wisata alam kesukaan saya.
Dari informasi yang saya peroleh, ada beberapa obyek wisata alam yang menjadi andalan Kabupaten Pacitan, yaitu Goa Tabuhan, Goa Gong, Pantai Klayar, Pantai Watu Karung, Pantai Teleng Ria, dan Pemandian Air Hangat Arjosari. Dari sekian banyak obyek itu, tentu saja tidak cukup jika hanya tersedia waktu satu hari. Oleh karena itulah saya harus memilih dua lokasi saja untuk saya kunjungi. Akhirnya saya memilih Goa Gong dan Pantai Klayar. Dua lokasi wisata tersebut sudah cukup membuat saya takjub dan menarik kesimpulan bahwa Pacitan menyimpan potensi besar untuk dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata, tentu saja dengan pembangunan dan perbaikan sarana dan prasarana yang ada seperti fasilitas jalan yang bagus dan tersedianya penginapan yang mencukupi. Ya, kondisi jalan yang tidak baik masih menjadi kendala untuk tujuan ini. Saya merasakan ketidaknyamanan ini saat perjalanan saya dari Yogyakarta menuju Pacitan. Saya sekeluarga memilih rute Yogyakarta - Gunung Kidul – Wonogiri – Pacitan. Kondisi jalan selama melewati Kabupaten Gunung Kidul sangat bagus, tetapi begitu memasuki Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Pacitan kondisi jalan sangat berbeda, banyak jalan yang rusak dan bergelombang. Meskipun kondisi jalan di dalam kota Pacitan bagus dan mulus, tetapi kondisi jalan di luar kotanya terasa kontras. Untunglah, kekecewaan karena kondisi jalan yang jelek ini dapat terobati dengan suguhan keindahan alam Pacitan yang saya dapatkan.

1. Keindahan Isi Perut Bumi Pacitan di Goa Gong
Goa Gong terletak di Dusun Pule, Desa Bromo, Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan, atau sekitar 37 km arah barat daya Kota Pacitan. Dari buku yang saya baca, gua ini dikelilingi oleh sederetan gunung, yaitu Gunung Manyar di sebelah utara, Gunung Gede di sebelah timur, Gunung Karang Pulut di sebelah selatan, dan Gunung Grugah di sebelah barat. 
 Setelah membayar biaya retribusi sebesar 5 ribu rupiah per orang di depan pintu masuk area wisata, untuk menuju gua ini pengunjung harus mendaki banyak anak tangga yang telah tersedia untuk mencapai mulut gua yang terletak di atas bukit. Di sepanjang menyusuri anak tangga dari lokasi parkir kendaraan menuju mulut gua, pengunjung dilewatkan pada deretan warung-warung yang menjajakan makanan maupun suvenir khas tempat wisata ini. Makanan khas yang banyak dijajakan di tempat ini adalah nasi pecel, sale pisang, keripik jagung, keripik pisang, tempe benguk, dan gula jawa, sedangkan cindera mata yang khas daerah ini adalah perhiasan dan pernak-pernik dari batu akik. Baik pada jalur menuju maupun keluar dari area gua, pengunjung sengaja dilewatkan pada deretan kios-kios tersebut.
Beberapa meter dari pintu gua, banyak warga lokal yang menawarkan jasa penyewaan senter dan guide. Saya pun memanfaatkan kedua jasa tersebut, dengan membayar 5000 rupiah untuk sewa senter dan 20 ribu rupiah untuk jasa guide. Dengan demikian, saya bisa menyusuri gua dengan leluasa dan terarah sesuai petunjuk dari Sang guide. Saya tidak mengira, mulut gua yang tampak sangat kecil dan tersembunyi dibandingkan dengan kemegahan gunung-gunung yang mengelilinginya, ternyata menyimpan keindahan yang luar biasa di dalam ketujuh ruangan yang ada di dalamnya. Ya, Goa Gong memang dinobatkan sebagai gua yang terbesar di Asia Tenggara, dengan 7 ruang utama di dalamnya. Keindahan stalagmit dan stalagtit yang terdapat di setiap ruang yang terbentuk secara alami itu pun sungguh menakjubkan.
Untuk menyusuri semua ruang alami di gua ini, pengunjung dipermudah dengan adanya fasilitas tangga buatan, cahaya lampu dan beberapa kipas angin di beberapa titik. Ya, udara di gua ini memang terasa sangat panas, lembab dan pengap, sehingga pengelola gua merasa perlu memasang beberapa kipas angin di beberapa titik untuk kenyamanan pengunjung. Ditambah lagi dengan padatnya pengunjung yang menambah panasnya udara di ruangan gua. Keringat saya sampai bercucuran sehingga baju saya basah oleh keringat, rasanya seperti mandi sauna saja.  Tetapi, semua perjuangan ini terbayarkan dengan pemandangan isi gua yang bernama stalagmit dan stalaktit yang sangat indah.  
Beraneka bentuk dan rupa stalakmit dan stalaktit yang terdapat di dalam Goa Gong, ada yang berbentuk seperti tirai, jari manusia, ada yang berwarna putih, coklat keemasan, coklat gelap, ada yang tembus cahaya, dan ada yang seperti mengandung butiran kristal. Nama Goa Gong sendiri dikenal karena ada batu stalakmit yang bersuara seperti bunyi gong ketika dipukul. Semua stalakmit dan stalaktit itu membentuk ornamen alam yang sangat indah. Selain keindahan stalagmit dan stalaktit yang sebagian masih aktif dan sebagian lagi sudah tidak aktif tersebut, di dalam gua ini juga terdapat beberapa sendang atau sungai kecil yang airnya jernih. Pengunjung bisa menghilangkan penat dengan sekedar membasuh muka atau kaki di sendang ini. Sayangnya di kala musim kemarau, air di sendang ini tidak seberapa banyak.
Perlu waktu hampir satu jam untuk menikmati keindahan stalakmit dan stalaktit di ketujuh ruangan di Goa Gong, termasuk untuk beberapa kali berhenti sejenak untuk mengambil gambar dengan kamera. Banyak tukang foto yang menyediakan jasa foto langsung jadi untuk mengabadikan keindahan kenangan di gua ini, tetapi saya lebih memilih mengabadikannya sendiri.
Setelah capek menyusuri gua, saya pun menikmati nasi pecel plus tempe benguk khas Pacitan plus segelas es degan gula Jawa yang segar. Setelah itu, acara selanjutnya adalah berburu suvenir khas Goa Gong. Saya pun membeli sebuah bros berbatu akik yang berulirkan kawat tembaga seharga 50 ribu rupiah sebagai kenang-kenangan.

2. Indahnya Pantai Klayar
 Dari Goa Gong, perjalanan saya lanjutkan ke Pantai Klayar yang terletak sekitar 13 km ke arah selatan dari lokasi Goa Gong. Perjalanan dari Goa Gong menuju Pantai Klayar memang sangat berat, mengingat jalanan yang sempit, berliku, naik turun, curam dan banyak tikungan tajam. Selain diperlukan kondisi kendaraan yang fit, untuk bisa sampai ke lokasi pantai ini dengan selamat, diperlukan juga driver yang handal dan berpengalaman menghadapi segala medan. Untunglah suami saya termasuk golongan driver yang handal. Tentu saja di sepanjang perjalanan kami juga tak lupa merapal doa. Di sepanjang perjalanan dari lokasi Goa Gong ke Pantai Klayar, tampak bahwa banyak ruas jalan yang sedang diperbaiki dan diperlebar. Semoga nantinya setelah perbaikan dan pelebaran jalan selesai maka akses menuju Pantai Klayar ini menjadi lebih mudah dan nyaman.
Setelah hampir putus asa menghadapi medan jalan, akhirnya kami sampai juga di lokasi wisata Pantai Klayar. Dari atas bukit, pemandangan Pantai Klayar yang terletak di teluk ini sungguh sangat indah. Deretan pohon kelapa, hamparan pasir putih, serakan batuan dan pemandangan pulau kecil di sisi kiri teluk sungguh sangat mempesona. Berulang kali saya memuji asma Tuhan dengan decak kagum atas pesona alam ciptaan-Nya ini.
Saat kami datang, pantai ini cukup penuh pengunjung karena memang sedang hari libur Tahun Baru 1 Muharam. Fasilitas parkir tampak dipenuhi mobil dan motor pengunjung, tidak ada kendaraan besar seperti bis, karena memang jalan menuju Pantai Klayar ini terlalu sempit untuk bisa dilalui oleh bis. Fasilitas umum pun saya rasakan masih kurang, hanya tersedia 5 kamar toilet, belum ada penginapan, dan mushola yang ada pun kurang representatif. Untungnya masih tersedia beberapa warung makan bagi pengunjung yang merasa lapar setelah capek bermain di pantai. Dan, bagi yang ingin menyusuri pantai tanpa harus merasa capek berjalan, bisa menyewa kendaraan ATV seharga 50 ribu rupiah untuk setengah jam. Saya sendiri lebih suka menikmati pemandangan sambil bermain air di pantai.
Keindahan pantai ini semakin nyata saat air laut surut, sehingga kehidupan terumbu karang di pantai tersingkap dan dapat diamati keindahan serta keunikannya. Anak-anak saya senang sekali mengamati hewan-hewan laut yang mereka temukan saat air laut surut itu, ada aneka siput, ikan karang, landak laut dan kepiting. Saking asyiknya bermain dengan hewan-hewan laut, sampai-sampai kami tidak berminat untuk menikmati keindahan pulau kecil di sebelah kiri teluk yang bisa dijangkau dengan mudah di saat air laut surut tersebut. Pemandangan pulau kecil itu saya rasakan mirip dengan Tanah Lot di Bali. Sungguh, rasanya tak cukup puas kami menikmati keindahan Pantai Klayar hingga sore hari. Tetapi, mengingat pulangnya kami harus melewati jalan yang penuh liku dan berbahaya jika hari gelap, maka kami harus segera pulang sebelum senja hari. Suatu saat, jika ada kesempatan, saya ingin menikmati indahnya Pantai Klayar lagi, dengan satu syarat jika akses menuju ke pantai ini sudah aman dan nyaman bagi pengunjung.

Pacitan, 5 November 2013

Selasa, 17 September 2013

BANGKA EKSOTISME SEBUAH PULAU TIMAH

Ini kali pertama saya menginjakkan kaki di Pulau Bangka, sebuah pulau yang merupakan bagian dari Propinsi Bangka-Belitung dengan ibukota Pangkalpinang. Pulau yang di perutnya menyimpan kekayaan bahan tambang berupa timah ini memiliki pantai-pantai yang indah. Banyak pula hal yang menarik untuk diceritakan tentang pulau ini. Dan, inilah hal-hal menarik yang saya dapatkan dari hasil berkunjung saya ke Pulau Bangka selama 4 hari. 

1. Tambang Timah di Mana-mana

Saat pertama kali melihat Pulau Bangka dari pesawat yang akan landing di Bandara Depati Amir Pangkalpinang, saya terheran atas pemandangan spot-spot tanah berwarna keputihan yang tampak dari ketinggian. Keheranan itu hanya saya simpan dalam hati. Esoknya, ketika saya berkesempatan menembus hutan menuju Kabupaten Bangka Selatan, tepatnya ke lokasi yang akan dibangun Kota Terpadu Mandiri (KTM) Batu Betumbang, barulah saya tahu bahwa spot-spot putih itu adalah lokasi penambangan timah rakyat yang tersebar di banyak sudut Pulau Bangka. Ya, tidak jauh beda dengan saudaranya, Belitung, Pulau Bangka memang menyimpan kekayaan bahan tambang timah di dalam perutnya, sehingga pertambangan rakyat tersebar di mana-mana. Tentu saja hal ini bukan tanpa dampak negatif, karena saya lihat banyak lahan hutan dibuka dan lapisan tanah hilang akibat aktivitas pertambangan ini. Hilangnya vegetasi tentu akan berdampak negatif pada keanekaragaman hayati, iklim mikro, kondisi tanah dan hidrologi kawasan pertambangan tersebut. Pengelolaan dampak negatif tentunya menjadi sangat penting, tindakan reklamasi areal bekas pertambangan menjadi urgen untuk dilakukan dalam rangka mengatasi kerusakan lingkungan yang terjadi.

Ada satu contoh nyata reklamasi areal bekas pertambangan timah yang berhasil dilakukan di Pangkalpinang, dengan menyulap areal bekas pertambangan timah menjadi Bangka Botanical Garden (BBG) yang hijau dan telah menjadi tempat wisata yang menarik dan ramai dikunjungi oleh masyarakat. Bahkan, saat saya berkunjung, di tempat ini sedang diadakan lomba burung berkicau yang diikuti oleh pecinta burung nuri dari berbagai daerah, termasuk dari luar Pulau Bangka.

Di dalam BBG ada sebagian bekas pertambangan yang dibiarkan menjadi kolam, dikelola menjadi kolam pemancingan dan tempat wisata perahu motor. Di sudut yang lain terdapat area perkebunan sayuran, bermacam buah-buahan, pohon penghijauan, peternakan sapi perah, padang rumput, dan ada sebagian lahan mangrove alami. Memang memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk menyulap areal bekas pertambangan seluas lebih dari 300 hektar ini menjadi BBG, karena harus mengambil tanah dari lokasi lain dan  memindahkannya ke lokasi ini. Kegiatan pertambangan memang telah berdampak pada hilangnya lapisan tanah. Tetapi, biaya yang telah banyak dikeluarkan untuk reklamasi lahan tersebut telah menghasilkan jasa lingkungan yang dapat dinikmati dalam jangka panjang dan berkelanjutan. BBG telah menjadi contoh sukses dalam melaksanakan reklamasi areal bekas pertambangan. Ah, seandainya semua pengusaha tambang berbuat baik seperti itu.....

2. Di Balik Tanaman Unggulan
Seperti halnya di Pulau Sumatera dan Kalimantan, maka di Pulau Bangka juga banyak hutan dibuka untuk perkebunan kelapa sawit. Tentu saja hal ini ada plus minusnya. Plusnya, berupa pertumbuhan ekonomi, sedangkan minusnya adalah kemerosotan keragaman hayati dan dampak negatif lain seperti penurunan kualitas tanah dan kondisi hidrologi setempat. Akibat banyak dibukanya hutan yang di dalamnya terdapat sungai atau rawa, maka banyak buaya keluar hutan akibat habitatnya terusik atau hilang. Ya, seperti halnya Belitung, Pulau Bangka juga masih banyak terdapat buaya muara atau sungai. Seringkali terjadi kasus penduduk sekitar sungai atau muara yang tewas diserang buaya, atau bahkan jasadnya tidak pernah ditemukan kembali.
Selain kelapa sawit, tanaman unggulan Bangka yang lain adalah lada. Di sepanjang jalan Pangkalpinang-Batu Betumpang, saya melihat banyak ladang tanaman lada di lahan bekas hutan yang telah dibuka, meskipun pembukaan hutan untuk tanaman lada tidak separah pembukaan hutan untuk kebun kelapa sawit.

3. Flora Fauna Maskot Bangka-Belitung

       Pulau Bangka menyimpan kekayaan hayati flora dan fauna yang khas. Fauna khas Pulau Bangka dan Belitung sehingga menjadi maskot Propinsi Bangka-Belitung adalah hewan Tarsius atau sejenis kera mini (Bancanus saltator). Orang Bangka menyebutnya dengan nama Mentilin. Primata ini berukuran  mini, antara 18-22 cm, mempunyai mata sangat besar, dan ekor panjang yang melebihi panjang tubuhnya. Seiring dengan semakin menyempitnya lahan hutan sebagai habitatnya, maka hewan ini sudah semakin langka. Saya sendiri tidak bertemu dengan fauna ini saat berkunjung ke Bangka.
            Flora khas Pulau Bangka dan Belitung yang dijadikan maskot Propinsi Bangka-Belitung adalah Simpur (Dillenia indica). Daun simpur ini merupakan bahan alam yang mengandung antioksidan, dan biasa digunakan sebagai pembungkus bahan makanan seperti halnya daun Jati di Pulau Jawa. Daun ini terasa lebih harum dan dapat menghilangkan atau mengurangi bau jika dipakai untuk membungkus makanan. Tumbuhan ini masih cukup banyak ditemukan di hutan. Di sepanjang perjalanan Pangkalpinang-Batu Betumpang, saya lihat tumbuhan ini banyak tumbuh di tepi hutan yang saya lewati. Untuk mengingat flora fauna maskot Propinsi Bangka-Belitung ini, saya pun membeli suvenir berupa 2 buah bros berbentuk Mentilin dan daun Simpur di Hotel Griya Tirta tempat saya menginap, dengan harga Rp 50 ribu per biji.

4. Sensasi Sea Food di Pantai Pasir Padi
          Tidak banyak tempat yang sempat saya kunjungi di sela-sela tugas survai AMDAL Rencana Pembangunan Kawasan Terpadu Mandiri Batu Betumpang di Pulau Bangka ini. Karena saya dan tim  menginap di Kota Pangkalpinang, maka hanya beberapa sudut kota Pangkalpinang sajalah yang sempat saya nikmati untuk sekedar jalan-jalan atau bersantai di saat waktu luang. Pengalaman yang paling  berkesan bagi saya adalah menikmati sea food di Pantai Pasir Padi.
            Kawasan Pantai Pasir Padi terletak di Kelurahan Air Itam, sekitar 8 km dari pusat Kota Pangkalpinang, dan merupakan kawasan pariwisata yang sangat potensial di kota ini. Pantai Pasir Padi memiliki garis pantai dengan hamparan pasir putih sepanjang 2 km dengan kontur pantai yang landai dan struktur pasir yang padat sehingga pantai ini nyaman untuk dilalui oleh kendaraan roda dua maupun roda empat.
Pantai Pasir Padi merupakan obyek wisata yang paling banyak dikunjungi oleh masyarakat, terutama oleh masyarakat Pangkalpinang dan sekitarnya. Selain menikmati panorama pantai yang indah, wisatawan juga bisa berenang, bermain layang-layang, voli pantai, sepak bola, motor cross atau sekedar menikmati kesegaran es kelapa muda di tengah hembusan semilir angin pantai. Sayangnya, saat saya datang, pantai ini sedang dibangun talud penahan abrasi sehingga material konstruksi yang  berserakan di pantai dan kendaraan berat pengangkut material di tepi pantai terasa mengganggu pemandangan. Untungnya, pemandangan pulau-pulau kecil yang dapat dinikmati dari pantai ini dapat menutupi pemandangan yang tidak sedap karena serakan material bangunan di tepi pantai tersebut. Beberapa pulau kecil dapat dilihat dari Pantai Pasir Padi, di antaranya adalah Pulau Panjang dan Pulau Kentawai.

Di sepanjang Pantai Pasir Padi terdapat deretan warung-warung makan yang tertata rapih dan bersih. Di salah satu warung makan inilah saya bersama tim menikmati makan siang dengan menu sea food, segelas es cincau kelapa, dan sebungkus rujak colek dengan bumbu khas Bangka. Sea food yang disajikan di warung-warung makan di sepanjang Pantai Pasir Padi memang diolah dari bahan-bahan segar yang diperoleh dari nelayan setempat. Hemmm....memang terasa nikmat hidangan sea food yang diolah dari bahan-bahan segar, belum melalui proses pembekuan atau pendinginan dengan es. Apalagi dinikmati di antara keindahan pantai berpasir putih dengan deretan pulau-pulau kecil di batas cakrawala.....hmmm....sensasional...

5. Keindahan Pantai dan Desa Nelayan Kurau, Kabupaten Bangka Tengah
Selain Pantai Pasir Padi di Pangkalpinang, saya sempat menikmati hamparan pantai yang indah di sepanjang Kabupaten Bangka Tengah, yang saya nikmati di sepanjang perjalanan pulang dari Batu Betumpang, Kabupaten Bangka Selatan ke Pangkalpinang. Pantai itu terkenal dengan nama Pantai Koba. Pantainya sangat indah dengan deretan pohon kelapa melambai, dan pemandangan pulau-pulau kecil di kejauhan. Ada paket wisata ke pulau-pulau kecil itu dengan menggunakan perahu motor. Sayangnya, saya tidak sempat turun dari mobil untuk menikmati semua keindahan itu dengan puas. Untungnya, saat mobil kami melewati Desa Nelayan Kurau,  saya sempat turun sejenak untuk dengan puas menikmati pemandangan di desa nelayan yang terletak di pesisir pantai yang menghadap ke  Pulau Ketawai tersebut. Desa nelayan ini terletak sekitar 20 km dari Pangkalpinang. 

 Deretan perahu nelayan yang parkir di muara sungguh menjadi pemandangan menarik dan mempesona. Di sekitar desa ini pulalah saya melihat telur penyu dijajakan di tepi jalan. Sungguh disayangkan, telur binatang yang termasuk satwa dilindungi ini masih diperjualbelikan dengan bebas di daerah ini.

6. Pangkalpinang Expo di Alun-alun Taman Merdeka

      Beruntunglah saya karena saat berkunjung ke Pangkalpinang, kota ini sedang menyambut perayaan hari jadinya, sehingga digelar Pangkalpinang Expo di Alun-alun Taman Merdeka. Alun-alun yang berlokasi di Jalan Sudirman ini merupakan halaman dari rumah dinas Walikota Pangkalpinang. Di acara inilah digelar pameran produk-produk khas Bangka, juga segala informasi tentang potensi wisata dan budaya khas Pangkalpinang dan Propinsi Bangka-Belitung pada umumnya. Meskipun tidak sebesar perayaan sekaten di kota saya, Yogyakarta, tetapi Pangkalpinang Expo cukup ramai dikunjungi masyarakat dan cukup banyak juga pedagang yang berjualan di acara ini. Kesempatan ini pun saya gunakan untuk mengenal lebih jauh tentang Propinsi Bangka-Belitung.

7. Makanan Khas dan Wisata Kuliner

            Makanan khas Bangka didominasi oleh makanan yang terbuat dari bahan ikan laut, dan salah satu makanan itu adalah otak-otak. Otak-otak ini terdiri dari bermacam bentuk, ada yang berbentuk bulat, lonjong, dan ada yang berbungkus daun pisang dan dibakar di atas bara api.  Bahan dasarnya pun bermacam-macam, ada yang dari ikan tengiri, umbi talas, dan ada yang berasal dari udang. Semuanya bagi saya terasa enak, apalagi kala dimakan dengan kuah asam pedas khas Bangka. Ya, ciri khas masakan Bangka adalah pedas dan asam.
            Makanan khas Bangka lain yang sangat terkenal adalah martabak manis Acau, ada beberapa rasa. Saya sempat mencicipi yang rasa coklat dan keju plus jagung manis. Hmmm...memang martabak Bangka terasa sangat istimewa dibandingkan dengan martabak manis yang biasa saya beli di Yogyakarta.

           Wisata kuliner merupakan hal wajib untuk dapat mencicipi makanan-makanan spesial khas Bangka. Selain wisata kuliner dengan menu sea food di Pantai Pasir Padi, saya juga “bergerilya” dari rumah makan ke rumah makan untuk mencoba menu-menu khas Bangka lainnya. Selain otak-otak dan martabak manis, saya pun mencicipi menu khas Bangka lain yang sangat terkenal lezat yaitu ikan gembung bertelur. Masakan ini terbuat dari ikan gembung yang dagingya telah dipisahkan, diolah, dibumbui, dan kemudian dimasukkan kembali ke dalam tubuh ikan gembung yang telah dikosongkan dagingnya tadi, kemudian digoreng.....hmm...memang sangat lezat. Saya jadi teringat, cara pengolahan ikan seperti ini mirip dengan otak-otak bandeng khas Gresik, Jawa Timur yang juga sangat lezat. Selain ikan gembung bertelur, mie khas Bangka perlu juga untuk dicicipi. Mie Bangka yang terkenal dengan nama Mie Koba itu, kuahnya terasa manis, ada pedasnya, dan di dalamnya juga dicampur sedikit kecambah, jadi terasa lebih segar. 

Dan, satu lagi menu yang tak kalah lezatnya, yaitu "lempah kuning". Sayur yang terasa masam segar karena salah satu bahan penyusunnya adalah nanas (apalagi dengan nanas Toboali yang terkenal manis) tersebut terasa sempurna saat dipadukan dengan nasi hangat, sambal lalap terong, kering kacang plus teri, dan kerupuk Bangka. Lempah kuning yang terbuat dari ikan tengiri yang direbus dengan kuah berbumbu rempah-rempah plus nanas Toboali dan terasi Bangka tersebut memang sangat lezat....hmmmm...


           Selain makanan berat, Bangka juga mempunyai banyak makanan khas yang ringan. Aneka kerupuk dengan bahan dasar ikan tengiri, cumi atau udang menjadi andalan Bangka. Salah satunya adalah kemplang yang dimakan dengan sambel khas Bangka yang asam dan pedas. Makanya, untuk oleh-oleh pulang, saya membeli aneka kerupuk. Di toko pusat oleh-oleh khas Bangka kita bisa menemukan berbagai produk makanan maupun minuman khas Bangka. Saya pun membeli asinan buah Bangka (buah Kelubi) yang berasa agak sepat dan asam, tetapi menyegarkan, terutama bagi yang menyukai rasa asam. Selain itu saya juga membeli sirup Jeruk Kunci sebagai oleh-oleh, sedangkan teman saya lebih suka membeli madu pahit khas Bangka, yaitu madu asli yang berasal dari lebah hutan.

8. Kisah  “Bolesa” dan “Aok”
“Bolesa” dan “aok”, dua kata yang sangat berkesan bagi saya. Bolesa adalah merk sebuah air mineral kemasan di Bangka yang sangat populer mengalahkan merk-merk lain yang sangat populer di Jawa. Saat berada di Pulau Bangka, jika ingin membeli air mineral dalam gelas, cukuplah bilang “bolesa”, jangan menyebut merk lain, karena mayoritas yang dijual di sini adalah merk produksi lokal tersebut, yaitu “bolesa”. Sedangkan untuk kata “aok”,  itu berawal dari sebuah tanda tanya besar bagi saya mengapa orang-orang di sini sering menyebut kata “aok” setiap kali mengobrol atau berbincang-bincang. Dan, setelah saya bertanya pada rekan saya yang asli Bangka, barulah saya tahu bahwa ternyata “aok” artinya adalah “ya”. Karena terasa aneh di telinga saya yang orang Jawa ini, maka kedua kata itu meninggalkan kesan tersendiri bagi saya.

9. Suvenir Khas
Saat akan pulang kembali ke Yogyakarta, saya pun mencari suvenir khas Bangka sebagai kenang-kenangan untuk dibawa pulang. Suvenir khas Bangka yang sangat terkenal dan paling diunggulkan adalah kain tenun cual. Kain tenun cual yang asli harganya sangat mahal, mencapai jutaan rupiah, sedangkan yang tiruan harganya bervariasi, yang terbuat dari kain batik motif cual berkisar antara 100 ribu sampai 1 jutaan rupiah per potong, dengan panjang per potong sekitar 2 m.  Saya pun  memilih untuk membeli yang tiruan.
Suvenir khas Bangka yang lain adalah produk kerajinan yang berasal dari resam, sejenis tanaman paku hutan yang tangkainya dikeringkan kemudian dianyam menjadi aneka bentuk, seperti tempat tisu, gantungan kaca mobil, gantungan kunci, peci, dan lain-lain. Tanaman paku jenis ini banyak saya lihat di tepi hutan sepanjang perjalanan saya dari Pangkalpinang ke Batu Betumpang waktu itu. Saya pun membeli sebuah gantungan kaca mobil seharga 15 ribu rupiah.  
Cukuplah dua macam suvenir, kain cual dan kerajinan resam, yang saya beli sebagai kenang-kenangan dan pengingat akan kisah Pulau Bangka. Semoga suatu hari saya berkesempatan mengunjungi pulau saudaranya, Belitung....

Pangkalpinang, 7-10 September 2013

Minggu, 18 Agustus 2013

TERKENANG BOGOR

Memanglah benar jika Bogor dikenal sebagai kota hujan, karena di kota ini memang hampir tiap hari turun hujan. Bogor juga seringkali disebut dengan kota angkot (angkutan kota), karena transportasi publik yang serupa mobil minibus dengan ukuran lebih kecil ini berjumlah ribuan alias terlalu berlebihan untuk sebuah kota kecil seperti Bogor. Saya yang pernah 2 minggu tinggal di pusat kota Bogor untuk suatu tugas kampus, merasakan sekali sumpeknya Bogor oleh angkot. Tetapi, di luar permasalahan angkot, Bogor menawarkan aneka tempat wisata yang asyik jika dikunjungi bersama keluarga. Oleh karena itulah, di luar urusan pekerjaan, saya pun telah dua kali menyempatkan diri untuk menikmati Bogor dan sekitarnya, melukis beragam kenangan indah tentang Bogor sebagai tujuan wisata keluarga. Berikut ini adalah tempat-tempat wisata di Bogor dan sekitarnya yang telah menyisakan kenangan manis dalam ingatan saya.

1. Kebun Raya Bogor (Bogor Botanical Garden)
Kota Bogor identik dengan Kebun Raya Bogor atau biasa juga disebut Kebun Botani Bogor (Bogor Botanical Garden). Kebun raya yang luasnya mencapai 87 hektar ini memiliki sekitar 15.000 jenis koleksi pohon dan tumbuhan. Selain menyimpan kekayaan plasma nutfah tumbuhan, Kebun Raya Bogor juga berfungsi sebagai tempat wisata. 
Tempat wisata ini terutama ramai dikunjungi pada Hari Sabtu dan Minggu. Di sekitar Kebun Raya juga dapat ditemukan pusat-pusat keilmuan, seperti Herbarium Bogoriense, Museum Zoologi Bogor dan Pustaka.
 
Kebun Raya Bogor sudah ada sejak jaman Belanda yaitu pada Tahun 1800-an, yang berawal dari dibuatnya kebun yang cantik di halaman istana Bogor sehingga akhirnya berkembang menjadi Kebun Raya Bogor seperti sekarang ini. Ya, memang Kebun Raya Bogor ini lokasinya berdekatan dengan Istana Bogor. Menurut situs resmi Kebun Raya Bogor, pendirian kebun raya ini dikatakan mengawali perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia, dengan lahirnya beberapa institusi ilmu pengetahuan lain, seperti Bibliotheca Bogoriensis (1842), Herbarium Bogoriense (1844), Kebun Raya Cibodas (1860), Laboratorium Treub (1884), serta Museum dan Laboratorium Zoologi (1894). Dan, pada tanggal 30 Mei 1868 Kebun Raya Bogor secara resmi terpisah kepengurusannya dengan halaman Istana Bogor.
Pada perkembangan kepengurusannya, telah dibuat katalog mengenai Kebun Raya Bogor, pencatatan lengkap tentang koleksi tumbuh-tumbuhan Cryptogamae, 25 spesies Gymnospermae, 52 spesies Monocotyledonae, dan 2200 spesies Dicotyledonae, usaha pengenalan tanaman ekonomi penting di Indonesia, pengumpulan tanaman-tanaman yang berguna bagi Indonesia (43 jenis, di antaranya vanili, kelapa sawit, kina, getah perca, tebu, ubi kayu, jagung dari Amerika, kayu besi dari Palembang dan Kalimantan), dan mengembangkan kelembagaan internal di Kebun Raya, yaitu: herbarium, museum, Laboratorium Botani, kebun percobaan, Laboratorium Kimia, Laboratorium Farmasi, cabang kebun raya di Sibolangit, Deli Serdang dan di Purwodadi, Kabupaten Pasuruan, Perpustakaan Fotografi dan Tata Usaha, pendirian Kantor Perikanan dan Akademi Biologi (yang selanjutnya menjadi Institut Pertanian Bogor, IPB).
Menjelajah Kebun Raya Bogor serasa memuaskan paru-paru untuk mendapatkan udara bersih dan segar sepuasnya, bisa menghirup Oksigen murni leluasa. Apalagi saat duduk-duduk di bawah pohon besar, merasakan semilir angin sepoi-sepoi, sejuknya udara, maka rasa kantuk mudah sekali datang menyerang. Saya dan suami merasakan nikmatnya suasana pagi sambil mengawasi anak kami yang masih kecil bermain bola di hamparan rumput hijau. Benar-benar nikmat suasana alam Kebun Raya, serasa oase di tengah hiruk pikuk kota Bogor yang penuh dengan angkot.
2. Istana Bogor
Belum lengkap rasanya jika ke Kebun Raya Bogor tanpa menengok Istana Bogor, karena dua tempat ini saling terkait dalam sejarahnya. Tetapi, untuk bisa memasuki istana ini, pengunjung harus datang berombongan dan sebelumnya harus meminta izin dulu ke Sekretaris Negara, c.q. Kepala Rumah Tangga Kepresidenan. Beruntunglah saya, karena acara panitia suatu pelatihan yang sedang saya ikuti di IPB waktu itu mengagendakan acara santai dengan mengunjungi Istana Bogor.
Istana Bogor merupakan salah satu dari enam Istana Presiden Republik Indonesia yang mempunyai keunikan tersendiri karena aspek historis, kebudayaan, dan faunanya. Ya, di istana ini memang tersimpan benda-benda seni yang indah serta di halamannya dipelihara rusa-rusa yang dahulunya didatangkan langsung dari Nepal, yang tetap terjaga dari dulu sampai sekarang. Saat ini di setiap hari Sabtu dan Minggu banyak wisatawan lokal maupun luar kota yang berjalan-jalan di seputaran halaman Istana Bogor sambil memberi makan rusa-rusa tersebut dengan wortel yang dapat dibeli dari petani-petani tradisional warga Bogor yang menjajakan wortel-wortel tersebut di setiap hari libur.
Istana Bogor mempunyai bangunan induk sayap kiri dan kanan, dengan luas keseluruhan kompleks istana mencapai 1,5 hektar. Secara rinci, bangunan instana tersebut terdiri dari:
-       Bangunan induk istana, yang berfungsi untuk  menyelenggarakan acara kenegaraan resmi, pertemuan, dan upacara
-       Sayap kiri bangunan yang memiliki enam kamar tidur digunakan untuk menjamu tamu negara asing
-       Sayap kanan bangunan dengan empat kamar tidur hanya diperuntukkan bagi kepala negara yang datang berkunjung
-       Pada Tahun 1964 dibangun khusus bangunan yang dikenal dengan nama “Dyah Bayurini”, sebagai ruang peristirahatan presiden dan keluarganya, bangunan ini termasuk lima paviliun terpisah
-       Kantor pribadi Kepala Negara
-       Perpustakaan
-       Ruang makan
-       Ruang sidang menteri-menteri dan ruang pemutaran film
-       Ruang Garuda, sebagai tempat upacara resmi
-       Ruang Teratai, sebagai sayap tempat penerimaan tamu-tamu negara

Istana Bogor juga menyimpan karya-karya seni yang indah dan tentu saja sangat bernilai, terdiri dari:
-       450 lukisan, di antaranya karya pelukis indonesia yang sangat terkenal, Basuki Abdullah, pelukis dari Rusia, Makowski, dan Ernest Dezentje
-       360 patung, termasuk yang dipajang di halaman istana, di antaranya ada patung “Tangan Tuhan” dan “Pegassus” dari Swedia, serta patung perunggu “Hercules” yang dibuat oleh pemahat asal Polandia.
-       Susunan lantai keramik mewah yang tersebar di istana, salah satu dari koleksi keramik yang paling mengesankan adalah berasal dari Rusia, sumbangan dari Perdana Menteri Khrushchev di Tahun 1960
            -   Hadiah-hadiah kenegaraan, di antaranya adalah tengkorak harimau berlapis perak,    hadiah dari Perdana Menteri Thanom Kittikachon dari Thailand pada Tahun 1958.
Saya sendiri kadang tidak bisa menikmati semua karya seni tersebut sebagai karya seni yang bebas nilai, seperti saat saya melihat patung perunggu “Hercules” yang dipajang di halaman istana, tetap saja saya melihat ada unsur pornografi di benda seni itu. Seperti halnya banyak pengunjung, termasuk juga teman-teman saya, berpose di depan patung “Hercules” tersebut sambil cekikikan, entah apa maknanya... 
3. Wisata Belanja di Tajur
Jika ingin berwisata belanja di kota Bogor, maka Tajur bisa menjadi destinasi yang sangat menarik, karena di kawasan wisata ini banyak dijual beragam jenis tas, sepatu, jaket, dan perlengkaan pribadi lainnya yang terbuat dari kulit dengan kualitas ekspor, tetapi dengan harga miring. Setiap akhir pekan atau di musim liburan, kawasan ini ramai dikunjungi wisatawan dari Jakarta dan sekitarnya, atau para wisatawan yang singgah dari liburan di Puncak.
            Untuk menuju Tajur sangatlah mudah, karena tempat ini lokasinya tidak jauh dari Baranang-siang tempat saya menginap, sehingga saya cukup naik angkot sebentar dari Terminal Baranang-siang ke Tajur. Di tempat wisata belanja ini beraneka tas wanita beraneka tipe dan model dijual dengan harga yang relatif murah dibandingkan dengan harga di toko-toko pada umumnya, kualitasnya pun bagus. Tetapi, saking bingungnya memilih, akhirnya saya hanya membeli sebuah dompet kulit sebagai kenang-kenangan dari Tajur...

4. Taman Buah Mekarsari
           Taman Buah atau Taman Wisata Mekarsari yang berlokasi di Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat ini dibangun sebagai tempat pelestarian keanekaragaman hayati buah-buahan tropis, khususnya jeni-jenis buah-buahan unggul dari seluruh Indonesia, sekaligus merupakan tempat penelitian budidaya, pemuliaan dan perbanyakan bibit unggul yang nantinya akan disebarluaskan kepada petani dan masyarakat umum. Pusat pelestarian keanekaragaman hayati buah-buahan ini merupakan yang terbesar di dunia dengan luas sekitar 264 hektar.
 Selain sebagai tempat konservasi, Taman buah Mekarsari juga dijadikan sebagai tempat wisata. Sebagai tempat wisata keluarga, maka Taman Wisata Mekarsari dilengkapi berbagai fasilitas rekreasi, seperti arena bermain anak-anak, arena untuk kegiatan outbound, danau buatan yang dilengkapi dengan wahana bermain seperti donut apung, perahu angsa, dan lain-lain. Tentu saja untuk mencoba berbagai wahana itu kita harus membayar lagi di luar tiket masuk pintu utama. Karena saking luasnya, maka disediakan kendaraan semacam kereta kelinci untuk mengelilingi tempat wisata ini, sehingga kita dapat mengunjungi semua sarana wisata yang ada. Secara lengkap, sarana wisata di Taman Wisata Mekarsari terdiri dari berbagai wahana yang mendekatkan pengunjung kepada alam, yaitu Family Garden, rekreasi danau seluas 25 ha, rusa tutul, Garden Center, greenhouse melon, Sabut Kelapa Outbound, bungai bangkai, Kids Fun Valley, menara pandang, bangunan air terjun (Puri Tirto Sari) dan Pongo Show. Berbagai aktivitas dapat dilakukan untuk mengisi liburan di taman wisata ini, yaitu company gathering, piknik keluarga, wisata kebun buah/sayur, barbeque, senam pagi, ataupun fruitwalk (jalan-jalan di kebun buah). 
Karena keterbatasan waktu maka saya dan keluarga lebih banyak menghabiskan waktu di Sabut Kelapa Outbound dan bermain donut air di danau buatan (rekreasi danau). Anak-anak saya sangat asyik menaiki donut air. Satu kenangan yang tak terlupakan di Taman Wisata Mekarsari adalah saat Si Sulung saya yang waktu itu masih berumur 9 tahun mencoba wahana flying fox, saat sudah posisi di atas ternyata dia takut ketinggian, histeris ketakutan, tidak mau bergerak, dan hanya menangis sambil teriak-teriak ketakutan. Kami yang ada di bawah hanya bengong sambil khawatir, pemandu juga kebingungan untuk membantu karena dia tidak mau bergerak saat dibimbing untuk turun. Untunglah setelah beberapa saat histeris di atas, dia akhirnya mau juga pelan-pelan dibimbing turun oleh pemandu. Wow, kejadian lucu sekaligus bikin panik banyak orang itu menjadi kenangan yang tak terlupakan bagi saya sekeluarga. Sebagai pelengkap kenang-kenangan, maka saya pun membeli suvenir khas Mekarsari, yaitu payung bergambar buah, magnet kulkas berbentuk aneka buah, dan aneka boneka kecil berbentuk buah.

5. Taman Safari Cisarua
Taman Safari Cisarua yang terletak di Jl. Raya Puncak, Desa Cibeureum, Kecamatan Cisarua, Bogor, Jawa Barat ini tidak jauh berbeda dengan Taman Safari yang ada di Prigen, Pasusuran, Jawa Timur. Keduanya sama-sama merupakan wahana rekreasi keluarga yang menarik untuk dikunjungi, dengan berbagai macam koleksi binatang dari seluruh dunia yang dibiarkan “ hidup bebas” dalam “kandang” yang sangat luas.
Banyak obyek menarik yang terdapat di dalam kawasan Taman Safari Cisarua, di antaranya Safari Park, Taman Burung, Animal Education Show, Primates&Reptiles, Baby Zoo, Kincir Raksasa, Gajah dan Kuda Tunggang, Safari Trek, Caravan&Hotel, Wild-wild West, dan Kereta Gantung. Untuk dapat menjelajahi semua obyek itu tentu saja memerlukan waktu yang sangat lama. Oleh karena itulah, berhubung saya datang bersama rombongan paket wisata keluarga kantor saya, maka waktu yang tersedia untuk menjelajahi Taman Safari Cisarua ini sangat terbatas, sehingga saya sekeluarga hanya sempat menjelajahi beberapa obyek saja, di antaranya adalah Baby Zoo, Safari Park, Taman Burung, dan Kereta Gantung. Hal yang paling berkesan bagi saya sekeluarga adalah mencoba naik kereta gantung, karena baru pertama kali itulah kami mencobanya.