Selasa, 23 Desember 2014

MERINDU KA’BAH: PENGALAMAN UMROH



Saya tidak akan bercerita dari sisi manasiknya, rukun, wajib atau sunnahnya, karena hal itu pastinya telah disampaikan dan dapat dipelajari dari bimbingan manasik haji dan umroh. Demikian juga tentang tempat-tempat mustajab untuk berdoa, seperti multazam, hijir ismail, maqom ibrahim, hajar aswad, roudhah, semua itu juga tentunya sudah disampaikan pada saat bimbingan manasik haji dan umroh. Tetapi saya akan menyampaikan pengalaman-pengalaman pribadi yang menyangkut spiritual maupun teknis, yang mungkin bisa bermanfaat bagai sahabat-sahabat muslim
1.       Ayo Menabung
Pertumbuhan jamaah umroh Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Adanya waiting list pendaftar haji yang mencapai 10 tahun lebih, bahkan ada daerah yang mencapai masa tunggu hingga 20 tahun, telah memicu umat muslim Indonesia yang telah ngebet bertamu ke tanah suci untuk melaksanakan ibadah umroh dulu sambil menunggu masa tunggu selesai. Bagi umat muslim yang mampu secara finansial, tentunya dengan mudahnya berangkat umroh kapan saja begitu ada waktu, tetapi bagaimana dengan yang telah memendam kerinduan sedangkan dana belum ada?
Yakinlah, bagi umat-Nya yang sungguh-sungguh berniat dan berusaha, maka Allah akan memudahkan mereka. 
Saya, seorang dosen PNS Gol III yang harus membantu keuangan suami, dengan cara menyisihkan 20% dari setiap pendapatan, dalam waktu 1,5 tahun tabungan saya telah cukup untuk ongkos umroh dengan standar yang baik beserta uang sakunya, yaitu sebesar 37 juta rupiah. Secara logika matematika, sebenarya dalam waktu 1,5 tahun tabungn saya belum cukup untuk berangkat umroh, tetapi Allah telah memudahkan jalan saya, selalu ada saja rejeki di luar pendapatan rutin yang bisa mempercepat menambah tabungan umroh saya. Yang penting adalah niat baik dan berusaha meraih rizki-Nya dengan jalan kebaikan. Dan, yang terpenting lagi adalah jangan lupa bahwa di sebagian harta kita ada hak dari orang fakir miskin dan mereka yang berjuang di jalan Allah. Oleh karena itulah, di setiap pendapatan saya, saya selalu menyisihkan 2,5% untuk zakat, dan perbanyak sedekah. Dengan membantu agama Allah, maka yakinlah bahwa Allah pun akan membantu kita.
2.       Pulang Sehat Tanpa Batuk
Ada anekdot bahwa pulang dari ibadah di tanah suci akan membawa oleh-oleh  batuk, karena yang tidak batuk hanyalah onta. Sewaktu saya melaksanakan ibadah haji tahun 2005 silam, saya pun pulang membawa batuk. Demikian juga, tetangga saya yang pulang umroh Mei 2014 pun membawa batuk sampai berhari-hari kemudian. Sewaktu saya akan berangkat umroh Juni 2014 lalu, saya bertekad agar pulang tidak membawa batuk. Saya ingin membuktikan bahwa tidak harus pulang membawa batuk. Allah pasti punya jalan untuk hamba-Nya. Dan selain berdoa, inilah resep yang saya jalankan selama ibadah umroh.
1.       Perbanyak minum air zamzam
Bumi Arab yang panas dan gersang menyebabkan kita banyak kehilangan cairan tubuh, sehingga mudah mengalami dehidrasi jika kurang minum. Minum air putih yang cukup juga bisa membantu menjaga kesehatan, minimal 2 liter sehari. Nach, mumpung sedang berada di tanah suci, maka air putih yang gratis dan sehat adalah air zamzam. Saya membawa botol minum kapasitas 1 liter dengan cangklong yang selalu saya bawa ke manapun saya pergi, sehingga bisa saya minum sewaktu-waktu tanpa menunggu rasa haus muncul. Setiap kali sholat jamaah ke Masjid Nabawi selama di Madinah maupun ke Masjidil Haram selama di Makah saya selalu membawanya dan mengisinya penuh jika botol itu telah kosong. Saya bisa minum air zamzam 3 botol sehari alias 3 liter. Jadi selama di tanah suci, air putih yang saya minum sehari-hari adalah air zamzam yang telah dijamin khasiatnya oleh Allah SWT.
2.       Pakai masker
Bulan Juni saat saya melaksanakan umroh adalah bulan panas dengan hari panjang, siang lebih panjang daripada malam, dengan suhu di siang hari bisa mencapai 45oC. Udara kering dengan kelembaban rendah ini membuat tenggorokan kita mudah kering, mudah luka alias radang, alias batuk. Oleh karena itu, masker akan membantu mengurangi kekeringan dan mencegah debu masuk.
3.       Makan apa saja yang tersedia
Selama di pesawat, di perjalanan dari Jedah-Madinah, Madinah-Mekah, di perjalanan tur, dan selama menginap di hotel, tentu pihak biro akan menyediakan makanan buat kita. Tidak selamanya makanan yang tersedia akan cocok dengan selera atau lidah kita. Tidak perlu protes, nikmati saja apa yang ada dengan rasa syukur. Asupan makanan yang cukup dan rasa syukur itu akan sangat membantu sistem imun tubuh kita.
 4.       Istirahat/tidur begitu ada waktu
Waktu untuk tidur bisa jadi sangat kurang, karena aktivitas kita yang padat, mengejar sholat jamaah  5 waktu di masjid, plus ibadah-ibadah sunah lainnya di tambah tur di sela-sela aktivitas ibadah tersebut, belum lagi kegiatan belanja oleh-oleh untuk keluarga, kerabat dan sahabat di tanah air, akan membuat waktu istirahat kita berkurang. Nach, setiap kesempatan untuk beristirahat, nikmati dengan sebaik-baiknya, meski hanya sebentar, yang penting cukup secara kualitas.

3.       Positive Thinking
Ada banyak orang yang merasa ketakutan bahwa nanti di tanah suci akan mengalami peristiswa-peristiwa aneh sebagai hukuman dari hal-hal buruk yang telah dilakukan selama hidupnya. Itu juga yang saya rasakan saat dulu saya mau berangkat haji tahun 2005 silam. Memang, saya punya pengalaman keajaiban di tanah suci pada waktu itu. Dari pengalaman-pengalaman itu, yang dapat saya simpulkan adalah bahwa setiap ucapan adalah doa, dan di tanah suci doa-doa itu mustajab dan langsung mendapatkan jawabannya. Saya merasakannya sendiri:
1.      Saya berangkat haji berempat, dengan suami dan bapak ibu saya. Waktu itu ibu saya terkena serangan stroke dan mengalami kelumpuhan. Selama satu minggu lebih ibu saya mengalami kelumpuhan. Suatu saat saya berdoa di depan ka’bah agar ibu saya bisa berjalan lagi, Subhanallah, sepulang dari Masjidil Haram, di pondokan, waktu itu di Al Jarwal, ibu menjemput saya di halaman dengan berjalan dan sambil tersenyum. Allohuakbar.
2.       Di tanah suci, godaan-godaan setan pun ada, sehingga dalam kondisi lelah karena ritual yang memakan banyak energi, maka jamaah haji gampang emosi. Demikian juga, terjadi pertengkaran antara saya dan suami. Waktu itu dalam perjalanan ke Arofah. Pada saat di Padang Arofah, saya berdoa agar Allah memberikan jalan keluar. Baru saja saya selesai  berdoa, menoleh ke belakang, ada suami saya membawakan segelas minuman hangat untuk saya sebagai tanda bahwa suami saya mengalah untuk berbaikan duluan. Allohuakbar.
3.       Janganlah kita sombong atau takabur, karena Allah tidak suka. Waktu itu, habis lempar jumroh di Mina, saya pulang ke tenda bareng seorang ibu sepuh teman seregu saya. Waktu itu saya dengan suami akan mampir dulu, sehingga ibu itu akan menuju tenda sendiri. Maka saya basa-basi tanya dengan ibu itu: “Bu, bisa pulang ke tenda sendiri, tidak lupa kan Bu?” Jawab si ibu; “Oh sudah hapal, tidak mungkin tersesat.” Waktu itu hari masih pagi, dan kami berpisah dengan ibu itu sudah sampai di lokasi perkemahan dekat tenda regu kami. Tetapi, saat kami pulang ke tenda regu, kami semua dihebohkan karena si ibu itu belum nyampai tenda sampai lewat tengah hari. Tak lama kemdian, ada seorang jamaah yang mengantar pulang si ibu itu karena tersesat jauh ke tenda lain, dalam kondisi kebingungan karena lupa jalan pulang ke tenda. Astaghfirullah, maka kita tidak boleh sombong atau takabur, di saat kita tanpa sengaja melakukannya, segeralah istighfar minta ampun pada Allah maka Allah akan segera mengampuni dan menolong kita. Itulah hikmah yang saya petik dari peristiwa tersebut.
Itulah beberapa peristiwa di antara banyak peristiwa yang saya alami sendiri dan membawa hikmah buat saya. Intinya adalah, kebiasaan-kebiasaan kita selama ini secara tidak sengaja mungkin akan terbawa di tanah suci, baik kebiasaan baik maupun buruk. Nach, semua itu di tanah suci akan mendapatkan balasannya secara langsung dari Allah SWT. Bukan balasan yang selama ini telah kita perbuat di tanah air. Jadi, prinsipnya adalah kehati-hatian kita selama di tanah suci dalam bersikap dan berbuat, seharusnya dimulai dari tanah air, sehingga di tanah suci kita sudah terpola untuk selalu berbuat baik dan kebiasaan baik itu pun akan tetap terpola sepulang kita kembali ke tanah air nantinya. Itulah mengapa seharusnya, ibadah haji maupun umroh bisa mengubah perilaku-perilaku kita yang tidak baik menjadi baik.
Hikmah dari perjalanan haji tersebut selalu saya ingat, sehingga sewaktu menjalankan ibadah umroh, kekhawatiran-kekhawatiran tersebut tidak terjadi lagi pada diri saya. Saya lebih tenang, tidak berpikiran macam-macam, yang pentng adalah selalu berpikiran positif, apapun diniati dengan baik, tidak boleh takabur, dan tidak pernah lepas dari doa pada Allah SWT untuk keselamatan dan kebaikan. Sehingga, selama menjalankan ibadah umroh kemarin ,saya enjoy saja, beribadah dengan nyaman, tanpa mengalami hal-hal yang tidak mengenakkan hati.
4.       Enjoy The Trip
Dari tanah air kita sudah melakukan perjalanan yang panjang dan cukup melelahkan. Dari Yogyakarta, dengan pesawat Garuda saya transit di Jakarta, kemudian melanjutkan perjalanan dengan pesawat Garuda yang lain menuju Madinah sekitar 9,5 jam. Selama di pesawat, kita kan diberi makanan dari pihak maskapai. Apapun yang disediakan, makan saja, tapa banyak protes. Itu demi kesehatan kita sendiri. Kalau mau ke toilet ya ke toilet, jangan ditunda-tunda, sambil jalan-jalan agar badan tidak kaku dan peredaran darah lancar selama 9 jam lebih di pesawat.
Selama haji maupun umroh, biro perjalanan akan mengadakan trip ke sejumlah tujuan, baik salama di kota Madinah maupun Mekah. Demikin juga saat umroh kemarin. Selama di Madinah, saya mengunjungi  percetakan Al-Qur’an, kebun kurma, Masjid Quba, Jabal Uhud, Masjid Qiblatain, dan Masjid Khandak. Dari Madinah berpindah ke Makah memakan waktu sekitar 8 jam perjalanan dengan bis, dan sebelum memasuki kota Madinah mampir di Masjid Bir Ali dulu untuk miqot.
Selama di Makah, saya mengunjungi Museum Harramain, Jabal Tsur, Jabal Nur, Padang Arofah dan Jabal rahmah, Musdzalifah, Mina, Masjid Ji’ronah untuk miqot dari Makah bagi yang ingin melakukan umroh lagi. Acara demikian padat, karena dilakukan di sela-sela kita memperbanyak ibadah di tanah suci, terutama di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram. Untuk itu, kuncinya adalah nikmati perjalanan dengan hati senang, selalu berdzikir kepada Allah. Rasa capek memang sering muncul, tetapi kalau hati senang dan tenang, maka insyaAllah badan kita tetap fit selama melakukan aktivitas apa pun.

Jedah-Madinah-Mekah-Jedah; 7-15 Juni 2014

Senin, 01 September 2014

MOMONG BOCAH?.... YA KE GEMBIRA LOKA



“Kebun Binatang Gembira Loka” Yogyakarta, atau lebih dikenal dengan sebutan “Gembira Loka” saja, sekarang sangat berbeda dengan yang dulu. Saat ini Gembira Loka telah berbenah diri menjadi kebun binatang terdepan di Indonesia, lebih cantik, lebih tertata asri, lebih banyak sarana rekreasinya, dan yang terpenting adalah lebih lengkap koleksi hewannya. Tentu saja semua itu membawa konsekuensi ekonomi, yaitu harga tiket masuk yang menjadi lebih mahal, yang dulunya berkisar sepuluh ribuan sekarang mencapai 30 ribu rupiah di hari libur, dan 25 ribu rupiah untuk hari-hari biasa. Hal itu merupakan sesuatu yang wajar, karena imbang dengan kepuasan yang akan didapatkan oleh para pengunjung, dan Gembira Loka pun justru semakin ramai pengunjung, apalagi di hari-hari libur, seperti saat saya mengantar anak-anak saya yang ngotot ingin mengunjungi Gembira Loka di saat libur Lebaran tahun ini. Gembira Loka memang sangat cocok untuk momong  bocah sambil mengenalkan mereka pada keragaman fauna dan lingkungan hdup.

Ada apa saja di Gembira Loka?
Fasilitas di Gembira Loka cukup lengkap, dimulai dari pintu masuk sampai pintu keluar. Pengelola Gembira Loka sangat menyadari bahwa di tengah kerumunan massa, maka ada resiko anak-anak yang tersesat, terpisah dari rombongan atau kedua orang tuanya. Oleh karena itu, disediakan gelang identitas bagi anak-anak yang dapat diperoleh secara gratis di posko keamanan dekat pintu masuk. Di gelang itu akan tertulis nama si anak dan nomor HP yang dapat dihubungi jika anak itu ditemukan tersesat. Hal itu tentu saja akan sangat membantu.

Peta
Setiap pengunjung juga bisa minta peta Gembiraloka secara gratis di pintu masuk, yang dapat menjadi panduan dalam menjelajahi setiap pelosok Gembira Loka yang lumayan luas ini, cukup bisa bikin kaki gempor dalam satu jelajah. Di dalam peta tersebut tertulis juga jadwal dari setiap atraksi satwa berserta lokasinya, jadwal main wahana beserta lokasinya, serta lokasi-lokasi halte “taring” (transpor keliling) yang dapat dimanfaatkan bagi yang tak mau capek berjalan kaki. Untuk naik “taring” ini ongkosnya adalah sepuluh ribu rupiah sekali naik. Akan tetapi, kalau naik “taring” maka tidak bisa menikmati hewan-hewan dengan puas.

Atraksi Satwa
Berbagai atraksi satwa diadakan untuk menarik pengunjung, yaitu: feeding time untuk harimau, penguin, simpanse, arapima, ular, pecuk hitam, dan pelikan   yang semuanya telah terjadwal di peta sehingga bagi pengunjung yang ingin melihat atraksi tersebut dapat menyesuaikan diri dengan jam yang ada di peta tersebut. Ada juga pertunjukan satwa terampil dan pengenalan perilaku satwa, atraksi gajah, gajah tunggang, dan onta tunggang, yang semuanya sudah terjadwal dengan rapih.

Wahana
Ada berbagai wahana yang tersedia, yaitu: sirkuit ATV, perahu kayuh, kapal katamaran, banana orca, perahu boat, sepeda sewa, perahu senggol, sekuter air, terapi ikan, dan kolam tangkap. Rata-rata ongkosnya adalah 10.000-20.000 rupiah per wahana. Anak bungsu saya paling suka main di kolam tangkap, dengan harga 10.000 rupiah per 10 menit, dan diberi fasilitas jaring ikan kecil dan kantong plastik, anak-anak maksimal umur 12 tahun dengan bebas mencebur kolam untuk menangkap ikan. Ikan-ikan yang berhasil ditangkap akan dikembalikan lagi ke kolam oleh petugas, sedangkan tiap anak tetap mendapat hadiah 3 ekor ikan nila kecil yang telah disiapkan oleh petugas dalam kantong plastik untuk dibawa pulang. Tentu saja bukan hadiah ikan yang dicari anak saya, tetapi kepuasan ketika bisa menangkap 2 ekor ikan nila dari kolam tangkap tersebut, sedangkan dua sepupunya gagal menangkap satu ekor ikan pun. Para orang tua pun cukup terhibur melihat keceriaan anak-anak mereka di dalam kolam tangkap.

Fasilitas Umum yang Lengkap
Demi kenyamanan pengunjung, maka pihak pengelola menyediakan berbagai fasilitas umum, seperti toilet, mushola, kantin, gerai suvenir, hot spot area, polisatwa, pos keamanan, panggung, parkir kendaraan, tempat istirahat, taman bermain, semua tersedia dan tertulis di peta. Sayangnya, fasilitas parkir kendaraan pengunjung terasa masih kurang luas, sehingga terpaksa para pengunjung harus mencari parkir di halaman-halaman rumah peduduk di sekitar lokasi Gembira Loka.

Koleksi Satwa yang Cukup Lengkap

Berbagai jenis hewan Reptilia, burung, ikan, Mamalia, dan Primata menjadi koleksi kebun binatang ini. Koleksi yang paling mutahir adalah penguin Afrika yang terletak dalam Taman Burung. Dalam taman burung ini tersedia juga koleksi aneka burung yang sebagian besar merupakan burung langka. Pengunjung bisa bersentuhan langsung dengan beberapa jenis burung yang dibiarkan bebas di dalam dome yang bisa dimasuki oleh pengunjung.
Dulu, pengunjung bebas memberi makan hewan-hewan tersebut dengan makanan yang dibawanya sendiri. Sekarang hal itu dilarang, karena justru bisa membahayakan kesehatan dan keselamatan satwa-satwa tersebut jika salah makan. Saat ini bagi pengunjung yang ingin memberi makan satwa, telah disediakan makanan, seperti yang ada di kandang rusa, telah tersedia keranjang berisi kangkung. Pengunjung bisa memberikan kangkung tersebut kepada rusa, dengan memberikan infak 1000 rupiah yang dimasukkan dalam kotak infak di dekat keranjang kangkung.

Sentuhan Suasana

Ingin menikmati suasana makan di atas kapal dengan pemandangan bak di tengah lautan? Nikmatilah makan siang di atas Mayang Tirta. Mayang Tirta adalah sebuah tiruan kapal yang terletak di tengah kolam besar. Dulunya Mayang Tirta hanyalah gardu pandang yang tidak terawat dengan baik, tapi sekarang telah disulap menjadi sebuah kafe yang berkesan cukup elit dan bersih, dengan hiburan live music setiap harinya. Saat kita menikmati makan di atas Mayang Tirta, serasa kita sedang di atas sebuh kapal di tengah lautan, dengan pemandangan perahu-perahu dan wahana-wahan air lainnya yang wira-wir

melintas di bawah kita. Itulah sensasinya...

 Outlet Suvenir
Bagi yang ingin membeli suvenir khas Gembiraloka, telah tersedia gerai-gerai suvenir di titik-titik tertentu di dalam Gembiraloka, dan yang ingin membeli oleh-oleh baik makanan atau mainan anak-anak, tersedia deretan kios di luar pintu masuk, dengan aneka varian harga dan jenis. Tapi harus pintar-pintar menawar jika ingin membeli di sini. Yang saya suka adalah pedagang-pedagang asongan di sini tidak ada yang memaksa pengunjung dalam menawarkan dagangannya, sehingga pengunjung merasa nyaman, beda sekali saat saya sekeluarga berwisata ke Candi Borobudur. Saya jadi teringat betapa kekinya saat dikejar-kejar pedagang asongan di tempat wisata Candi Borobudur. 

Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta; Kamis, 31 Juli 2014

Rabu, 20 Agustus 2014

MELACAK JEJAK PRASEJARAH DI MUSEUM SANGIRAN



Teori Evolusi sangat terkenal dan membawa perdebatan panjang, dengan adanya pendapat bahwa manusia berkerabat dengan kera karena mempunyai nenek moyang yang sama. Saya sendiri tidak sependapat bahwa manusia berasal dari nenek moyang kera. Terlepas dari pro dan kontra, saya ingin sekali mengenalkan teori evolusi tersebut pada anak-anak saya. Memahami teori evolusi dapat dilakukan dengan menapak tilas jejak-jejak kehidupan prasejarah, dan mencoba mengkaitkan rentetan bentuk-bentuk kehidupan antar waktu selama masa jutaan tahun lalu. Oleh karena itulah, Museum Sangiran menjadi destinasi jalan-jalan kami kali ini. 

Museum Purbakala Sangiran adalah museum arkeologi yang dikelola oleh Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran, terletak di Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah. Museum ini terletak di kawasan situs fosil purbakala Sangiran yang oleh UNESCO ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia. Situs Sangiran sendiri memiliki luas mencapai 56 km2 yang meliputi 3 kecamatan, yaitu Gemolong, Kalijambe, dan Plupuh yang termasuk Kabupaten Sragen, dan Kecamatan Gondangrejo yang termasuk dalam Kabupaten Karanganyar. Menurut para ahli, Situs Sangiran secara keseluruhan berada di dalam kawasan Kubah Sangiran yang merupakan bagian dari depresi Solo, di kaki Gunung Lawu atau kira-kira 17 km dari kota Solo.

Menurut situs resmi BPSMP Sangiran, sejarah  Situs Sangiran dimulai pada Tahun 1893, ketika untuk pertama kalinya situs ini diteliti oleh Eugene Dubois. Pada Tahun 1932 L.J.C. van Es melakukan pemetaan secara geologis di Sangiran dan sekitarnya. Dengan pedoman pada peta tersebut, G. H. R. von Koenigswald melakukan survei eksploratif dan berhasil menemukan berbagai artefak manusia purba. Temuan tinggalan masa lalu berupa fosil fauna, artefak, dan fosil Homo erectus mengalami peningkatan baik dari jumlah maupun kualitas sehingga perlu dibentuk Unit Kerja di bawah Kantor Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Tengah yang bertugas mengamankan situs dan temuan arkeologis di Sangiran. Unit Kerja ini dibentuk pada Tahun 1982. Eksplorasi terhadap Situs Sangiran semakin intensif dilakukan sehingga potensi Sangiran sebagai situs prasejarah yang penting bagi pengetahuan, khususnya mengenai pemahaman evolusi manusia dan lingkungan semakin diperhitungkan dunia. Pada tanggal 5 Desember 1996, Situs Sangiran ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO. Sejalan dengan hal tersebut, pada Tahun 2007 Pemerintah membentuk Unit Pelaksana Teknis yang bertugas mengelola Situs Sangiran dan situs-situs sejenis lainnya di Indonesia. UPT tersebut diberi nama Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran, yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 

Karena tidak ingin kecapaian menjelajah area situs, maka cukuplah bagi kami untuk menjelajahi area museum. Sebenarnya kami juga ingin melihat pemandangan kawasan situs yang indah dari gardu pandang yang terletak tidak jauh (kira-kira 350 meter) dari museum, tetapi hari sudah sore ketika kami datang sehingga kami takut pulangnya kemalaman jika harus mampir ke gardu pandang. Di museum kami sudah cukup memperoleh informasi lengkap tentang sejarah penemuan fosil-fosil purba serta pola kehidupan manusia purba di Jawa yang berperan dalam menyumbang perkembangan ilmu Antropologi, Arkeologi, Geologi dan Paleoantropologi itu.  Di museum ini pula kami dapat menemukan jejak kehidupan yang telah berumur 2 juta hingga 200.000 tahun yang lalu. Artefak-artefak purba yang tertata rapi, patung-patung dan diorama yang menggambarkan pola kehidupan manusia purba, foto-foto dokumentasi proses penemuan artefak-artefak purba, semua itu cukup memberi banyak informasi, bahkan kami pun bisa menonton film animasi maupun dokumenter tentang sejarah Situs Sangiran. Di dalam museum memang tersedia ruang khusus yang kedap suara untuk memutar film-film tersebut. Sekali putar, rombongan pengunjung harus membayar 70 ribu rupiah, tidak pandang bulu berapa jumlah anggota rombongannya.

Fasilitas pendukung di museum ini juga cukup lengkap, ada toilet di dalam maupun di luar museum, taman, area parkir kendaraan, mushola, dan deretan warung makan. Bagi yang ingin belanja suvenir untuk oleh-oleh, tersedia juga deretan warung yang menjual aneka macam suvenir, umumnya berupa pernak-pernik yang terbuat dari batu Sangir dan batu onyx. Di sekitar area museum pun banyak show room yang menjual aneka produk dari batu onyx, seperti seperangkat meja kursi, pajangan, dll. Dan yang terpenting, tarif masuk museum pun sangat murah, hanya 3000 rupiah per orang dan 5 ribu rupiah untuk parkir mobil, kita bisa puas menikmati isi museum serta banyak mendapatkan pengetahuan yang berharga. 


Sangiran; 31 Maret 2014