Selasa, 23 Desember 2014

MERINDU KA’BAH: PENGALAMAN UMROH



Saya tidak akan bercerita dari sisi manasiknya, rukun, wajib atau sunnahnya, karena hal itu pastinya telah disampaikan dan dapat dipelajari dari bimbingan manasik haji dan umroh. Demikian juga tentang tempat-tempat mustajab untuk berdoa, seperti multazam, hijir ismail, maqom ibrahim, hajar aswad, roudhah, semua itu juga tentunya sudah disampaikan pada saat bimbingan manasik haji dan umroh. Tetapi saya akan menyampaikan pengalaman-pengalaman pribadi yang menyangkut spiritual maupun teknis, yang mungkin bisa bermanfaat bagai sahabat-sahabat muslim
1.       Ayo Menabung
Pertumbuhan jamaah umroh Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Adanya waiting list pendaftar haji yang mencapai 10 tahun lebih, bahkan ada daerah yang mencapai masa tunggu hingga 20 tahun, telah memicu umat muslim Indonesia yang telah ngebet bertamu ke tanah suci untuk melaksanakan ibadah umroh dulu sambil menunggu masa tunggu selesai. Bagi umat muslim yang mampu secara finansial, tentunya dengan mudahnya berangkat umroh kapan saja begitu ada waktu, tetapi bagaimana dengan yang telah memendam kerinduan sedangkan dana belum ada?
Yakinlah, bagi umat-Nya yang sungguh-sungguh berniat dan berusaha, maka Allah akan memudahkan mereka. 
Saya, seorang dosen PNS Gol III yang harus membantu keuangan suami, dengan cara menyisihkan 20% dari setiap pendapatan, dalam waktu 1,5 tahun tabungan saya telah cukup untuk ongkos umroh dengan standar yang baik beserta uang sakunya, yaitu sebesar 37 juta rupiah. Secara logika matematika, sebenarya dalam waktu 1,5 tahun tabungn saya belum cukup untuk berangkat umroh, tetapi Allah telah memudahkan jalan saya, selalu ada saja rejeki di luar pendapatan rutin yang bisa mempercepat menambah tabungan umroh saya. Yang penting adalah niat baik dan berusaha meraih rizki-Nya dengan jalan kebaikan. Dan, yang terpenting lagi adalah jangan lupa bahwa di sebagian harta kita ada hak dari orang fakir miskin dan mereka yang berjuang di jalan Allah. Oleh karena itulah, di setiap pendapatan saya, saya selalu menyisihkan 2,5% untuk zakat, dan perbanyak sedekah. Dengan membantu agama Allah, maka yakinlah bahwa Allah pun akan membantu kita.
2.       Pulang Sehat Tanpa Batuk
Ada anekdot bahwa pulang dari ibadah di tanah suci akan membawa oleh-oleh  batuk, karena yang tidak batuk hanyalah onta. Sewaktu saya melaksanakan ibadah haji tahun 2005 silam, saya pun pulang membawa batuk. Demikian juga, tetangga saya yang pulang umroh Mei 2014 pun membawa batuk sampai berhari-hari kemudian. Sewaktu saya akan berangkat umroh Juni 2014 lalu, saya bertekad agar pulang tidak membawa batuk. Saya ingin membuktikan bahwa tidak harus pulang membawa batuk. Allah pasti punya jalan untuk hamba-Nya. Dan selain berdoa, inilah resep yang saya jalankan selama ibadah umroh.
1.       Perbanyak minum air zamzam
Bumi Arab yang panas dan gersang menyebabkan kita banyak kehilangan cairan tubuh, sehingga mudah mengalami dehidrasi jika kurang minum. Minum air putih yang cukup juga bisa membantu menjaga kesehatan, minimal 2 liter sehari. Nach, mumpung sedang berada di tanah suci, maka air putih yang gratis dan sehat adalah air zamzam. Saya membawa botol minum kapasitas 1 liter dengan cangklong yang selalu saya bawa ke manapun saya pergi, sehingga bisa saya minum sewaktu-waktu tanpa menunggu rasa haus muncul. Setiap kali sholat jamaah ke Masjid Nabawi selama di Madinah maupun ke Masjidil Haram selama di Makah saya selalu membawanya dan mengisinya penuh jika botol itu telah kosong. Saya bisa minum air zamzam 3 botol sehari alias 3 liter. Jadi selama di tanah suci, air putih yang saya minum sehari-hari adalah air zamzam yang telah dijamin khasiatnya oleh Allah SWT.
2.       Pakai masker
Bulan Juni saat saya melaksanakan umroh adalah bulan panas dengan hari panjang, siang lebih panjang daripada malam, dengan suhu di siang hari bisa mencapai 45oC. Udara kering dengan kelembaban rendah ini membuat tenggorokan kita mudah kering, mudah luka alias radang, alias batuk. Oleh karena itu, masker akan membantu mengurangi kekeringan dan mencegah debu masuk.
3.       Makan apa saja yang tersedia
Selama di pesawat, di perjalanan dari Jedah-Madinah, Madinah-Mekah, di perjalanan tur, dan selama menginap di hotel, tentu pihak biro akan menyediakan makanan buat kita. Tidak selamanya makanan yang tersedia akan cocok dengan selera atau lidah kita. Tidak perlu protes, nikmati saja apa yang ada dengan rasa syukur. Asupan makanan yang cukup dan rasa syukur itu akan sangat membantu sistem imun tubuh kita.
 4.       Istirahat/tidur begitu ada waktu
Waktu untuk tidur bisa jadi sangat kurang, karena aktivitas kita yang padat, mengejar sholat jamaah  5 waktu di masjid, plus ibadah-ibadah sunah lainnya di tambah tur di sela-sela aktivitas ibadah tersebut, belum lagi kegiatan belanja oleh-oleh untuk keluarga, kerabat dan sahabat di tanah air, akan membuat waktu istirahat kita berkurang. Nach, setiap kesempatan untuk beristirahat, nikmati dengan sebaik-baiknya, meski hanya sebentar, yang penting cukup secara kualitas.

3.       Positive Thinking
Ada banyak orang yang merasa ketakutan bahwa nanti di tanah suci akan mengalami peristiswa-peristiwa aneh sebagai hukuman dari hal-hal buruk yang telah dilakukan selama hidupnya. Itu juga yang saya rasakan saat dulu saya mau berangkat haji tahun 2005 silam. Memang, saya punya pengalaman keajaiban di tanah suci pada waktu itu. Dari pengalaman-pengalaman itu, yang dapat saya simpulkan adalah bahwa setiap ucapan adalah doa, dan di tanah suci doa-doa itu mustajab dan langsung mendapatkan jawabannya. Saya merasakannya sendiri:
1.      Saya berangkat haji berempat, dengan suami dan bapak ibu saya. Waktu itu ibu saya terkena serangan stroke dan mengalami kelumpuhan. Selama satu minggu lebih ibu saya mengalami kelumpuhan. Suatu saat saya berdoa di depan ka’bah agar ibu saya bisa berjalan lagi, Subhanallah, sepulang dari Masjidil Haram, di pondokan, waktu itu di Al Jarwal, ibu menjemput saya di halaman dengan berjalan dan sambil tersenyum. Allohuakbar.
2.       Di tanah suci, godaan-godaan setan pun ada, sehingga dalam kondisi lelah karena ritual yang memakan banyak energi, maka jamaah haji gampang emosi. Demikian juga, terjadi pertengkaran antara saya dan suami. Waktu itu dalam perjalanan ke Arofah. Pada saat di Padang Arofah, saya berdoa agar Allah memberikan jalan keluar. Baru saja saya selesai  berdoa, menoleh ke belakang, ada suami saya membawakan segelas minuman hangat untuk saya sebagai tanda bahwa suami saya mengalah untuk berbaikan duluan. Allohuakbar.
3.       Janganlah kita sombong atau takabur, karena Allah tidak suka. Waktu itu, habis lempar jumroh di Mina, saya pulang ke tenda bareng seorang ibu sepuh teman seregu saya. Waktu itu saya dengan suami akan mampir dulu, sehingga ibu itu akan menuju tenda sendiri. Maka saya basa-basi tanya dengan ibu itu: “Bu, bisa pulang ke tenda sendiri, tidak lupa kan Bu?” Jawab si ibu; “Oh sudah hapal, tidak mungkin tersesat.” Waktu itu hari masih pagi, dan kami berpisah dengan ibu itu sudah sampai di lokasi perkemahan dekat tenda regu kami. Tetapi, saat kami pulang ke tenda regu, kami semua dihebohkan karena si ibu itu belum nyampai tenda sampai lewat tengah hari. Tak lama kemdian, ada seorang jamaah yang mengantar pulang si ibu itu karena tersesat jauh ke tenda lain, dalam kondisi kebingungan karena lupa jalan pulang ke tenda. Astaghfirullah, maka kita tidak boleh sombong atau takabur, di saat kita tanpa sengaja melakukannya, segeralah istighfar minta ampun pada Allah maka Allah akan segera mengampuni dan menolong kita. Itulah hikmah yang saya petik dari peristiwa tersebut.
Itulah beberapa peristiwa di antara banyak peristiwa yang saya alami sendiri dan membawa hikmah buat saya. Intinya adalah, kebiasaan-kebiasaan kita selama ini secara tidak sengaja mungkin akan terbawa di tanah suci, baik kebiasaan baik maupun buruk. Nach, semua itu di tanah suci akan mendapatkan balasannya secara langsung dari Allah SWT. Bukan balasan yang selama ini telah kita perbuat di tanah air. Jadi, prinsipnya adalah kehati-hatian kita selama di tanah suci dalam bersikap dan berbuat, seharusnya dimulai dari tanah air, sehingga di tanah suci kita sudah terpola untuk selalu berbuat baik dan kebiasaan baik itu pun akan tetap terpola sepulang kita kembali ke tanah air nantinya. Itulah mengapa seharusnya, ibadah haji maupun umroh bisa mengubah perilaku-perilaku kita yang tidak baik menjadi baik.
Hikmah dari perjalanan haji tersebut selalu saya ingat, sehingga sewaktu menjalankan ibadah umroh, kekhawatiran-kekhawatiran tersebut tidak terjadi lagi pada diri saya. Saya lebih tenang, tidak berpikiran macam-macam, yang pentng adalah selalu berpikiran positif, apapun diniati dengan baik, tidak boleh takabur, dan tidak pernah lepas dari doa pada Allah SWT untuk keselamatan dan kebaikan. Sehingga, selama menjalankan ibadah umroh kemarin ,saya enjoy saja, beribadah dengan nyaman, tanpa mengalami hal-hal yang tidak mengenakkan hati.
4.       Enjoy The Trip
Dari tanah air kita sudah melakukan perjalanan yang panjang dan cukup melelahkan. Dari Yogyakarta, dengan pesawat Garuda saya transit di Jakarta, kemudian melanjutkan perjalanan dengan pesawat Garuda yang lain menuju Madinah sekitar 9,5 jam. Selama di pesawat, kita kan diberi makanan dari pihak maskapai. Apapun yang disediakan, makan saja, tapa banyak protes. Itu demi kesehatan kita sendiri. Kalau mau ke toilet ya ke toilet, jangan ditunda-tunda, sambil jalan-jalan agar badan tidak kaku dan peredaran darah lancar selama 9 jam lebih di pesawat.
Selama haji maupun umroh, biro perjalanan akan mengadakan trip ke sejumlah tujuan, baik salama di kota Madinah maupun Mekah. Demikin juga saat umroh kemarin. Selama di Madinah, saya mengunjungi  percetakan Al-Qur’an, kebun kurma, Masjid Quba, Jabal Uhud, Masjid Qiblatain, dan Masjid Khandak. Dari Madinah berpindah ke Makah memakan waktu sekitar 8 jam perjalanan dengan bis, dan sebelum memasuki kota Madinah mampir di Masjid Bir Ali dulu untuk miqot.
Selama di Makah, saya mengunjungi Museum Harramain, Jabal Tsur, Jabal Nur, Padang Arofah dan Jabal rahmah, Musdzalifah, Mina, Masjid Ji’ronah untuk miqot dari Makah bagi yang ingin melakukan umroh lagi. Acara demikian padat, karena dilakukan di sela-sela kita memperbanyak ibadah di tanah suci, terutama di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram. Untuk itu, kuncinya adalah nikmati perjalanan dengan hati senang, selalu berdzikir kepada Allah. Rasa capek memang sering muncul, tetapi kalau hati senang dan tenang, maka insyaAllah badan kita tetap fit selama melakukan aktivitas apa pun.

Jedah-Madinah-Mekah-Jedah; 7-15 Juni 2014