Candi
Cetho terletak di Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Jawa
Tengah, atau tepatnya di lereng sebelah barat Gunung Lawu. Entah mengapa candi
ini dinamakan Candi Cetho. Mungkin karena udaranya yang jernih dengan
ketinggian sekitar 1400 m dari permukaan laut. Cetho dalam bahasa Jawa artinya jelas atau jernih.
Berbeda
dengan candi-candi Hindu lainnya, candi ini terkesan mistis dan sangat tenang,
didukung dengan pemandangannya yang sangat indah, di sela-sela hutan pinus.
Udaranya pun sangat sejuk dan segar. Cocok bagi orang-orang yang ingin sejenak
lari dari hiruk-pikuk kehidupan dan butuh ketenangan. Candi ini dibuka untuk umum setiap hari, dari
pukul 09.00 – 17.00 WIB. Harga tiket masuk untuk pengunjung domestik adalah Rp
2500,-, sedangkan untuk turis asing Rp 10.000,- per orang.
Saya bersama beberapa teman berkesempatan menikmati
keindahan alam dan ketenangan Candi Cetho di bulan Juni 2011. Kami berangkat
dari Solo dengan mobil yang dikemudikan oleh teman saya. Untunglah mobil yang
kami pakai adalah mobil sport yang
cocok untuk perjalanan ini, karena perjalanan menuju ke lokasi candi memerlukan
nyali yang besar. Rasanya seperti uji nyali saat harus melewati perjalanan
penuh dengan tikungan tajam yang tiba-tiba menanjak atau menurun, dengan
kondisi jalan yang tidak selalu mulus dan seringkali sempit. Penting mengecek
kondisi kendaraan sebelum melakukan perjalanan ini, rem dan mesin harus bagus. Tetapi, semua rasa was-was
itu terhibur oleh pemandangan alam pegunungan yang sangat indah, juga
pemandangan hamparan kebun teh di kanan kiri jalan. Kabut pun seringkali
menghiasi langit di atas gundukan bukit di sepanjang perjalanan.
Mengapa (bukan) Candi Porno?
Candi
Cetho merupakan peninggalan Raja Majapahit, Brawijaya V. Kompleks candi ini berisi
bangunan-bangunan untuk bersembahyang bagi masyarakat Hindu. Sampai saat
ini Candi Cetho masih dipergunakan oleh penduduk sekitar sebagai tempat
beribadah. Harumnya bunga sesaji dan dupa yang mereka letakkan di beberapa
sudut candi memberikan kesan mistis.
Sebagai tempat pemujaan Dewa
Siwa, maka di candi ini terdapat simbol-simbol Dewa Siwa. Terdapat juga patung
Brawijaya V beserta penasehatnya. Di salah satu terasnya terdapat susunan batu
dengan pahatan berbentuk matahari, yang
merupakan lambang Kerajaan Majapahit, Surya Majapahit. Di bagian teras yang
lain, yaitu di teras bawah, terdapat susunan batu yang berbentuk alat kelamin
laki-laki (lingga) dan alat kelamin perempuan (yoni). Bahkan, di salah satu
teras di bagian atas, terdapat bangunan yang di dalamnya terdapat patung
berbentuk alat kelamin laki-laki yang cukup besar. Bentuk-bentuk ini terkesan
sangat porno, tetapi sebenarnya merupakan simbol seksualitas dan kesuburan. Porno
atau bukan porno, semuanya itu tergantung dari persepsi orang yang melihat dan
merasakannya, kan?
Dewi Saraswati, Dewi Pengetahuan
Puas mengelilingi candi, kami
pun kemudian menaiki sisi kompleks yang lain, tempat terdapatnya Puri Dewi Saraswati
yang terletak sekitar 300 meter dari bangunan candi. Kami pun menuju sebuah
kolam berair sangat jernih dengan patung Dewi Sarawati berdiri anggun di tengahnya.
Dalam
legenda digambarkan bahwa Saraswati adalah Dewi atau lstri Brahma. Saraswati dianggap
sebagai Dewi pelindung atau pelimpah pengetahuan, kesadaran (widya), dan
sastra. Umat Hindu percaya bahwa berkat anugerah Dewi Saraswati, maka manusia menjadi
beradab dan berkebudayaan. Patung ini merupakan sumbangan dari pemerintah propinsi
Bali.
Pemandangan di area ini sangat indah dan sejuk dengan
latar belakang pohon-pohon pinus. Di sebelah kanannya terdapat sebuah jalan kecil menuju
ke Sendang Pundi Sari yang dulunya berfungsi sebagai tempat penyucian diri
sebelum sembahyang di candi. Kami pun mencoba mencuci muka dan kaki kami dengan
airnya yang bersih, dingin dan segar. Rasanya segala rasa capek ketika mendaki bukit hilang sudah. Hmmm...airnya segar sekali.
Puas bermain
air di sendang, kami melanjutkan perjalanan mendaki lagi ke sisi bukit yang
lain. Kali ini kami harus menyeberang sungai kecil dengan bebatuan yang
berserak di dasar sungai secara alami. Airnya sangat jernih dan segar.
Pemandangan di kanan kiri sungai juga sangat indah. Kami sempatkan bermain air
di sini. Hmmm...dingin....rasanya lebih
segar dari air di sendang tadi. Dari sungai ini kami mendaki lagi dan menemukan
punden berundak dengan bangunan yang terdapat mahkota raja di atasnya. Sepertinya
bangunan ini pun merupakan bangunan pemujaan, karena bangunan seperti ini banyak
ditemukan di Pulau Bali yang merupakan pusat agama Hindu di Indonesia. Di lokasi inilah
perjalanan menyusuri setiap sudut kompleks candi kami akhiri. Cukup sudah kami
menikmati erotisme alam di kompleks Candi Cetho hari ini.
=====
Dari
tulisan saya ini, tentunya Anda sepakat dengan saya untuk mengambil kesimpulan
bahwa kompleks Candi Cetho menawarkan pesona tersendiri sebagai tempat tujuan
wisata, dengan pemandangan alamnya yang indah, udaranya yang sejuk, suasananya
yang tenang, dan daya tarik sejarah masa
lalu serta misteri keberadaan patung-patung yang erotis dan terkesan porno.
Bagi Anda yang ingin menginap pun, tersedia banyak penginapan di sekitar lokasi
wisata ini. Jadi, ayo tunggu apa lagi, jadikan Candi Cetho sasaran liburan Anda
berikutnya!...