Teori
Evolusi sangat terkenal dan membawa perdebatan panjang, dengan adanya pendapat
bahwa manusia berkerabat dengan kera karena mempunyai nenek moyang yang sama. Saya
sendiri tidak sependapat bahwa manusia berasal dari nenek moyang kera. Terlepas
dari pro dan kontra, saya ingin sekali mengenalkan teori evolusi tersebut pada
anak-anak saya. Memahami teori evolusi dapat dilakukan dengan menapak tilas
jejak-jejak kehidupan prasejarah, dan mencoba mengkaitkan rentetan
bentuk-bentuk kehidupan antar waktu selama masa jutaan tahun lalu. Oleh karena
itulah, Museum Sangiran menjadi destinasi jalan-jalan kami kali ini.
Museum
Purbakala Sangiran adalah museum arkeologi yang dikelola oleh Balai
Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran, terletak di Kecamatan Kalijambe,
Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah. Museum ini terletak di kawasan situs fosil
purbakala Sangiran yang oleh UNESCO ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia.
Situs Sangiran sendiri memiliki luas mencapai 56 km2 yang meliputi 3
kecamatan, yaitu Gemolong, Kalijambe, dan Plupuh yang termasuk Kabupaten
Sragen, dan Kecamatan Gondangrejo yang termasuk dalam Kabupaten Karanganyar. Menurut
para ahli, Situs Sangiran secara keseluruhan berada di dalam kawasan Kubah
Sangiran yang merupakan bagian dari depresi Solo, di kaki Gunung Lawu atau kira-kira
17 km dari kota Solo.
Menurut situs resmi BPSMP Sangiran, sejarah Situs Sangiran dimulai pada Tahun 1893, ketika
untuk pertama kalinya situs ini diteliti oleh Eugene Dubois. Pada Tahun 1932
L.J.C. van Es melakukan pemetaan secara geologis di Sangiran dan sekitarnya. Dengan
pedoman pada peta tersebut, G. H. R. von Koenigswald melakukan survei
eksploratif dan berhasil menemukan berbagai artefak manusia purba. Temuan
tinggalan masa lalu berupa fosil fauna, artefak, dan fosil Homo erectus
mengalami peningkatan baik dari jumlah maupun kualitas sehingga perlu dibentuk
Unit Kerja di bawah Kantor Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Tengah
yang bertugas mengamankan situs dan temuan arkeologis di Sangiran. Unit Kerja
ini dibentuk pada Tahun 1982. Eksplorasi terhadap Situs Sangiran semakin
intensif dilakukan sehingga potensi Sangiran sebagai situs prasejarah yang
penting bagi pengetahuan, khususnya mengenai pemahaman evolusi manusia dan
lingkungan semakin diperhitungkan dunia. Pada tanggal 5 Desember 1996, Situs
Sangiran ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO. Sejalan dengan
hal tersebut, pada Tahun 2007 Pemerintah membentuk Unit Pelaksana Teknis yang
bertugas mengelola Situs Sangiran dan situs-situs sejenis lainnya di Indonesia.
UPT tersebut diberi nama Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran,
yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Direktorat Jenderal
Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Karena tidak
ingin kecapaian menjelajah area situs, maka cukuplah bagi kami untuk
menjelajahi area museum. Sebenarnya kami juga ingin melihat pemandangan kawasan
situs yang indah dari gardu pandang yang terletak tidak jauh (kira-kira 350
meter) dari museum, tetapi hari sudah sore ketika kami datang sehingga kami
takut pulangnya kemalaman jika harus mampir ke gardu pandang. Di museum kami
sudah cukup memperoleh informasi lengkap tentang sejarah penemuan fosil-fosil
purba serta pola kehidupan manusia purba di Jawa yang berperan dalam menyumbang
perkembangan ilmu Antropologi, Arkeologi, Geologi dan Paleoantropologi itu. Di museum ini pula kami dapat menemukan jejak
kehidupan yang telah berumur 2 juta hingga 200.000 tahun yang lalu.
Artefak-artefak purba yang tertata rapi, patung-patung dan diorama yang
menggambarkan pola kehidupan manusia purba, foto-foto dokumentasi proses penemuan
artefak-artefak purba, semua itu cukup memberi banyak informasi, bahkan kami
pun bisa menonton film animasi maupun dokumenter tentang sejarah Situs
Sangiran. Di dalam museum memang tersedia ruang khusus yang kedap suara untuk
memutar film-film tersebut. Sekali putar, rombongan pengunjung harus membayar
70 ribu rupiah, tidak pandang bulu berapa jumlah anggota rombongannya.
Fasilitas pendukung
di museum ini juga cukup lengkap, ada toilet di dalam maupun di luar museum, taman, area
parkir kendaraan, mushola, dan deretan warung makan. Bagi yang ingin belanja
suvenir untuk oleh-oleh, tersedia juga deretan warung yang menjual aneka macam
suvenir, umumnya berupa pernak-pernik yang terbuat dari batu Sangir dan batu
onyx. Di sekitar area museum pun banyak show
room yang menjual aneka produk dari batu onyx, seperti seperangkat meja
kursi, pajangan, dll. Dan yang terpenting, tarif masuk museum pun sangat murah,
hanya 3000 rupiah per orang dan 5 ribu rupiah untuk parkir mobil, kita bisa
puas menikmati isi museum serta banyak mendapatkan pengetahuan yang berharga.