Bagi Anda yang suka berpetualang dan menikmati alam,
tentunya dua lokasi wisata alam yang terletak di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat
ini tidak asing lagi. Ya, Pantai Pangandaran dan Green Canyon. Tetapi, bagi Anda yang belum pernah menginjakkan kaki
ke dua tempat yang keindahannya begitu memanjakan mata tersebut, semoga tulisan
tentang pengalaman saya sekeluarga berkunjung ke Pantai Pangandaran dan Green Canyon di pertengahan Tahun 2008 ini
bisa merayu Anda untuk berlibur ke sana.
Pada musim liburan itu kebetulan kami ada undangan
pernikahan saudara di Sumpiuh, Banyumas. Saya yang memang mempunyai jiwa “petualang”
yang kuat langsung tergerak untuk merancang liburan keluarga. Tentunya wisata alam yang menjadi sasarannya.
Saya pun segera mencari informasi tempat wisata alam yang lokasinya searah dengan
Sumpiuh alias ke barat, dengan perhitungan bahwa kami berangkat dari
Yogyakarta. Kemudian saya teringat akan pengalaman saya ke Pantai Pangandaran
semasa saya kuliah dulu. Untuk itulah saya ingin mengenang kembali memori indah
di Pantai Pangandaran itu. Dari seorang teman, saya juga mendapatkan informasi
bahwa ada sebuah tempat wisata di dekat Pantai Pangandaran yang sangat eksotis,
yaitu Green Canyon. Maka, kemudian
saya dan suami memutuskan bahwa target sasaran plesiran kami kali ini adalah Pantai Pangandaran dan Green Canyon.
Sesuai rencana, sore hari selesai acara resepsi di
Sumpiuh kami langsung menuju ke kota Cilacap dan menginap di Hotel Delima, dan keesokan
paginya kami mampir ke rumah seorang sahabat dari mertua saya yang tinggal di
Cilacap untuk sekedar bersilaturahim. Setelah cukup beramah tamah dan
berkangen-kangenan, kami langsung melanjutkan perjalanan ke arah Ciamis. Suami saya menyetir mobil dengan santai, jika
sudah merasa capek atau mengantuk maka
mobil akan berhenti di pom bensin agar kami bisa beristirahat sejenak sekaligus
mengisi bensin, atau berhenti di rumah makan sekaligus untuk makan siang.
Apalagi sebuah perjalanan dengan melibatkan anak balita memang harus santai dan
senyaman mungkin.
Sore hari, akhirnya kami sampai juga di lokasi
wisata Pantai Pangandaran, sebuah pantai yang dinobatkan sebagai pantai terbaik
di Pulau Jawa menurut versi AsiaRooms.
Kedatangan kami yang melawan arus, yaitu di hari Minggu sore, membuat kami
lebih merasa nyaman karena lokasi wisata tidak penuh sesak seperti pada saat malam
minggu.
Begitu memasuki gerbang wisata, kami langsung disambut oleh beberapa
calo hotel/penginapan yang terus saja menguntit mobil kami. Hal ini sangat
membuat kami risih. Secara halus saya
dan suami menolaknya dengan mengatakan bahwa kami ingin jalan-jalan ke pantai
dulu baru kemudian mencari penginapan sendiri.
Akhirnya, kami pun bisa menghindari kejaran para calo tersebut.
Tidak sulit mencari penginapan di lokasi wisata ini
karena banyak hotel/penginapan dengan banyak pilihan harga dan fasilitas
berjejer di sepanjang pantai. Deretan hotel/penginapan
yang menghadap ke arah pantai ini dipisahkan dari garis pantai oleh jalan aspal. Dan di sepanjang jalan aspal ini berderet
warung-warung suvenir maupun warung-warung makan yang menyajikan menu makanan
khas sea food. Saya berusaha mencari-cari penginapan tempat
saya menginap di tahun 1993-an dulu, tapi tidak bisa menemukannya. Akhirnya kami memutuskan untuk menginap saja
di Hotel Sandaan.
Banyak yang berubah di tempat ini karena dampak dari
peristiwa dahsyat bencana tsunami di Tahun 2006 yang meluluhlantakkan kawasan
wisata ini dan memakan cukup banyak korban jiwa. Saya sempat memotret reruntuhan bangunan penginapan
akibat tsunami yang belum sempat direhab oleh pemiliknya. Di sepanjang pantai, saat
ini juga telah dibangun semacam tanggul-tanggul penahan ombak untuk berjaga-jaga
jika bencana tsunami kembali datang. Ya,
kawasan pantai selatan Jawa memang rawan dengan bencana tsunami.
Setelah melepas lelah sebentar di penginapan, kami
segera menuju ke pantai untuk menikmati keindahan pantai selatan Jawa Barat
yang landai dan berombak relatif tenang ini. Tak lupa pula kami sempatkan
berperahu menuju ke lokasi Pantai Pasir Putih yang dihuni oleh populasi kijang
dan kera ekor panjang. Sebenarnya populasi
kera dan kijang ini berhabitat di hutan yang menjadi Taman Nasional yang
terletak di sekitar pantai, tetapi mereka sering turun dan singgah di pantai
Pasir Putih ini. Kami juga dapat menikmati keindahan taman laut yang bisa
dilihat dari atas perahu, karena air laut begitu bersih dan jernih. Mungkin karena pasirnya yang berwarna putih itulah
maka pantai ini terkenal dengan nama Pantai Pasir Putih.
Tukang perahu dengan setia menunggui kami
yang sedang asyik bermain air di pantai dan bercanda dengan sekumpulan kera. Setelah
puas menikmati keindahan alam di Pantai Pasir Putih, kami pun kembali naik
perahu untuk kembali ke lokasi Pantai Pangandaran. Selama perjalanan dengan perahu ini, Si Tukang
Perahu menunjukkan pada kami, meski dari kejauhan, lokasi gua dan tempat
pendaratan penyu, serta batu karang yang dikeramatkan oleh penduduk sekitar.
Menikmati malam di lokasi wisata Pantai Pangandaran kami
lakukan dengan jalan-jalan sambil merasakan hembusan angin malam dan udara pantai. Bayangan pohon-pohon kelapa di tepi pantai
juga indah untuk dinikmati. Penerangan
jalan yang sangat baik di sepanjang pantai memudahkan kami untuk menikmati
suasana malam itu. Tak lupa pula kami menikmati sea food khas Pangandaran di
sebuah warung makan di tepi pantai, serta mencari oleh-oleh berupa suvenir
maupun ikan asin dan kerupuk khas Pantai Pangandaran.
Pagi-pagi sekali sehabis sholat shubuh, kembali kami
menikmati suasana pantai. Kali ini,
segarnya udara pagi menimbulkan kenikmatan tersediri, apalagi dinikmati sambil
bermain air di pantai. Pemandangan matahari terbit juga mengundang sensasi
tersendiri. Tetapi, kami tidak bisa
berlama-lama menikmati pagi di pantai Pandandaran, karena kami akan melanjutkan
perjalanan ke Green Canyon.
*******
Tempat yang aslinya bernama Cukang Taneuh ini mulai dipopulerkan sebagai Green Canyon oleh seorang warga Eropa (Swiss atau Perancis ya?....hmm,
lupa nich) pada Tahun 1993. Nama Green Canyon terinspirasi dari Grand Canyon di Amerika, hal ini mungkin karena keindahan Green Canyon dapat disejajarkan dengan
keindahan Grand Canyon yang terkenal
di seluruh dunia itu.
Green Canyon
terletak di Desa Kertayasa, Kecamatan Cijulang, Ciamis, Jawa Barat, atau sekitar 30 km dari Pantai Pangandaran ke arah barat
atau ke arah Cijulang, yang dapat ditempuh sekitar 30 menit dengan mobil. Jalan menuju ke lokasi wisata Green Canyon cukup bagus. Di sepanjang
perjalanan dengan mobil, kami disuguhi pemandangan Sungai Cijulang dengan formasi pohon nipah di tepi-tepinya.
Formasi nipah ini menunjukkan bahwa sungai ini sudah dekat dengan pantai. Memang di dekat lokasi Green Canyon ada obyek wisata pantai, yaitu Pantai Batu karas.
Objek wisata Green Canyon yang
sangat menakjubkan ini sebenarnya merupakan aliran dari Sungai Cijulang yang
melintas menembus gua yang penuh dengan pesona keindahan stalaktit dan
stalakmitnya. Daerah ini juga diapit oleh dua bukit, yang dipenuhi dengan bebatuan
dan rerimbunan pepohonan, yang semuanya itu membentuk lukisan alam yang begitu menakjubkan
dan menantang untuk dijelajahi.
Untuk mencapai lokasi Green Canyon
yang merupakan gua berair terjun ini, kami berangkat dari dermaga Ciseureuh
untuk naik perahu tempel. Kami menyewa
sebuah perahu tempel dengan harga 75 ribu rupiah untuk kami sekeluarga, dengan
dipandu oleh dua orang awak perahu. Jarak antara dermaga dengan lokasi Green Canyon sekitar 3 km, dengan waktu
tempuh sekitar setengah jam. Sepanjang perjalanan kami melewati sungai dengan
air berwarna hijau toska. Kata orang, mungkin dari sinilah nama Green Canyon berasal. Kami juga melihat beberapa
ekor biawak yang sedang asyik berjemur di tepi sungai. Pemandangan di sepanjang tepi kiri dan kanan
sungai juga sangat indah, betul-betul mengagumkan sekali alam ciptaan Tuhan
ini. Saya bahkan terus-menerus berdecak
kagum dan memuji nama Tuhan.
Begitu terlihat jeram dengan alur yang sempit dan sulit dilewati oleh
perahu, berarti kami sudah sampai di mulut Green
Canyon, sehingga perahu kami harus berhenti di lokasi ini. Kami pun turun dari perahu dan berdiri di
atas bebatuan sambil mengedarkan pandangan mata di sekitar kami yang sangat menakjubkan.
Air yang sangat jernih berwarna kebiru-biruan, dan pemandangan stalagmit dan
stalagtit yang sangat indah.
Subhanalloh, indahnya!
Di titik inilah sebenarnya awal
petualangan menjelajah keindahan alam objek wisata ini dimulai. Dari sini
wisatawan dapat melanjutkan perjalanan ke atas dengan berenang atau merayap di
tepi batu. Disediakan ban dan pelampung bagi yang memilih untuk berenang. Saya pun
tertantang untuk mencoba berenang di kejernihan air yang dingin dan segar di
dalam gua ini. Karena saya tidak bisa berenang, maka saya mengandalkan
pelampung dan seorang pemandu yang siap menuntun saya ke arah air terjun. Tentunya saya memberikan imbalan uang kepada
pemandu ini. Berhubung Satria, anak saya yang kecil masih berumur 2 tahun, maka
suami saya bersedia merelakan diri untuk berjaga dengan Satria di tempat pendaratan
perahu, sedangkan saya, Raka (anak saya yang besar), dan Fajar (adik saya) mencoba
petualangan seru berenang menyusuri Green
Canyon ini.
Perjalanan kami menyusuri gua dengan berenang disuguhi keindahan dinding-dinding
terjal di kanan kiri aliran sungai, yang paling unik berbentuk menyerupai sebuah gua yang atapnya
sudah runtuh. Selain itu, tetesan-tetesan air tanah dari stalaktit-stalaktit di
atas kami menjadi sensasi tersendiri. Setelah beberapa puluh meter berenang, terlihat
beberapa air terjun kecil di bagian kiri kanan yang begitu menawan. Sampai di sini
kami sudah merasa capek dan takut,
mengingat kami tidak bisa berenang, sehingga kami memutuskan untuk kembali ke
tempat pendaratan perahu. Sebenarnya, jika diteruskan berenang maka kami akan
sampai pada ujung jalan yang terdapat gua yang dihuni oleh banyak kelelawar.
Petualangan berenang di Green Canyon ini sungguh-sungguh menjadi pengalaman yang seru dan mendebarkan bagi saya. Hanya satu kata yang saya ucapkan sebagai laporan pada suami saya begitu saya kembali lagi ke tempat pendaratan perahu, yaitu “sensasional”.
Petualangan berenang di Green Canyon ini sungguh-sungguh menjadi pengalaman yang seru dan mendebarkan bagi saya. Hanya satu kata yang saya ucapkan sebagai laporan pada suami saya begitu saya kembali lagi ke tempat pendaratan perahu, yaitu “sensasional”.