Siapa
yang tidak mengenal Bromo, destinasi yang telah menarik banyak wisatawan domestik
maupun mancanegara untuk menikmati pesonanya, tak terkecuali saya sekeluarga.
Gunung yang masih aktif ini mempunyai ketinggian hampir 3000 m dpl, dan berada dalam
wilayah 4 kabupaten di Provinsi Jawa Timur, yaitu Probolinggo, Pasuruan,
Lumajang, dan Malang. Gunung ini mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah
±800 meter (utara-selatan) dan ±600 meter (timur-barat), sedangkan daerah bahayanya
berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo. Bentuk tubuh
Gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 km2.
Bagi penduduk Bromo, yaitu suku Tengger yang beragama
Hindu, Gunung Brahma atau Bromo dipercaya sebagai gunung suci. Setahun sekali
masyarakat Tengger mengadakan upacara Yadnya Kasada atau Kasodo di sebuah pura
di kaki Gunung Bromo utara dan dilanjutkan ke puncak Gunung Bromo. Upacara
diadakan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama sekitar
tanggal 14 atau 15 di bulan Kasodo (ke sepuluh) menurut penanggalan Jawa.
Tetapi, selain populasi mayoritas yang beragama Hindu, terdapat juga populasi
muslim di wilayah ini. Oleh karena itu, di Desa Cemoro Lawang yang merupakan desa
terakhir di kaki Gunung Bromo, juga terdapat sebuah masjid yang dijuluki masjid
tertinggi di Indonesia karena dibangun di atas ketinggian hampir 3000 m dpl.
Gunung Bromo merupakan bagian dari Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru, yang diresmikan oleh Pemerintah Indonesia pada tanggal 12
November 1992. Taman Nasional ini mempunyai flora dan fauna khas yang
dilindungi, seperti bunga edelweis dan berbagai jenis anggrek, sedangkan
satwanya antara lain rusa, kijang, ayam hutan, macan tutul, serta aneka burung
seperti burung elang, srigunting, alap-alap dan rangkong.
Gunung Bromo adalah salah satu dari sekian banyak gunung
yang berada di kawasan Taman Nasional Gunung Bromo Tengger Semeru. Gunung-gunung
yang lainnya adalah: Gunung Batok, Gunung Kursi, Gunung Watangan, Gunung
Widodaren, Gunung Linggo, Gunung Penanjakan, Gunung Pundak Lembu, Gunung
Gandera, Gunung Ringgit, Gunung Widangan, Gunung Sumbersenami, Gunung Pranten,
dan Gunung Bajangan. Dari sekian banyak gunung yang berada di dalam kawasan
Taman Nasional Gunung Bromo Tengger Semeru tersebut, tentu saja Gunung Bromo
lah yang paling menarik dikunjungi oleh wisatawan dan telah dikembangkan
sebagai kawasan ekowisata.
Menuju Bromo
Saya sekeluarga
berangkat dari Yogyakarta pada malam hari, dengan harapan sampai di Kota
Probolingo pada dini hari. Sesampai di Kota Probolinggo kami mencari penginapan
yang cukup banyak terdapat di kota ini. Dengan browsing di internet, kami dengan mudah menemukan hotel yang sesuai
dengan keinginan. Setelah sarapan dan istirahat beberapa jam di kamar hotel,
kami check out untuk keliling-keliling Kota Probolinggo,
kemudian melanjutkan perjalanan naik menuju Gunung Bromo. Sore hari kami sampai
di desa terakhir di kaki Gunung Bromo yang berbatasan langsung dengan pintu
gerbang masuk ke kawasan ekowisata Gunung Bromo, yaitu Desa Cemoro Lawang. Saran
dari seorang teman, jika ingin lebih puas menikmati keindahan Bromo dan
menemukan momen-momen spesial yang tidak ada di tempat lain, menginaplah di
Cemoro Lawang dan tibalah di sini sebelum senja hari, maka akan dapat dinikmati
sunset view yang indah, hamparan
lautan pasir di kejauhan dan kabut yang menggantung di kaki gunung.
Saya sekeluarga tiba
di Cemoro Lawang sore hari, sehingga masih bisa menikmati pemandangan hamparan
terasering lahan pertanian sayuran, seperti kentang, tomat, sayuran hijau, dan
juga cabai Bromo yang bentuknya khas dan rasanya sangat pedas. Selain itu, kami
juga bisa menikmati pemandangan di sekitar pintu gerbang ekowisata Gunung Bromo
tersebut, menikmati hawa Bromo, bak musim gugur di Eropa, hamparan kabut yang
menutupi puncak gunung dan lautan pasir yang ada di lembah Bromo, ataupun
belanja suvenir khas Bromo di outlet maupun
di pedagang asongan. Saya ada sedikit tips belanja, yaitu belanja di pedagang
asongan bisa lebih murah daripada di outlet,
dan harga akan lebih murah lagi di pagi hari sepulang dari touring (saat arus balik wisatawan). Suvenir yang banyak dijual
adalah syal, penutup kepala, kaos, magnet kulkas, maupun gantungan kunci
bertuliskan Gunung Bromo, tetapi juga ada sarung tenun khas Bali. Tidak heran,
karena budaya Bali sangat kental mempengaruhi masyarakat Hindu Tengger di sini.
Di Cemoro Lawang tidak ada hotel, yang ada
hanyalah homestay-homestay yang
dikelola oleh masyarakat perseorangan. Beberapa hari sebelum berangkat ke
Bromo, saya telah browsing di
internet dan mem-booking sebuah homestay yang nyaman dengan fasilitas
yang cukup lengkap seharga 950 ribu rupiah untuk satu hari. Fasilitas homestay meliputi ruang tamu yang luas,
2 kamar tidur yang cukup luas, dapur, ruang makan, kamar mandi dengan fasilitas
air panas, dan garasi plus sepeda gunung yang bisa dipakai keliling-keliling
menikmati pemandangan alam pegunungan yang indah. Selain itu, saya juga sudah booking
paket wisata touring dengan
kendaraan jeep untuk 4 orang seharga 750 ribu rupiah. Touring tersebut meliputi
paket sunrise view, kawah Bromo, “Bukit
Teletubbies”, dan “Pasir Berbisik”. Harga tersebut sudah termasuk bahan bakar
mobil, pemandu, dan driver, tetapi belum
termasuk tiket masuk kawasan ekowisata Bromo. Untuk tiket masuknya sendiri,
kami masing-masing harus membayar 30 ribu rupiah.
1. Kondisi
kendaraan harus fit dengan bahan bakar yang full
tank, serta driver yang terampil.
Hal ini mengingat kondisi medan yang
terjal, curam dan naik turun, serta jauh
dari SPBU ataupun kios penjual BBM
2. Persiapan
baju hangat atau jaket, penutup kepala, kaos kaki, syal, sarung tangan, dan
masker. Peralatan ini sangat diperlukan mengingat begitu dinginnya puncak Bromo
di waktu dini hari saat kita melaksanakan touring
untuk melihat sunrise view, sedangkan
masker diperlukan saat kita berada di dekat kawah Bromo. Bau belerang yang
sangat menyengat dapat membuat kita sesak napas. Akan tetapi, jika kita tidak
siap dengan perlengkapan ini dari rumah, kita dapat membelinya di Cemoro
Lawang. Di sini banyak pedagang asongan yang menjual semua perlengkapan ini
dengan harga murah, rata-rata 20 ribu rupiah untuk masing-masing syal dan
penutup kepala bertuliskan Gunung Bromo. Perlu diketahui, di Cemoro Lawang pun
udara sudah terasa sangat dingin, bahkan menginjak lantai rumah pun seperti
menginjak es batu jika tanpa alas kaki.
3. Bekal
makanan termasuk perlengkapan untuk makan. Karena harus menginap di homestay yang artinya semuanya harus self service, maka bekal makanan atau
cemilan dan minuman akan sangat bermanfaat. Di dapur homestay tempat saya sekeluarga menginap memang tersedia kompor,
beberapa bungkus mie instan dan minuman instan, tetapi kami pun sudah siap
dengan banyak perbekalan makanan dan heater
untuk memasak air panas secara elektrik. Bekal ini sangat bermanfaat karena cuaca
yang dingin membuat kita mudah lapar, sedangkan kalau harus pergi ke warung
lumayan jauh dengan kondisi jalan naik turun. Tetapi kita masih bisa membeli
bakso dari pedagang keliling yang biasa menghampiri setiap homestay yang sedang berpenghuni. Kebetulan saat kami ke Bromo pas
liburan akhir tahun, sehingga cukup sulit juga menemukan homestay yang kososng. Bersyukur, saya sudah booking jauh-jauh hari sebelumnya.
4. Bekal
obat-obatan. Bekal ini sangat penting mengingat kita menginap di pelosok yang
jauh dari fasilitas perkotaan, sehingga bekal obat-obatan akan sangat
bermanfaat untuk jaga-jaga.
5. Berdolah
agar selama di sini tidak turun hujan, paling tidak saat melakukan touring ke puncak Bromo. Jika hujan kita
tidak bisa menikmati keindahan kawasan ekowisata Bromo karena pemandangan
tertutup kabut dan cukup berbahaya juga bagi kendaraan jeep untuk menyusuri
jalan yang berbukit dengan jurang di tepinya. Saya beryukur hujan turun setelah
kami selesai touring sekitar pukul 11
siang.
Paket
touring
Inti
dari visit Bromo sebenarnya adalah
aktivitas touring dengan kendaraan
jeep untuk mengejar sun rise view. Inilah
salah satu keuntungannya jika kita menginap di desa terkahir, yaitu Cemoro
Lawang. Kita bisa berangkat lebih akhir, yaitu sekitar pukul 3 pagi. Tetapi,
jika menginap di desa yang letaknya masih di lereng bawah, maka kita harus
berangkat lebih awal, bahkan pukul 12 tengah malam harus sudah berangkat. Hal
ini disebabkan karena jarak tempuh dari masing-masing penginapan ke lokasi
ekowisata serta antrian panjang kendaraan jeep di depan pintu loket masuk
terutama pada musim puncak liburan. Jadi, jika kita menginap di homestay di Desa Cemoro Lawang yang
tidak jauh dari pintu loket maka malam sebelumnya kita bisa lebih lama
beristirahat.
Rute
touring adalah sebagai berikut:
Untuk
bisa menikmati sunrise view kami
harus rela dibangunkan oleh pemandu pukul 3 pagi, kemudian dengan naik jeep
bergerak menuju Puncak Penanjakan. Sholat shubuh kami lakukan di dalam
perjalanan. Puncak musim liburan akhir tahun ini membuat sangat panjang antrian
kendaraan jeep yang membawa wisatawan menuju puncak. Inilah yang memecah
kesunyian dini hari. Sesampai di Penanjakan ternyata cukup banyak wisatawan
yang telah sampai dan sedang menunggu terbitnya matahari di tengah dinginnya
udara pagi pegunungan. Setelah merasakan dan menikmati keindahan matahari terbit,
maka kami pun bergegas turun dari puncak Penanjakan untuk kemudian melanjutkan
perjalanan menuju kawah Bromo, dalam iring-iringan jeep lagi. Itulah sensasinya.
Untuk menikmati panorama
kawah Bromo, maka kita harus menuju puncak Bromo. Kendaraan jeep hanya sampai
di pangkalan, sehingga perjalanan harus dilanjutkan dengan jalan kaki atau naik
kuda sekitar 1 km sampai di bawah tangga Bromo. Kami memilih naik kuda, dengan
tarif 125 ribu rupiah PP per ekor kuda, sehingga saya harus membayar 500 ribu
rupiah untuk 4 ekor kuda. Sampai di kaki tangga kawah, selanjutnya kami harus
berjalan kaki menyusuri tangga sampai ke kawah Bromo. Bau belerang sangat
menyengat di area ini, maka inilah saatnya memakai masker agar tidak sesak
napas.
3. Bukit
Teletubbies.
Setelah
puas menikmati panorama kawah Bromo, perjalanan kembali dilanjutkan dengan jeep
menuju area perbukitan dengan pemandangan vegetasi rumput-rumputan yang sangat
indah mirip gambar di film animasi anak-anak Teletubies sehingga bukit ini disebut
“Bukit Teletubbies”. Di lokasi ini kami puas-puaskan untuk berfoto ria sambil
menikmati pemandangan yang ada.
4. Pasir
Berbisik
Dari
Bukit Teletubbies perjalanan berlanjut ke hamparan lautan pasir yang disebut
dengan “Pasir Berbisik”, karena di saat angin bertiup seperti menghadirkan suara-suara bisikan pada hamparan pasir yang
konon luasnya mencapai 10 km2 tersebut. Di lautan padang pasir ini saya merasa tampak
kecil di hadapan alam. Sungguh Mahabesar Allah yang telah menciptakan keindahan
alam sedemikian rupa.
Dari
lokasi Pasir Berbisik inilah paket touring
berakhir, kemudian kami didrop kembali ke penginapan. Biasanya paket touring berakhir sekitar pukul 10 pagi.
Sesampai di homestay, kami pun
beristirahat sejenak, kemudian bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan touring liburan akhir tahun kami ke
tujuan berikutnya.
Liburan Keluarga akhir tahun, 25-31 Desember 2014;
Probolinggo-Bromo-Pasuruan-Malang-Surabaya-Gresik-Demak-Semarang
kelinci99
BalasHapusTogel Online Terpercaya Dan Games Laiinnya Live Casino.
HOT PROMO NEW MEMBER FREECHIPS 5ribu !!
NEXT DEPOSIT 50ribu FREECHIPS 5RB !!
Ada Bagi2 Freechips Untuk New Member + Bonus Depositnya Loh ,
Yuk Daftarkan Sekarang Mumpung Ada Freechips Setiap Harinya
segera daftar dan bermain ya selain Togel ad juga Games Online Betting lain nya ,
yang bisa di mainkan dgn 1 userid saja .
yukk daftar di www.kelinci99.casino
Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
BalasHapusDalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest
)
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny