Saya
tulis artikel ini atas permintaan seorang teman yang ingin mengekspos
pengalaman mengasyikkan sekaligus sensasional berkuda menyusuri jalan setapak
bertepi jurang, naik turun bukit, sambil menikmati pesona alam di sekitar Candi
Gedong Songo. Gedong Songo adalah nama
kompleks candi Hindu yang terdiri atas sembilan candi, terletak di desa Candi,
kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Kesembilan candi ini
letaknya terpencar di lereng Gunung Ungaran, di ketinggian 1200 m di atas
permukaan laut. Lokasinya terletak satu kompleks dengan tempat wisata Bandungan
yang merupakan wisata pegunungan dengan suhu yang sejuk, berkisar antara 19-270C.
Bagaimana menuju Candi Gedong Songo?
Kunjungan ini saya lakukan di Tahun 2009. Saya berangkat rame-rame bersama teman-teman sekolah S3
saya dari Yogyakarta ke Ambarawa, kemudian naik ke Bandungan. Perjalanan dari Ambarawa
ke Bandungan harus hati-hati, karena jalannya naik dengan kemiringan sangat
tajam, rata-rata 40o. Setelah menempuh jarak sekitar 15 km,
sampailah kami ke Bandungan. Pintu masuk
menuju lokasi Candi Gedong Songo sama dengan pintu masuk ke obyek wisata
Bandungan. Dari lokasi obyek wisata Bandungan ke lokasi Candi Gedong Songo bisa
ditempuh dengan jalan kaki sekitar 10 menit, tetapi untuk mencapai semua candi
yang letaknya saling berjauhan tentunya memerlukan waktu yang cukup lama dan
melelahkan jika harus ditempuh dengan jalan kaki, sehingga naik kuda menjadi
alternatif pilihan. Tetapi, bagi yang
suka olah raga jalan kaki, tentunya tidak menjadi masalah.
Sebelum
memasuki obyek wisata Bandungan, kami sempatkan mengunjungi pabrik tahu sekaligus
belanja untuk oleh-oleh. Tak lupa pula kami menikmati tahu goreng yang masih
hangat dan susu sari kedelai langsung di lokasi pabrik. Asyik juga menikmati
kehangatan susu kedelai dan tahu goreng yang lezat di daerah dingin seperti
ini. Pabrik tahu ini memang sangat terkenal dan menjadi tujuan wisata kuliner
di Bandungan. Sayangnya, saya lupa nama pabrik tahunya.
Setelah
puas menikmati wisata kuliner di pabrik tahu, barulah kami menuju obyek wisata Bandungan.
Sebelum memasuki pintu gerbang, kami mampir di Pasar Bandungan untuk membeli
aneka buah dan sayuran untuk oleh-oleh. Harganya lebih murah daripada kalau
membeli di Yogyakarta. Saya pun memilih membeli nangka, pisang, ubi jalar dan
kelengkeng kesukaan saya. Nangka dari daerah sini sangat manis, pisang mas dan
pisang ambonnya juga enak dan sangat murah, tetapi sayangnya kelengkeng yang
dijual di sini sangat jarang yang varietas lokal, lebih banyak varietas impor
yang buahnya besar-besar dengan rasa manis yang menurut saya bikin eneg, tidak seperti kelengkeng lokal
yang meski buahnya lebih kecil tetapi rasa manisnya pas di lidah.
Setelah
memasukkan barang-barang belanjaan yang dibeli di Pasar Bandungan ke dalam
bagasi mobil, barulah kami memasuki gerbang wisata Bandungan. Lokasi wisata ini
cukup ramai dikunjungi wisatawan, termasuk juga wisatawan asing. Pengelolaannya
juga cukup bagus. Kami pun kemudian mencari tempat yang nyaman untuk menggelar
tikar, duduk-duduk lesehan sambil ngobrol dan makan bekal yang kami bawa. Acara
lutisan pun digelar. Asyik juga
kumpul-kumpul bersama teman-teman di tempat wisata ini.
Setelah
cukup puas ngobrol dan bercanda-tawa,
serta perut pun telah terasa kenyang, barulah saya berpikir untuk mencoba naik
ke atas menikmati Candi Gedong Songo. Hanya saya dan seorang teman yang
tertarik mencoba petualangan berkuda menyusuri lokasi candi demi candi,
sedangkan yang lainnya merasa malas atau karena tidak berani berkuda. Tentu
saja, saya pun tidak berani berkuda tanpa pawangnya. Artinya, si pemilik kuda
mendampingi dan memandu saya menyusuri jalan setapak bertepi jurang menuju
lokasi candi demi candi yang semuanya berjumlah sembilan itu.
Sensasi berkuda dan pemandangan alam yang menakjubkan
Ternyata cukup sulit juga mengendalikan kuda dengan jalanan
yang naik turun bukit. Untungnya, pemilik kuda selalu siap memberikan panduan kepada saya
bagaimana cara mengendalikan tali kekang kuda dan bagaimana posisi badan dan
kaki yang benar saat jalan menanjak dan bagaimana saat menurun. Ah, betul-betul
sensasional, serasa sedang menjadi prajurit berkuda dari pasukan perang Pangeran
Diponegoro. Sebenarnya saya sempat takut juga saat melihat jurang yang menganga lebar di samping
saya dan jalan setapak sempit yang harus saya lewati. Tetapi, rasa takut itu pelan-pelan menghilang terhibur
oleh pemandangan alam yang sangat indah, dengan jejeran pohon-pohon pinus yang seakan
tertata rapih.
Di tengah jalan, kuda yang saya naiki memberi sinyal pengin pipis, maka sang pawang pun
meminta saya untuk menghentikan kuda dan memberi waktu bagi sang kuda untuk
melaksanakan hajatnya. Sekitar sepuluh menit kemudian, saya mulai berjumpa
dengan salah satu dari kompleks Candi Gedong Songo. Saya tidak sempat turun dari
kuda untuk menikmati candi demi candi dari dekat, karena teman-teman saya telah
menunggu di bawah. Tetapi yang penting, saya
tetap bisa menikmati candi demi candi yang saya temui dari atas kuda yang saya
tunggangi.
Candi Gedong Songo yang merupakan peninggalan Wangsa
Syailendra ini memiliki persamaan dengan kompleks Candi Dieng di Wonosobo. Candi
ini ditemukan oleh Raffles pada Tahun 1804. Di area kompleks candi ini juga terdapat
sumber mata air panas yang mengandung
belerang. Bagi yang berminat, bisa mandi di kamar mandi yang tersedia dengan
air panas yang bersumber dari mata air panas tersebut, atau boleh saja hanya
bermain-main air atau sekedar cuci kaki di sumber mata air panas yang dipercaya bisa menyembuhkan bermacam penyakit kulit ini.
Uap belerang begitu terasa saat saya sejenak berada di dekatnya.
Di salah satu sudut bukit ini saya juga bisa menyaksikan
Rawa Pening di kejauhan nun di bawah sana. Pemandangan dari atas bukit ini
sangatlah indah. Di belahan bukit lainnya terdapat tanah yang cukup lapang yang
dijadikan area perkemahan. Saya pun sempat bertemu dengan rombongan satu
keluarga bule yang sedang menyusuri setiap sudut bukit dengan berjalan jaki Ah, tidak rugi saya telah melawan rasa takut
untuk mendapatkan pengalaman petualangan berkuda yang sensasional, serta pemandangan
alam yang sangat indah untuk memanjakan mata. Dalam hati saya berniat, suatu
saat saya akan mengajak anak-anak saya menapak tilas petualangan saya hari ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar