Kisah
ini merupakan pengalaman saya 2 tahun yang lalu saat tinggal di Bristol,
Inggris untuk studi di University of
Bristol. Banyak kisah yang saya alami seputar perayaan natal di negeri
Eropa ini, ada yang lucu, menyenangkan maupun menyentuh hati. Sayang kalau
cerita ini hanya saya simpan sendiri,
karena banyak hal yang akan bermanfaat bagi orang lain jika saya share pengalaman lewat tulisan ini. Nach,
berikut ini saya tampilkan satu demi satu kisah itu.
1. CHRISTMAS
PARTY ALA BARAT
Sejak
awal Desember, orang-orang sudah sibuk menyusun rencana pesta natal (christmas party), termasuk juga
teman-teman saya di kampus maupun di flat. Bahkan, undangan pesta pun sudah
disebar. Jangan dibayangkan kertas cantik sebagai undangan. Budaya di negeri
maju adalah paperless, artinya
undangan cukup disebar via e-mail
atau dari mulut ke mulut. Selain itu, budaya di sini adalah biaya pesta
ditanggung oleh masing-masing peserta. Hal ini tidak hanya berlaku untuk pesta
natal, tetapi juga di pesta ulang tahun, syukuran kelulusan, bahkan pesta pernikahan
pun konsumsi ditanggung sendiri oleh masing-masing tamu undangan. Saya punya
pengalaman lucu tentang ini. Pesta pertama kali yang saya hadiri adalah syukuran
kelulusan teman kampus di sebuah restoran terkenal. Saya terheran-heran saat
semua tamu undangan setelah selesai makan menuju kasir dan membayar makanan dan
minuman mereka masing-masing. Oh, saya baru tahu bahwa saya juga harus membayar
makanan dan minuman saya sendiri, tidak ada acara traktir-traktiran dari yang punya hajat. Dan, wow.....10
poundsterling harga yang harus saya bayar....sangat lumayan untuk ukuran
kantong pelajar seperti saya, sekitar 150 ribu rupiah. Untungnya, uang di
dompet saya cukup untuk membayar semua hidangan yang telah saya makan itu.
Kembali
tentang undangan christmas party,
total ada 3 undangan yang menghampiri saya, yaitu christmas drink yang diadakan oleh grup riset saya (Community Ecology Group bimbingan Prof.
Jane), christmas party yang diadakan
oleh PhD student di Biology Department, dan christmas feast yang diadakan oleh
teman-teman satu flat saya (flatmates).
Meskipun memakai istilah yang berbeda-beda, yaitu party, drink dan feast, tetapi isinya adalah sama yaitu
menyambut natal dengan berkumpul dan makan-makan atau minum-minum. Dan, tentu
saja setiap peserta pesta harus membayar iuran sebelum hari-H, saat
mendaftarkan diri, atau langsung membayar di kasir saat hari-H. Sebagai seorang
muslim, awalnya saya ragu akan datang pesta atau tidak. Dengan
berbagai pertimbangan antara lain bahwa semua pesta natal itu tidak ada yang
diadakan di gereja, serta demi menghormati adat dan etika bergaul dengan
kolega-kolega kampus maupun di flat, akhirnya saya pun memutuskan untuk ikut.
Apalagi saya juga ingin tahu bagaimana budaya negeri Eropa merayakan natal.
Dan, inilah kisah tentang pesta-pesta natal itu:
a.
Christmas Party ala PhD students
Setelah
membayar iuran 10 poundsterling, akhirnya hari itu, Senin, 6 Desember 2010, saya
pun datang di acara Christmas Party
yang diadakan pada sebuah kapal (boat)
yang ditambat di pelabuhan kota (city harbour).
Ya, kota Bristol memang dilewati sebuah sungai besar, yaitu Sungai Avon, yang
dipakai sebagai jalur transportasi air, sehingga memiliki pelabuhan di tengah
kota.
Saya
berangkat dari kampus jalan kaki beramai-ramai dengan teman-teman satu grup
riset saya. Katy dan Sergio sudah mengabari saya via email bahwa kami akan
berangkat bareng-bareng sore hari
selesai jam kampus. Pesta natal sendiri dimulai pukul 7 p.m. Saya, Katy, Beth, Sergio dan Daniel sekitar pukul 4 p.m. bareng-bareng
jalan kaki menuju ke pelabuhan. Sebelum berangkat, teman-teman saya bersalin
dulu dengan busana pesta yang telah mereka siapkan dari rumah. Hanya saya saja
yang cuek bebek berpakaian seadanya dengan
baju yang biasa saya kenakan sehari-hari ke kampus.
Kami
mampir dulu ke rumah seorang teman di daerah Clifton. Ternyata di sini telah
berkumpul beberapa teman bule dari grup riset lain yang tidak saya kenal. Saya
tidak mengira bahwa di sini ada acara pembuka berupa pesta minum wine sambil ngobrol-ngobrol. Tentu saja saya
tidak ikut-ikutan minum wine.
Untungnya saya sudah siap dengan bekal sebotol air mineral dari flat. Saya pun
lebih banyak diam sambil sesekali minum air mineral saat mereka bersulang dan meminum
wine-nya.
Waktu
saya rasakan berjalan sangat lambat, terlebih karena saya merasa sangat
terasing di tengah budaya barat ini. Apalagi saya satu-satunya muslim dan
berkerudung. Saat dua botol besar wine
telah habis, saya lega karena pastinya
pesta minum ini akan segera usai.
Tetapi, wow...ada seseorang
yang menyumbangkan satu botol besar wine
lagi untuk bersulang....waduh...pesta
minum wine pun diperpanjang. Selama
pesta minum berlangsung, saya hanya diam dan menyimak apa yang mereka obrolkan.
Tidak ada sedikit pun cerita tentang hikmah natal di perbincangan mereka.
Mereka hanya ngobrol ngalor-ngidul,
terkadang diselingi cerita-cerita lucu yang membuat kami tertawa bersama.
Setelah wine di
semua botol habis, kami semua akhirnya berangkat ke city harbour dengan naik 2 taksi, masing-masing orang ditarik iuran
1 poundsterling untuk membayar taksi tersebut.
Belum terpikir oleh saya bagaimana cara pulang nanti, karena yang jelas saya
akan pulang lebih dulu dari teman-teman grup saya, tidak akan tinggal sampai
selesai pesta, dan itu artinya saya yang bingungan
dan tak tahu jalan ini akan pulang sendirian tanpa teman.
Benar juga dugaan saya, pesta ini didominasi oleh pesta
minum-minum wine, jauh sekali dari
makna natal bagi umat Kristen, tidak ada ritual agama sama sekali. Mereka semua hanya hura-hura dengan pesta
minum, makan-makan dan nge-dance di
lantai satu boat yang dipakai untuk
tempat pesta ini. Untungnya saya sudah
siap dengan air putih satu botol, maka di saat mereka pada minum wine, saya asyik minum air putih dari botol. Sebenarnya saya sama sekali tidak menikmati
pesta ini, tapi demi menghormati teman-teman saya katakan bahwa saya menyukai
suasana pesta ini. Mereka tampak senang saya
ngomong begitu. Saat mereka asyik saling berbasa-basi, saya
asyik makan dengan memilih menu vegetarian.
Setelah makan kenyang, berbasa-basi sebentar dan foto-fotoan, saya mulai berpikir untuk
pulang. Saat itulah saya tersadar bahwa
pesta belum usai dan masih akan sangat lama, bahkan mungkin sampai pagi.
Padahal jarum jam baru menunjuk pukul 10 p.m., the real party baru saja akan dimulai yaitu melantai di lantai
dansa setelah pada mabok. Saya lihat
teman-teman satu grup saya sudah banyak minum wine, bergelas-gelas mereka minum, dan mereka akan segera turun
melantai untuk nge-dance. Akhirnya, seorang diri saya keluar dari boat tempat pesta itu, dan berjalan kaki
di tengah malam yang sangat dingin menuju arah yang ditunjukkan oleh
Sergio. Karena baru pertama kalinya saya
pergi ke harbour maka saya sempat
bingung dan tak tahu arah. Sempat juga saya bertanya arah bus stop jalur 9 pada beberapa orang yang saya temui di jalan. Sambil
terus berjalan dan berdoa, Alhamdulillah saya temukan juga bus stop jalur 9, jalur yang melewati flat saya, meskipun perlu
waktu yang sangat lama, karena saya baru bisa naik bis pada pukul 11.27 pm. Alhamdulillah, akhirnya saya dapat sampai flat dengan selamat.
b. Christmas
Drink ala Community Ecology
Group
Acara ini diadakan pada Kamis, 9 Desember
2010. Di sore hari yang sudah gelap (di saat winter pukul 4 sore hari sudah gelap dan sudah memasuki waktu maghrib),
saya dan teman-teman satu grup riset berjalan kaki rame-rame dari kampus menuju
pub di dekat kampus yang setiap hari saya lewati, yaitu White Bear. Ya, christmas
drink diadakan di pub ini. Disebut christmas
drink karena hanya diisi dengan minum-minum di bar, tanpa ada acara
makan-makan. Kali ini pun tidak ada dress
code khusus, kami semua berpenampilan biasa seperti sehari-hari di kampus.
Selama berjalan kaki saya lebih banyak ngobrol dengan Karen yang seumuran
dengan saya. Sesampai di pub, seperti
biasa semua orang memesan minumannya masing-masing dan langsung membayar
sendiri-sendiri. Kali ini saya ditraktir segelas minuman coklat panas oleh
Karen. Sambil mengucapkan “merry christmas”,
Cewek asli Wales ini memberikan
segelas coklat panas pada saya sebagai hadiah natal. Dia tahu bahwa saya tidak
boleh minum wine. Saya terharu bahwa
“kepercayaan” saya tetap dihormati di negeri ini. Saya pun mengucapkan terima
kasih dan mengucapkan selamat natal juga padanya. Sedangkan yang lain saya
lihat memesan wine, kecuali Rachel
yang sedang hamil memesan segelas lemon
tea.
Seperti yang telah saya duga, acara ini pun
yang terpenting adalah kumpul-kumpul, dan menikmati keakraban dengan
teman-teman satu grup. Kami ngobrol ngalor ngidul dengan akrab, dan tak ada
sedikit pun menyinggung tentang kisah dan makna natal. Selama di pub, saya lebih banyak ngobrol dengan
Sergio. Cowok Portugal yang atheis
ini mengatakan bahwa meskipun dia tidak percaya adanya Tuhan tetapi dia
merayakan natal sebagai sebuah tradisi. Dia juga cerita banyak hal tentang
Portugal sehingga saya jadi tahu lebih banyak tentang negerinya itu. Yang membuat suasana hangat adalah ternyata
Jane mau bergabung juga, meskipun beliau datang menyusul. Profesor yang satu ini memang sangat akrab
dengan bimbingan-bimbingannya, sehingga meminta kami untuk memanggilnya cukup
dengan namanya saja, Jane. Kami sempat
foto-fotoan dan Jane pun dengan senang hati mengambil gambar kami, katanya
untuk kenang-kenangan. Jane pun sempat
melucu, katanya, setiap tahun anggota grup ini berubah kecuali Rachel yang
selalu ada. Rachel pun dijadikan objek guyonan, katanya dia lahir dan tumbuh di
grup ini....betul-betul hangat Jane meramaikan suasana.
Suasana christmas
drink malam ini betul-betul hangat. Inti dari acara ini adalah membangun
keakraban dalam grup riset kami. Setelah minuman di gelas kami habis, dan acara
ngobrol ngalor ngidul dirasa sudah
cukup, maka kami pun satu per satu pamit pulang. Saya sendiri memutuskan untuk
pulang sekitar pukul 7 p.m.
c. Christmat
Feast ala teman-teman flat
Pesta natal kali ini diadakan oleh
teman-teman satu flat (flatmates) di
flat kami di hari Senin, 20 Desember 2010. Acara pesta kali ini terasa lebih
berwarna karena diikuti oleh teman-teman dari berbagai negara dan penuh dengan
suasana pesta. Semua peserta wajib mengenakan busana pesta, termasuk saya. Untuk
pesta kali ini pun ada iuran, masing-masing 10 poundsterling. Tetapi karena saya
tidak minum wine, maka saya hanya
diwajibkan membayar iuran 8 poundsterling. Kali ini flatmates saya yang memasak sendiri hidangan untuk pesta ini.
Sejak sore hari sudah terdengar dari kamar
saya, teman-teman satu flat yang dikomandani oleh Joe yang asli Samoa, heboh
mempersiapkan christmas party untuk
nanti malam. Sejak minggu kemarin pun Jacqie, flatmate yang verasal dari Malaysia, telah menghias ruang dapur
dengan pohon natal dan hiasan natal warna-warni. Jake, flatmate yang berasal dari Birmingham, Inggris, juga telah sibuk
membantu mempersiapkan semuanya. Hanya saya
yang pasif saja, karena saya hanya berniat bahwa yang penting nanti malam hadir
dengan dress code yang dipesan Jacqie,
nuansa pesta, dengan baju yang telah saya beli kemarin di mall. Pesta natal
yang ini memang meriah.
Sambil menunggu panggilan dari Jacqie, saya
mengerjakan tugas kampus di kamar, tetapi saya sudah dress up sehingga sudah siap sewaktu-waktu dipanggil untuk
bergabung. Pukul 7 p.m., karena suasana di luar kamar saya sudah terdengar ramai
dengan gelak tawa, maka saya pun keluar kamar dan bergabung dengan mereka. Dan,
surprised, suasana betul-betul
suasana party, gala dinner. Meja ditata ala
table manner, dan mereka semua dressed up. Ada teman-teman lain yang ikut bergabung
malam ini, yaitu Nattida dan Cha yang berasal dari Thailand, serta Jouan dari
Taiwan. Mereka bertiga adalah teman-teman Jacqie di kampus. Mereka semua tampak gembira dan menikmati
suasana malam ini. Saya pun akhirnya
ikut hanyut juga bersama kegembiraan mereka.
Pesta kecil ini betul-betul meriah oleh
musik-musik natal yang telah disiapkan oleh Joe. Saya lihat hanya Joe seorang yang betul-betul
memaknai natal sesuai agamanya, tapi yang lain saya rasakan just fun saja, tanpa memaknainya secara
religius sama sekali. Menu pesta kali
ini pun komplet juga. Joe, Nattida dan
Jouan yang telah mempersiapkan semuanya.
Ada seafood bumbu kare campur
udang, kerang dan cumi ditambah dengan wortel dan sayuran lain. Kemudian ada
ikan salmon panggang yang sangat besar ukurannya, daging lamb panggang, ayam dan bebek panggang. Sayangnya, mereka belanja daging-daging itu di
Sainsbury, bukan di toko khusus yang menjual daging halal di daerah Easton, sehingga
saya tidak bisa ikut menikmatinya. Selain
hidangan utama, ternyata masih banyak hidangan penutupnya, yang pasti ada christmas puding yang saya tidak bisa
memakannya karena mengandung wine. Tetapi,
Joe dan Nattida telah begitu baik dengan mempersiapkan menu halal untuk saya. Nattida secara khusus telah memasak seafood halal spesial buat saya, agar saya
tetap bisa menikmati pesta malam ini. Nattida pun baik banget, setiap dia menawari saya makanan, selalu dia konfirmasi
dulu apakah itu mengandung alkohol atau apapun yang haram atau tidak buat saya. Bahkan Nattida juga tak lupa memberi saya
kartu ucapan natal.
Akhirnya, sekitar pukul 10 p.m. setelah merasa kekenyangan dan
sudah merasa bosan ngobrol saya pamitan
untuk masuk kamar, sedangkan teman-teman yang lain masih asyik
kumpul-kumpul. Beberapa saat kemudian, saya
dengar mereka mulai bubar, dan saya dengar
Nattida, Jouan dan Cha berpamitan. Saya
bersyukur sekali di sini mendapatkan teman-teman yang baik seperti mereka, meskipun sebagai minoritas
saya harus beradaptasi dengan budaya mereka. Tetapi, paling tidak saya masih
bisa bertahan dengan ajaran agama saya dan mereka pun menghormatinya.
2. TRADISI BERTUKAR
KARTU NATAL
Tradisi bertukar kartu natal ini tetap lestari meskipun
sebenarnya orang lebih mudah mengucapkan selamat natal dengan berkirim e-mail atau sms (short message service) seperti yang biasa dilakukan di Indonesia.
Hal inilah yang saya rasakan unik dan menyentuh.
Sejak awal Desember di pusat pertokoan maupun mall orang
ramai memilih-milih kartu natal. Saya pun disarankan oleh seorang teman untuk
menghadiahkan kartu natal yang paling bagus sesuai ukuran kantong saya, untuk
diberikan kepada Jane, profesor saya. Saya pun membeli sebuah kartu natal yang
bagus seperti saran teman saya itu. Kartu natal ini saya berikan pada hari
Jumat 17 Desember, di hari terakhir sebelum kampus libur panjang menyambut
natal dan tahun baru.
Sebagai seorang muslim, saya tak pernah mengira sama
sekali bahwa saya akan mendapatkan kartu natal juga. Ya, total saya mendapatkan
4 buah kartu natal, yaitu dari Jane, profesor saya; dari Joe, flatmate saya; dari Nattida, teman
Jacqie; dan dari Katy, teman satu grup riset. Mereka tahu bahwa saya adalah
muslim. Mereka mengucapkan selamat natal bukan dengan spirit keagamaan tapi perhatian
yang ingin mereka tunjukkan pada saya. Memang, tradisi di negeri ini kartu
ucapan natal hanya diberikan pada orang-orang yang spesial saja atau
sahabat-sahabat saja. Yang lebih mengharukan lagi, kartu natal dari Jane
ternyata istimewa karena didisain dan dibuat sendiri oleh Fay, anak perempuanya
yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Inilah yang saya rasakan istimewa,
ternyata tradisi mengucapkan selamat atas apapun (entah itu hari raya, bela
sungkawa, atau perayaan apapun) dengan sms tidak berlaku di negara maju ini.
Selembar kartu ternyata lebih berkesan, berharga dan menyentuh hati daripada
sebuah sms, dan itu saya rasakan sendiri.
3. BOXING DAY
Boxing
day
dirayakan satu hari setelah hari natal alias tanggal 26 Desember. Pertama kali
mendengar boxing day, saya pikir itu
adalah hari bertinju, tetapi ternyata sama sekali tidak ada hubungannya dengan dunia
tinju. Kata boxing di sini berasal
dari kata box yang artinya kotak atau
bingkisan. Menurut riwayat yang saya dengar, sejarahnya dulu adalah boxing day merupakan hadiah untuk para
budak, di hari setiap tanggal 26 Desember para budak dibebaskan dari kerja dan
bisa bebas berjalan-jalan ke luar rumah sebagai kado dari para majikan. Sampai
sekarang hari itu tetap lestari diadakan dengan wujud perayaan yang berbeda. Saat
ini boxing day berarti adalah pesta
diskon (sale) gila-gilaan, bahkan
bisa mencapai 70% off. Pusat
pertokoan dan mall yang tampak meriah dengan hiasan natal dan tahun baru, seakan
berlomba memberikan diskon kepada para pelanggannya.
Berbeda dengan di Indonesia yang biasanya
sebelum didiskon harga barang-barang telah dinaikkan dulu, maka di negeri ini
pesta diskon benar-benar asli. Merk-merk terkenal yang harganya luar biasa
mahal untuk ukuran kantong saya, diobral 50-70% off. Inilah hari yang sangat menghebohkan bagi masyarakat.
Orang-orang berduyun-duyun dan rela antri di depan butik-butik terkenal sejak
pagi, sejak toko belum dibuka. Begitu toko dibuka, maka mereka pun menyerbu
masuk untuk berebutan barang-barang yang biasanya sudah mereka incar jauh hari
sebelum boxing day. Oxford Street di
London yang terkenal dengan deretan butik-butik terkenal selalu berjubel penuh
antrean setiap tahun di saat boxing day.
Dan, pesta diskon ini biasanya akan berlangsung beberapa hari sampai tahun
baru.
Saya pun tak ingin ketinggalan untuk menikmati
pesta diskon ini, tentu saja saya hanya membeli barang-barang yang harganya
sesuai dengan isi kantong saya, kantong mahasiswa. Nafsu belanja saya tidak
bisa direm begitu memasuki The Mall Cribbs Causeway. Saya sempat membeli t-shirt merk Marck&Spencer, coat merk John Lewis, parfum merk Next, serta
sebuah frame elektronik untuk menyimpan file koleksi foto-foto saya selama di
Inggris. Tak hanya tanggal 26 Desember, tapi selama beberapa hari sampai tahun
baru acara saya adalah jalan-jalan dari toko ke toko, dari mall ke mall di
Bristol, Oxford dan London. Banyak barang-barang yang saya beli untuk oleh-oleh
anak-anak saya. Tak lupa pula saya ke Clarks Village, semacam outlet belanja
yang lebih mengkhususkan diri pada produk-produk merk Clarks. Clarks adalah
merk sepatu terkenal produksi Inggris asli. Saya sempat membeli sepasang sepatu
merk ini untuk oleh-oleh suami saya.
Hal yang membuat saya terkesan adalah jika
tidak cocok dengan barang yang dibeli, maka konsumen bisa me-refund barang yang sudah dibeli
tersebut. Artinya, konsumen bisa mengembalikannya ke toko tempat dia membeli barang
itu dan mendapatkan uangnya kembali utuh tanpa potongan sepeserpun. Syaratnya
adalah barang dan label harga pada barang masih utuh, serta nota pembelian
masih ada. Biasanya batas waktu pengembalian adalah sekitar 20 hari. Dan ini
berlaku umum, tidak hanya untuk boxing
day saja. Hal inilah yang banyak
dimanfaatkan oleh para mahasiswa yang koceknya
cekak untuk bergaya di acara pesta tanpa harus membeli baju baru. Resep ini
saya coba juga. Waktu acara pesta natal di flat
yang mengharuskan saya memakai baju pesta, maka saya terpaksa membeli sebuah
baju baru seharga 35 poundsterling. Atas saran seorang teman, maka label harga
saya biarkan tetap utuh tertempel di kerah baju. Dan, beberapa hari setelah
pesta usai, maka saya pun me-refund
baju itu dengan alasan bahwa saya membeli baju itu untuk kado teman saya yang
ternyata kekecilan....dan uang saya 35 poundsterling pun kembali utuh....hehe.
Satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa
pada hari natal dan boxing day,
transportasi publik tidak beroperasi, terutama transportasi dalam kota,
sedangkan untuk antarkota sangat terbatas. Jadi, kalau ingin bepergian pada tgl
25-26 Desember, bagi yang tidak punya kendaraan sendiri biasanya menyewa mobil.
Untungnya saya punya kenalan komunitas Indonesia yang menetap dan hidup mapan
di Bristol, sehingga saya tidak ada masalah dengan transportasi selama natal
dan boxing day. Bahkan saya diantar
jemput dari flat saya untuk diajak jalan-jalan menikmati boxing day. Alhadulillah, pertolongan Tuhan saya rasakan selalu ada
di mana pun saya berada.
Itulah tiga hal seputar perayaan natal di negeri barat
yang sangat berkesan buat saya. Silakan membuat kesimpulan sendiri atas hikmah
yang bisa dipetik dari pengalaman saya tersebut.
ka kalo boleh tau tanggal berangkat paling tepat ke eropa enakan tanggal berapa ya? jadi aku juga ga kena high season yang padet merayap. aku udah siapin semuanya nih mulai dari baju,hotspot portable wifi, duit (pasti) hehe
BalasHapusHi...
HapusWach asyik nih sdh siap ke Eropa...
Kalau sudah siap semuanya ya tinggal berangkat saja...hehe
Kalau boleh tahu, tujuan Eropanya mana? Ke sana dalam rangka apa n untuk berapa lama?
Dari pengalamanku, tgl-tgl sekarang ini kampus sudah sepi, sudah pada liburan. Kalau pengin sepi, perjalanan pas tgl 25 Desember saja...
Itu ya yang aku tahu...semoga bermanfaat...
Regards