Ini
kali ke tiga saya mengunjungi ibukota Provinsi Kalimantan Barat, Pontianak.
Bedanya, pada kunjungan pertama dan ke dua di Tahun 1996 silam saya hanya
transit semalam sebelum ke Sintang, sedangkan kali ini saya memang khusus ada
keperluan ke Pontianak.
Seperti
biasa saya selalu ingin menikmati hobi jalan-jalan saya. Maka, saya tidak ingin
menyia-nyiakan waktu yang sejenak ini untuk menikmati sekejap kota Pontianak di
sela-sela tugas pekerjaan. Sayangnya, hujan deras yang sering mengguyur
Pontianak banyak membatasi kebebasan saya menikmati kota ini. Dan, “hanya” inilah
yang berhasil saya nikmati selama tiga hari di kota yang dilewati garis
khatulistiwa ini.
1. Kuliner Khas Pontianak
Tidak
banyak yang sempat saya cicipi selama di Pontianak, salah satu di antaranya
yang berkesan adalah Bakso Sapi 21 di Jalan Putri Candramidi atau Podomoro.
Bakso khas Pontianak ini disajikan dengan sayur kecambah dan bumbu kuah yang
terasa sangat berbeda dari bakso yang biasa dijual di Jawa, apalagi ketika
ditambah dengan perasan jeruk kecil khas Pontianak sebagai pengganti
saos...hmmm...terasa semakin nikmat. Warung bakso ini sangat ramai dikunjungi
pelanggan pada siang saat saya datang. Untuk minumannya, tidak lupa saya pesan
es jeruk besar khas Pontianak yang sangat segar dan manis. Sungguh-sungguh
tiada duanya es jeruk besar khas Pontianak ini. Sungguh, sangatlah nikmat minum
es ini di tengah udara Pontianak yang terasa sangat panas dibandingkan dengan kota
tempat tinggal saya, Yogyakarta. Oleh karena itu, di setiap kesempatan makan di
rumah makan, saya selalu memesan es jeruk besar, mumpung berada di Pontianak. Seorang
teman saya juga merekomendasikan agar jangan lupa menikmati es jeruk besar
sepuasnya selama di Pontianak.
Selain
Bakso Sapi 21, tidak lupa pula saya mencoba menu di Rumah Makan Pondok Nelayan,
sebuah rumah makan elite yang menyajikan menu aneka masakan dari ikan dengan
resep ala Pontianak. Sayangnya, saya tidak begitu merasakan kekhasan dari menu masakan
ikannya, untungnya saya bisa puas dengan mencicipi sayur pakis khas Pontianak,
dan tentu saja es jeruk besar yang betul-betul telah membuat saya jatuh cinta
dengan rasa manis dan kesegarannya yang tiada duanya, yang jauh lebih nikmat
dibandingkan dengan es atau jus jeruk lainnya.
Tetapi, berhubung “Pondok Nelayan” ini adalah rumah makan elite, maka harga
segelas es jeruk besar di sini jauh lebih mahal dibandingkan dengan di warung
“Bakso Sapi 21”. Dengan rasa dan porsi yang sama, saya bisa menikmati es jeruk
besar di warung “Bakso Sapi 21” seharga 8000 rupiah saja, sedangkan di “Pondok Nelayan”
saya harus membayar 18 ribu rupiah.
Karena
tidak ada waktu jalan-jalan untuk berwisata kuliner, maka Hotel Santika tempat
saya menginap menjadi harapan saya untuk mencicipi aneka masakan khas
Pontianak. Untungnya, hotel yang beralamat di Jalan Diponegoro No.46 ini
menyajikan aneka menu khas Pontianak di menu sarapannya. Selama dua kali
sarapan di hotel ini, saya sempat mencicipi bubur ikan dan ayam taliwang khas
Pontianak, tapi sayangnya saya tidak menemukan es jeruk besar kesukaan saya di
sini.
Bubur
ikan merupakan nasi yang diberi kuah kaldu berbumbu yang rasanya segar seperti
sup, dan fillet ikan kakap segar yang telah direbus sebentar, kemudian disajikan
dalam mangkuk.....hmmm....lezat. Sedangkan
ayam taliwang khas Pontianak adalah irisan daging ayam bakar yang dibumbu
pedas, yang dimakan dengan nasi, gudheg dan perangkatnya, seperti, telur, tahu,
sambal goreng krecek, dll. Tetapi bagi saya yang asli Yogya, tentu saja gudheg
asli Yogya lah yang paling enak.
2. Berburu Oleh-oleh Khas Pontianak
Kebiasaan
saya adalah harus ada sesuatu yang khas yang bisa saya bawa pulang untuk
kenang-kenangan dari tempat-tempat yang saya kunjungi, juga oleh-oleh yang bisa
saya bagi ke keluarga, sanak famili, tetangga dan teman-teman. Dan, lokasi yang
cocok untuk tujuan ini adalah Jalan Pattimura. Tempat ini adalah pusatnya
oleh-oleh khas Pontianak, dengan deretan toko di sepanjang Jalan. Aneka makanan
dan barang kerajinan khas Pontianak dan Kalimantan pada umumnya, dijual di
sini. Atas rekomendasi seorang teman, saya membeli kopi 5 in 1 bermerk Alicafe,
yang merupakan campuran dari kopi, krimer, gula, ginseng, dan Tongkat Ali.
Tongkat Ali sendiri adalah bahan herbal yang berkhasiat bagi vitalitas pria. Kopi
ini tersedia dalam berbagai pilihan komposisi dan khasiat, ada juga ramuan yang
berkhasiat bagi wanita. Kopi ini sebenarnya merupakan produk impor dari Malaysia.
Memang banyak produk Malaysia yang membanjiri Pontianak, salah satunya Alicafe
ini. Kalimantan sendiri sebenarnya terkenal dengan kayu “pasak bumi” sebagai peningkat vitalitas
pria. Pasak bumi biasa dijual dalam bentuk serpihan kayu ataupun cangkir. Cara
meminumnya adalah dengan menyeduh serpihan kayu pasak bumi tersebut seperti
minum teh, atau dengan mengisi cangkir kayu pasak bumi dengan air matang,
ditunggu beberapa lama, kemudian air tersebut diminum.
Sebagai
oleh-oleh, saya merasa cukup dengan “hanya”
membeli Alicafe 5 in 1, manisan lidah buaya kering dan basah, lempok, dan
kacang madu dengan jumlah yang saya perkirakan cukup untuk saya bagi-bagikan ke
sanak famili, tetangga dan teman-teman di Yogyakarta nanti. Untuk suvenir,
aneka perhiasan dan pernak-pernik dari batu khas Kalimantan banyak dijual di
pusat oleh-oleh ini, tetapi saya lebih tertarik pada pernak-pernik dan tas dari
manik-manik khas Kalimantan Barat. Berhubung saya sudah punya satu tas
manik-manik pemberian salah seorang mahasiwa saya yang asli Landak, Kalimantan
Barat, maka saya cukup puas membeli sebuah gelang manik-manik sebagai
kenang-kenangan.
Sebenarnya
ada satu tempat yang menyediakan oleh-oleh khas Pontianak khusus daun lidah
buaya baik yang masih segar maupun yang telah diolah, yaitu di Jalan Budi
Utomo. Tetapi, karena saya sudah terlanjur membeli oleh-oleh manisan lidah
buaya di Jalan Pattimura, maka saya hanya lewat saja di Jalan Budi Utomo ini,
untuk sekedar tahu bahwa ada pusat penjualan oleh-oleh khusus lidah buaya di daerah
ini.
3. Keliling-keliling Kota
Acara
keliling kota saya lakukan setelah acara tugas di Badan Lingkunagn Hidup (BLH) Propinsi
Kalimantan Barat telah selesai saya laksanakan. Kantor BLH Pontianak ini
menjadi satu gedung dengan Kantor Gubernur Kalimantan Barat, tepatnya di
belakangnya, yaitu di Jalan Ahmad Yani. Di Jalan Ahmad Yani ini pula terdapat
kampus Universitas Tanjung Pura (Untan). Jalan Ahmad Yani memang merupakan pusat
kota Pontianak. Acara keliling kota dengan mobil saya lakukan karena ingin menikmati kota Pontianak dengan sepenggal
waktu yang saya punya di kota ini, karena saya harus segera kembali pulang ke
Yogyakarta esok paginya.
Dengan berkeliling kota saya bisa melihat-lihat suasana kota, saya pun jadi tahu
bahwa di kota ini pun juga ada alun-alun dan keraton, meskipun arti keraton di
sini sangat berbeda dengan keraton di Yogyakarta. Dari berkeliling kota ini
saya juga tahu bahwa di Jalan Abdurahman Saleh ada Pontianak Convention Center, dan juga bisa menikmati pemandangan di
sekitar Sungai Kapuas yang membelah Pontianak.
4. Tugu Khatulistiwa Landmark
Pontianak
Jika
berkunjung ke Pontianak akan terasa hambar tanpa menengok Tugu Khatulistiwa.
Sebenarnya tugu ini terletak di luar kota Pontianak, yaitu di daerah Siantan,
yang terletak sekitar 20 km dari pusat kota Pontianak. Tetapi karena Tugu Khatulistiwa
ini sudah melekat dengan Kota Pontianak, maka landmark Pontianak adalah Tugu Khatulistiwa. Tugu yang asli adalah
yang terletak di dalam gedung, sedangkan
yang terletak di luar gedung
adalah tiruannya. Jadi, yang nampak berdiri tegak dan menjadi background potret-potret pengunjung adalah
tugu tiruannya.
Di
seberang gedung terdapat toko suvenir yang menjual pernak-pernik berbentuk atau
bergambar Tugu Khatulistiwa. Tetapi, yang paling saya sukai dari Tugu
Khatulistiwa ini adalah pemandangan Sungai Kapuas. Ya, karena Tugu Khatuslistiwa
ini terletak di tepi Sungai Kapuas, hanya berjarak sekitar 50 meter. Sayangnya,
saat saya berkunjung hujan sedang mengguyur sangat deras, sehingga saya tidak
bisa mengulang momen Tahun 1996 silam, berfoto di depan tugu khatulistiwa dan
berjalan-jalan di tepi Sungai Kapuas.
Itulah
sepenggal waktu yang bisa saya nikmati di Pontianak. Saya berharap masih bisa
menikmati lagi kota ini di penggal waktu yang lain dengan lebih puas.
Pontianak;
Senin-Rabu, 3-5 Juni 2013