Sabtu, 09 November 2013

KEINDAHAN ALAM KOTA SERIBU GUA

  Kota Seribu Gua adalah julukan bagi Kota Pacitan, Jawa Timur. Sebutan seribu gua diberikan karena Pacitan yang sebagian wilayahnya merupakan daerah karst ini memang menyimpan banyak gua di dalam perut buminya. Kota yang terletak di pesisir selatan Jawa ini menjadi lebih dikenal masyarakat Indonesia setelah salah satu putera daerahnya, Susilo Bambang Yudoyono alias SBY, menjadi presiden. Saya pun menjadi tertarik untuk mengunjungi  kota ini, tentu saja untuk berburu tempat wisata alam kesukaan saya.
Dari informasi yang saya peroleh, ada beberapa obyek wisata alam yang menjadi andalan Kabupaten Pacitan, yaitu Goa Tabuhan, Goa Gong, Pantai Klayar, Pantai Watu Karung, Pantai Teleng Ria, dan Pemandian Air Hangat Arjosari. Dari sekian banyak obyek itu, tentu saja tidak cukup jika hanya tersedia waktu satu hari. Oleh karena itulah saya harus memilih dua lokasi saja untuk saya kunjungi. Akhirnya saya memilih Goa Gong dan Pantai Klayar. Dua lokasi wisata tersebut sudah cukup membuat saya takjub dan menarik kesimpulan bahwa Pacitan menyimpan potensi besar untuk dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata, tentu saja dengan pembangunan dan perbaikan sarana dan prasarana yang ada seperti fasilitas jalan yang bagus dan tersedianya penginapan yang mencukupi. Ya, kondisi jalan yang tidak baik masih menjadi kendala untuk tujuan ini. Saya merasakan ketidaknyamanan ini saat perjalanan saya dari Yogyakarta menuju Pacitan. Saya sekeluarga memilih rute Yogyakarta - Gunung Kidul – Wonogiri – Pacitan. Kondisi jalan selama melewati Kabupaten Gunung Kidul sangat bagus, tetapi begitu memasuki Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Pacitan kondisi jalan sangat berbeda, banyak jalan yang rusak dan bergelombang. Meskipun kondisi jalan di dalam kota Pacitan bagus dan mulus, tetapi kondisi jalan di luar kotanya terasa kontras. Untunglah, kekecewaan karena kondisi jalan yang jelek ini dapat terobati dengan suguhan keindahan alam Pacitan yang saya dapatkan.

1. Keindahan Isi Perut Bumi Pacitan di Goa Gong
Goa Gong terletak di Dusun Pule, Desa Bromo, Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan, atau sekitar 37 km arah barat daya Kota Pacitan. Dari buku yang saya baca, gua ini dikelilingi oleh sederetan gunung, yaitu Gunung Manyar di sebelah utara, Gunung Gede di sebelah timur, Gunung Karang Pulut di sebelah selatan, dan Gunung Grugah di sebelah barat. 
 Setelah membayar biaya retribusi sebesar 5 ribu rupiah per orang di depan pintu masuk area wisata, untuk menuju gua ini pengunjung harus mendaki banyak anak tangga yang telah tersedia untuk mencapai mulut gua yang terletak di atas bukit. Di sepanjang menyusuri anak tangga dari lokasi parkir kendaraan menuju mulut gua, pengunjung dilewatkan pada deretan warung-warung yang menjajakan makanan maupun suvenir khas tempat wisata ini. Makanan khas yang banyak dijajakan di tempat ini adalah nasi pecel, sale pisang, keripik jagung, keripik pisang, tempe benguk, dan gula jawa, sedangkan cindera mata yang khas daerah ini adalah perhiasan dan pernak-pernik dari batu akik. Baik pada jalur menuju maupun keluar dari area gua, pengunjung sengaja dilewatkan pada deretan kios-kios tersebut.
Beberapa meter dari pintu gua, banyak warga lokal yang menawarkan jasa penyewaan senter dan guide. Saya pun memanfaatkan kedua jasa tersebut, dengan membayar 5000 rupiah untuk sewa senter dan 20 ribu rupiah untuk jasa guide. Dengan demikian, saya bisa menyusuri gua dengan leluasa dan terarah sesuai petunjuk dari Sang guide. Saya tidak mengira, mulut gua yang tampak sangat kecil dan tersembunyi dibandingkan dengan kemegahan gunung-gunung yang mengelilinginya, ternyata menyimpan keindahan yang luar biasa di dalam ketujuh ruangan yang ada di dalamnya. Ya, Goa Gong memang dinobatkan sebagai gua yang terbesar di Asia Tenggara, dengan 7 ruang utama di dalamnya. Keindahan stalagmit dan stalagtit yang terdapat di setiap ruang yang terbentuk secara alami itu pun sungguh menakjubkan.
Untuk menyusuri semua ruang alami di gua ini, pengunjung dipermudah dengan adanya fasilitas tangga buatan, cahaya lampu dan beberapa kipas angin di beberapa titik. Ya, udara di gua ini memang terasa sangat panas, lembab dan pengap, sehingga pengelola gua merasa perlu memasang beberapa kipas angin di beberapa titik untuk kenyamanan pengunjung. Ditambah lagi dengan padatnya pengunjung yang menambah panasnya udara di ruangan gua. Keringat saya sampai bercucuran sehingga baju saya basah oleh keringat, rasanya seperti mandi sauna saja.  Tetapi, semua perjuangan ini terbayarkan dengan pemandangan isi gua yang bernama stalagmit dan stalaktit yang sangat indah.  
Beraneka bentuk dan rupa stalakmit dan stalaktit yang terdapat di dalam Goa Gong, ada yang berbentuk seperti tirai, jari manusia, ada yang berwarna putih, coklat keemasan, coklat gelap, ada yang tembus cahaya, dan ada yang seperti mengandung butiran kristal. Nama Goa Gong sendiri dikenal karena ada batu stalakmit yang bersuara seperti bunyi gong ketika dipukul. Semua stalakmit dan stalaktit itu membentuk ornamen alam yang sangat indah. Selain keindahan stalagmit dan stalaktit yang sebagian masih aktif dan sebagian lagi sudah tidak aktif tersebut, di dalam gua ini juga terdapat beberapa sendang atau sungai kecil yang airnya jernih. Pengunjung bisa menghilangkan penat dengan sekedar membasuh muka atau kaki di sendang ini. Sayangnya di kala musim kemarau, air di sendang ini tidak seberapa banyak.
Perlu waktu hampir satu jam untuk menikmati keindahan stalakmit dan stalaktit di ketujuh ruangan di Goa Gong, termasuk untuk beberapa kali berhenti sejenak untuk mengambil gambar dengan kamera. Banyak tukang foto yang menyediakan jasa foto langsung jadi untuk mengabadikan keindahan kenangan di gua ini, tetapi saya lebih memilih mengabadikannya sendiri.
Setelah capek menyusuri gua, saya pun menikmati nasi pecel plus tempe benguk khas Pacitan plus segelas es degan gula Jawa yang segar. Setelah itu, acara selanjutnya adalah berburu suvenir khas Goa Gong. Saya pun membeli sebuah bros berbatu akik yang berulirkan kawat tembaga seharga 50 ribu rupiah sebagai kenang-kenangan.

2. Indahnya Pantai Klayar
 Dari Goa Gong, perjalanan saya lanjutkan ke Pantai Klayar yang terletak sekitar 13 km ke arah selatan dari lokasi Goa Gong. Perjalanan dari Goa Gong menuju Pantai Klayar memang sangat berat, mengingat jalanan yang sempit, berliku, naik turun, curam dan banyak tikungan tajam. Selain diperlukan kondisi kendaraan yang fit, untuk bisa sampai ke lokasi pantai ini dengan selamat, diperlukan juga driver yang handal dan berpengalaman menghadapi segala medan. Untunglah suami saya termasuk golongan driver yang handal. Tentu saja di sepanjang perjalanan kami juga tak lupa merapal doa. Di sepanjang perjalanan dari lokasi Goa Gong ke Pantai Klayar, tampak bahwa banyak ruas jalan yang sedang diperbaiki dan diperlebar. Semoga nantinya setelah perbaikan dan pelebaran jalan selesai maka akses menuju Pantai Klayar ini menjadi lebih mudah dan nyaman.
Setelah hampir putus asa menghadapi medan jalan, akhirnya kami sampai juga di lokasi wisata Pantai Klayar. Dari atas bukit, pemandangan Pantai Klayar yang terletak di teluk ini sungguh sangat indah. Deretan pohon kelapa, hamparan pasir putih, serakan batuan dan pemandangan pulau kecil di sisi kiri teluk sungguh sangat mempesona. Berulang kali saya memuji asma Tuhan dengan decak kagum atas pesona alam ciptaan-Nya ini.
Saat kami datang, pantai ini cukup penuh pengunjung karena memang sedang hari libur Tahun Baru 1 Muharam. Fasilitas parkir tampak dipenuhi mobil dan motor pengunjung, tidak ada kendaraan besar seperti bis, karena memang jalan menuju Pantai Klayar ini terlalu sempit untuk bisa dilalui oleh bis. Fasilitas umum pun saya rasakan masih kurang, hanya tersedia 5 kamar toilet, belum ada penginapan, dan mushola yang ada pun kurang representatif. Untungnya masih tersedia beberapa warung makan bagi pengunjung yang merasa lapar setelah capek bermain di pantai. Dan, bagi yang ingin menyusuri pantai tanpa harus merasa capek berjalan, bisa menyewa kendaraan ATV seharga 50 ribu rupiah untuk setengah jam. Saya sendiri lebih suka menikmati pemandangan sambil bermain air di pantai.
Keindahan pantai ini semakin nyata saat air laut surut, sehingga kehidupan terumbu karang di pantai tersingkap dan dapat diamati keindahan serta keunikannya. Anak-anak saya senang sekali mengamati hewan-hewan laut yang mereka temukan saat air laut surut itu, ada aneka siput, ikan karang, landak laut dan kepiting. Saking asyiknya bermain dengan hewan-hewan laut, sampai-sampai kami tidak berminat untuk menikmati keindahan pulau kecil di sebelah kiri teluk yang bisa dijangkau dengan mudah di saat air laut surut tersebut. Pemandangan pulau kecil itu saya rasakan mirip dengan Tanah Lot di Bali. Sungguh, rasanya tak cukup puas kami menikmati keindahan Pantai Klayar hingga sore hari. Tetapi, mengingat pulangnya kami harus melewati jalan yang penuh liku dan berbahaya jika hari gelap, maka kami harus segera pulang sebelum senja hari. Suatu saat, jika ada kesempatan, saya ingin menikmati indahnya Pantai Klayar lagi, dengan satu syarat jika akses menuju ke pantai ini sudah aman dan nyaman bagi pengunjung.

Pacitan, 5 November 2013