Karena
diminta untuk membimbing studi ekskursi oleh mahasiswa-mahasiswa saya, maka
saya jadi mengenal Kebun Raya Baturaden. Awalnya saya membayangkan bahwa kebun
raya ini seperti Kebun Raya Bogor, tetapi ternyata sama sekali berbeda.
Kawasan
yang ditetapkan sebagai Kebun Raya Baturaden melalui SK Menteri Kehutanan Tahun
2004 ini terletak di lereng selatan Gunung Slamet, tepatnya di Kecamatan Baturaden,
Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa Tengah dengan luas 143,5 ha dan pada
ketinggian antara 700-1100 m dpl. Kebun raya ini merupakan kawasan konservasi
tumbuhan baik secara insitu maupun eksitu yang mengkhususkan diri pada berbagai
jenis tumbuhan dari pegunungan Jawa sebagai koleksinya.
Untuk
memasuki kebun raya ini harus melalui pintu gerbang Wanawisata Baturaden dengan
mobil atau motor, karena bis tidak bisa masuk. Wanawisata Baturaden yang
dikelola oleh “Palawi”, perusahaan yang berada di bawah Perum Perhutani, mencakup
3 lokasi wisata, yaitu “Pancuran Pitu”, “Pancuran Telu” dan “Telaga Sunyi”.
Masing-masing lokasi tersebut dikenakan tiket masuk.
Meskipun
berada dalam satu pintu gerbang, Kebun Raya Baturaden bukan di bawah manajemen “Palawi”,
melainkan di bawah manajemen kolaborasi antara Litbang Kehutanan Departemen
Kehutanan, Pemda Jawa Tengah, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Perum
Perhutani dan Pemda Banyumas.
Sekitar
2 km dari pintu gerbang Wanawisata, terdapat gapura bertuliskan Kebun Raya
Baturaden. Itulah tanda bahwa area di sini telah termasuk ke dalam Kebun Raya
Baturaden. Karena saya beserta 40 mahasiswa dan seorang asisten adalah tamu
resmi, maka kami disambut oleh Kepala Kebun Raya Baturaden secara langsung
beserta para anak buah beliau. Kami pun mendapatkan banyak kemudahan selama dua
hari mengadakan studi ekskursi di sini, termasuk mendapatkan informasi yang
sangat memadai dan fasilitas tenaga pemandu untuk menjelajah hutan Kebun Raya
ini. Dari sini saya tahu bahwa ternyata Kebun Raya Baturaden menyajikan menu
komplit sebagai tujuan wisata.
Menu 1: Rekreasi
Bagi
pengunjung yang hanya ingin bersantai tanpa harus bersusah-payah masuk hutan,
tersedia menu Air Terjun Beta dan Air Terjun Kartam. Menurut Pak Indra, seorang
staf Kebun Raya Baturaden, nama “Kartam” mengacu pada nama orang yang menemukan
air terjun ini pertama kali, sedangkan untuk nama “Beta”, tidak ada penjelasan
pasti tentang itu.
Air
Terjun Beta terletak sekitar 100 m dari lokasi kantor kebun raya. Dari kantor
tersebut ambil arah kiri kemudian jalan kaki menuruni bukit. Pihak kebun raya
sudah membuat track dengan
batu-batuan untuk memudahkan perjalanan. Meskipun begitu, musim hujan membuat
jalan setapak ini cukup licin untuk dilalui, sehingga perlu hati-hati
melewatinya, apalagi di sebelah kanan jalan setapak ini adalah jurang. Beberapa
mahasiswa saya sempat hampir terjatuh.
Menikmati
air terjun ini sama halnya dengan menikmati air terjun-air terjun di
tempat-tempat wisata lainnya, yaitu menikmati sensasi cipratan air, suara
gemuruh air yang jatuh dari atas bukit, hawa segar dan dinginnya air saat
menyentuhnya. Sensasi kesegaran itu menghilangkan segala penat di badan dan
pikiran.
Batu-batu
besar tampak berserak di bawah air terjun Beta. Perlu hati-hati untuk berpijak
pada batu-batu ini karena sangat licin. Beberapa mahasiswa saya sampai basah
kuyup karena terpeleset dan jatuh ke air yang mengalir di bawah air terjun
tersebut.
Air
Terjun Kartam lebih dekat dan mudah dijangkau dari lokasi kantor kebun raya,
sekitar 50 meter arah belakang kantor. Untuk sampai ke sana pun tidak perlu
bersusah payah menaiki atau menuruni track,
karena letaknya cukup dekat dengan jalan utama beraspal tipis yang membelah
kebun raya ini. Berbeda dengan Air Terjun Beta, di bawah Air Terjun Kartam
tidak terserak batu-batuan yang licin tetapi berupa telaga kecil yang menampung
jatuhan air dari atas, yang sebagian meluap menjadi aliran sungai kecil dan
akhirnya bertemu dengan Air terjun Beta. Tentu saja airnya juga jernih dan
menyegarkan. Di sebelah kanan air terjun juga terdapat gua kecil seperti di Air
Terjun Beta.
Baik
Air Terjun Beta maupun Air Terjun Kartam hanya bisa dinikmati pada musim hujan
karena pada musim kemarau kedua air terjun itu kering. Beruntunglah saya dan
rombongan karena datang ke Kebun Raya Baturaden pada saat musim hujan.
Menu 2: Petualangan
Bagi
yang suka petualangan, menjelajah hutan damar dapat menjadi pilihan yang
menyenangkan. Memang, tegakan dominan di Kebun Raya Baturaden adalah damar (Agathis dammara (Lamb.) Rich). Pohon-pohon
ini adalah peninggalan Perum Perhutani yang kemudian menjadi bagian dari Kebun
Raya Baturaden, sehingga Perum Perhutani masih sesekali menyadap getahnya. Pohon
pinus juga ada, tetapi sedikit terdapat.
Telah ada jalur berupa jalan setapak untuk menjelajah
hutan ini. Itulah jalur yang biasa dilalui oleh petugas kantor kebun raya untuk
patroli hutan sekaligus melakukan eksplorasi jenis-jenis tumbuhan khas hutan
ini yang perlu diinventarisasi ataupun dibudidayakan di dalam rumah kaca (green house) yang terletak di dekat
kantor. Perlu hati-hati menyusuri jalan setapak yang dirimbuni oleh vegetasi
bawah yang didominasi oleh pacing hutan (Costus
sp.) ini di saat musim hujan,
karena jalannya licin dan banyak pacet yang siap menempel pada kaki dan
menyedot darah. Beberapa mahasiswa saya telah merasakan dihisap pacet di
kakinya dan juga terjatuh saat menaiki maupun menuruni jalan setapak ini.
Aktivitas yang menarik dalam menjelajah hutan ini adalah
mengamati burung dan anggrek hutan yang sedang berbunga. Saya jadi merasa
menyatu dengan alam. Kelembaban udara yang mencapai 80% memang sangat mendukung
sebagai habitat berbagai jenis anggrek hutan. Cukup banyak juga jenis anggrek
yang tumbuh secara alami di hutan ini, baik yang bersifat epifit maupun
saprofit (anggrek tanah), sedangkan burung yang dominan adalah jenis
elang-elangan. Tentunya diperlukan teropong untuk bisa mengamati burung dengan
jelas. Untuk pengamatan hewan, selain pengamatan burung, menarik juga melakukan
pengamatan serangga, terutama dari kelompok Lepidoptera atau kupu-kupuan.
Tentunya hal ini sangat menarik bagi saya yang mendalami Ekologi dan Ilmu
Lingkungan.
Vegetasi bawah beraneka jenis juga menghuni hutan damar
ini. Selain pacing, juga ada bemacam paku-pakuan, pandan, rotan, bermacam
tanaman merambat (liana), talas-talasan, dll. Inilah sumber plasma nutfah yang
sangat berharga. Sayangnya saya tidak sempat menemukan tumbuhan kantong semar (Nepenthes) saat menyusuri hutan, karena
saya hanya sampai di ketinggian 939 m dpl, sedangkan tumbuhan itu biasanya
mulai muncul di ketinggian sekitar 1000 m dpl.
Inilah
sebenarnya tujuan saya dan rombongan mahasiswa saya datang ke Kebun Raya
Baturaden, yaitu studi ekskursi. Keempat puluh mahasiswa saya itu terbagi dalam
tiga kelompok, kelompok pertama melakukan observasi burung, kelompok ke-2
anggrek hutan, dan kelompok ke-3 mengamati serangga. Mereka telah siap dengan
metode observasi. Data yang didapatkan akan dibuat laporan dan nantinya sayalah
yang mengoreksi dan memberikan penilaian.
Untuk
keperluan pendidikan dan penelitian, pihak kebun raya mempunyai dua green house, satu untuk koleksi Nepenthes dan satu untuk koleksi
anggrek. Pihak kebun raya juga membuka kesempatan bagi siapapun untuk menjalin
kerja sama penelitian. Di tempat ini juga sering dipakai untuk praktek kerja
lapangan (PKL) oleh para mahasiswa. Saat saya datang, beberapa mahasiswa dari
UNSUD Purwokerto sedang PKL di tempat ini.
Itulah
menu komplit yang tersedia di Kebun Raya Baturaden. Tertarik? Silakan mencobanya.....
Baturaden,
21-23 Januari 2013
Terimakasih kepada Ibu Tien yang sudah menampilkan tulisan tentang Kebun Raya Baturraden. Saya dulu pernah menjadi staf di Kebun Raya tersebut, memang menyenangkan.
BalasHapusSama-sama. Semoga tulisan ini bermanfaat sebagai bentuk promosi bagi Kebun Raya Baturaden. Pindah dari Kebun Raya tahun berapa?
BalasHapusada jalur buat bersepedaan gak ya
BalasHapusSetahu saya belum ada jalur buat sepeda...
Hapus