Rabu, 22 Agustus 2012

SENSASI BERKUDA DI KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO




Saya tulis artikel ini atas permintaan seorang teman yang ingin mengekspos pengalaman mengasyikkan sekaligus sensasional berkuda menyusuri jalan setapak bertepi jurang, naik turun bukit, sambil menikmati pesona alam di sekitar Candi Gedong Songo.  Gedong Songo adalah nama kompleks candi Hindu yang terdiri atas sembilan candi, terletak di desa Candi, kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Kesembilan candi ini letaknya terpencar di lereng Gunung Ungaran, di ketinggian 1200 m di atas permukaan laut. Lokasinya terletak satu kompleks dengan tempat wisata Bandungan yang merupakan wisata pegunungan dengan suhu yang sejuk, berkisar antara 19-270C. 
Bagaimana menuju Candi Gedong Songo?
Kunjungan ini saya lakukan di Tahun 2009. Saya berangkat rame-rame bersama teman-teman sekolah S3 saya dari Yogyakarta ke Ambarawa, kemudian naik ke Bandungan. Perjalanan dari Ambarawa ke Bandungan harus hati-hati, karena jalannya naik dengan kemiringan sangat tajam, rata-rata 40o. Setelah menempuh jarak sekitar 15 km, sampailah kami ke Bandungan.  Pintu masuk menuju lokasi Candi Gedong Songo sama dengan pintu masuk ke obyek wisata Bandungan. Dari lokasi obyek wisata Bandungan ke lokasi Candi Gedong Songo bisa ditempuh dengan jalan kaki sekitar 10 menit, tetapi untuk mencapai semua candi yang letaknya saling berjauhan tentunya memerlukan waktu yang cukup lama dan melelahkan jika harus ditempuh dengan jalan kaki, sehingga naik kuda menjadi alternatif pilihan.  Tetapi, bagi yang suka olah raga jalan kaki, tentunya tidak menjadi masalah.
Sebelum memasuki obyek wisata Bandungan, kami sempatkan mengunjungi pabrik tahu sekaligus belanja untuk oleh-oleh. Tak lupa pula kami menikmati tahu goreng yang masih hangat dan susu sari kedelai langsung di lokasi pabrik. Asyik juga menikmati kehangatan susu kedelai dan tahu goreng yang lezat di daerah dingin seperti ini. Pabrik tahu ini memang sangat terkenal dan menjadi tujuan wisata kuliner di Bandungan. Sayangnya, saya lupa nama pabrik tahunya.
Setelah puas menikmati wisata kuliner di pabrik tahu, barulah kami menuju obyek wisata Bandungan. Sebelum memasuki pintu gerbang, kami mampir di Pasar Bandungan untuk membeli aneka buah dan sayuran untuk oleh-oleh. Harganya lebih murah daripada kalau membeli di Yogyakarta. Saya pun memilih membeli nangka, pisang, ubi jalar dan kelengkeng kesukaan saya. Nangka dari daerah sini sangat manis, pisang mas dan pisang ambonnya juga enak dan sangat murah, tetapi sayangnya kelengkeng yang dijual di sini sangat jarang yang varietas lokal, lebih banyak varietas impor yang buahnya besar-besar dengan rasa manis yang menurut saya bikin eneg, tidak seperti kelengkeng lokal yang meski buahnya lebih kecil tetapi rasa manisnya pas di lidah.
Setelah memasukkan barang-barang belanjaan yang dibeli di Pasar Bandungan ke dalam bagasi mobil, barulah kami memasuki gerbang wisata Bandungan. Lokasi wisata ini cukup ramai dikunjungi wisatawan, termasuk juga wisatawan asing. Pengelolaannya juga cukup bagus. Kami pun kemudian mencari tempat yang nyaman untuk menggelar tikar, duduk-duduk lesehan sambil ngobrol dan makan bekal yang kami bawa. Acara lutisan pun digelar. Asyik juga kumpul-kumpul bersama teman-teman di tempat wisata ini.
Setelah cukup puas ngobrol dan bercanda-tawa, serta perut pun telah terasa kenyang, barulah saya berpikir untuk mencoba naik ke atas menikmati Candi Gedong Songo. Hanya saya dan seorang teman yang tertarik mencoba petualangan berkuda menyusuri lokasi candi demi candi, sedangkan yang lainnya merasa malas atau karena tidak berani berkuda. Tentu saja, saya pun tidak berani berkuda tanpa pawangnya. Artinya, si pemilik kuda mendampingi dan memandu saya menyusuri jalan setapak bertepi jurang menuju lokasi candi demi candi yang semuanya berjumlah sembilan itu.

Sensasi berkuda dan pemandangan alam yang menakjubkan
Ternyata cukup sulit juga mengendalikan kuda dengan jalanan yang naik turun bukit. Untungnya, pemilik kuda selalu siap memberikan panduan kepada saya bagaimana cara mengendalikan tali kekang kuda dan bagaimana posisi badan dan kaki yang benar saat jalan menanjak dan bagaimana saat menurun. Ah, betul-betul sensasional, serasa sedang menjadi prajurit berkuda dari pasukan perang Pangeran Diponegoro. Sebenarnya saya sempat takut juga saat  melihat jurang yang menganga lebar di samping saya dan jalan setapak sempit yang harus saya lewati.  Tetapi, rasa takut itu pelan-pelan menghilang terhibur oleh pemandangan alam yang sangat indah, dengan jejeran pohon-pohon pinus yang seakan tertata rapih. 
Di tengah jalan, kuda yang saya naiki memberi sinyal pengin pipis, maka sang pawang pun meminta saya untuk menghentikan kuda dan memberi waktu bagi sang kuda untuk melaksanakan hajatnya. Sekitar sepuluh menit kemudian, saya mulai berjumpa dengan salah satu dari kompleks Candi Gedong Songo. Saya tidak sempat turun dari kuda untuk menikmati candi demi candi dari dekat, karena teman-teman saya telah menunggu di bawah. Tetapi yang penting,  saya tetap bisa menikmati candi demi candi yang saya temui dari atas kuda yang saya tunggangi.
Candi Gedong Songo yang merupakan peninggalan Wangsa Syailendra ini memiliki persamaan dengan kompleks Candi Dieng di Wonosobo. Candi ini ditemukan oleh Raffles pada Tahun 1804. Di area kompleks candi ini juga terdapat sumber mata air panas  yang mengandung belerang. Bagi yang berminat, bisa mandi di kamar mandi yang tersedia dengan air panas yang bersumber dari mata air panas tersebut, atau boleh saja hanya bermain-main air atau sekedar cuci kaki di sumber mata air panas yang dipercaya  bisa menyembuhkan bermacam penyakit kulit ini. Uap belerang begitu terasa saat saya sejenak berada di dekatnya.
Di salah satu sudut bukit ini saya juga bisa menyaksikan Rawa Pening di kejauhan nun di bawah sana. Pemandangan dari atas bukit ini sangatlah indah. Di belahan bukit lainnya terdapat tanah yang cukup lapang yang dijadikan area perkemahan. Saya pun sempat bertemu dengan rombongan satu keluarga bule yang sedang menyusuri setiap sudut bukit dengan berjalan jaki  Ah, tidak rugi saya telah melawan rasa takut untuk mendapatkan pengalaman petualangan berkuda yang sensasional, serta pemandangan alam yang sangat indah untuk memanjakan mata. Dalam hati saya berniat, suatu saat saya akan mengajak anak-anak saya menapak tilas petualangan saya hari ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar