Minggu, 13 Januari 2013

AMDAL....OH AMDAL....KAU BUKAN KURSUS BIASA



     AMDAL yang merupakan singkatan dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, merupakan kajian tentang dampak penting suatu rencana kegiatan yang diperlukan untuk mengambil suatu keputusan. AMDAL diperlukan bagi pemilik rencana usaha atau kegiatan untuk mengajukan ijin usaha kepada instasi terkait. Saya tidak akan bercerita lebih lanjut tentang seluk-beluk AMDAL, tetapi sisi non akademiklah yang ingin saya kisahkan di sini.
   Cerita ini berawal ketika kampus saya diwajibkan menyusun AMDAL untuk mengembangkan kampus yang terletak di Wates, Kulon Progo. Saya ditunjuk sebagai salah satu anggota tim penyusun AMDAL itu. Karena saya belum mempunyai sertifikat penyusun AMDAL sebagai salah satu syarat sebagai tim penyusun AMDAL, maka saya ditugaskan utnuk mengikuti pelatihan AMDAL B di Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) Universitas Gadjah Mada (UGM). Saya pun akhirnya mengikuti pelatihan atau kursus itu dari tanggal 5 November hingga 14 Desember 2012, dan termasuk dalam angkatan 59 atau biasa disebut dengan Angkatan B59. Karena pelatihan ini meninggalkan begitu banyak kesan, maka saya buat tulisan ini sebagai kenang-kenangan tak terlupakan bagi Angkatan B59. 
 
Nach, inilah cerita tentang AMDAL B59.
1. Presensi yang sangat ketat
Saya tidak mengira bahwa kursus AMDAL dilaksanakan full setiap hari dari Senin sampai Sabtu, dari pukul 7.30 – 17.00 WIB. Dan, aturan mainnya ternyata juga sangat ketat, bahwa peserta kursus hanya diijinkan membolos maksimal sebanyak 1o persen dari waktu total kursus, alias maksimal 3 hari full atau 15 sesi tatap muka. Padahal bulan November-Desember adalah waktu-waktu aktif perkuliahan. Bayangkan, saya yang seorang dosen tentu saja harus berbagi waktu antara mengajar dan mengikuti kursus ini.
Pada awalnya saya bisa membolos kursus dengan sukses untuk mengajar di kampus. Tetapi akhirnya saya ditegur juga dan diberi peringatan oleh Ketua Penyelenggara, jika sampai melewati batas maksimal absen maka saya tidak akan mendapatkan sertifikat AMDAL yang menjadi tujuan utama saya mengikuti kursus ini. Akhirnya saya diberi solusi untuk memindah jam mengajar saya di malam hari. Saya pun tidak punya pilihan, jam mengajar saya pindah menjadi sore sepulang kursus sampai malam, dan sebagian kelas saya serahkan pada asisten. Inilah pertama kalinya saya mengajar di malam hari. Betapa capeknya beraktivitas full dari pagi sampai jam 7 malam. Tapi ini saya anggap sebagai risiko dan sarana pembelajaran buat saya. Yang terpenting adalah suami saya bisa memaklumi kondisi ini, toh hanya 1,5 bulan saja, dan pulang malam juga tidak setiap hari.
Sebenarnya ada juga seorang teman yang sering mbolos setelah tanda tangan di lembar presensi, tapi tidak ketahuan. Itu karena dari total 21 orang peserta Angkatan B59, hanya 4 orang yang perempuan. Itulah mengapa teman saya yang laki-laki itu bisa membolos dengan sukses, sedangkan saya yang perempuan akan langsung ketahuan.
Karena ketatnya presensi itulah maka kami semua saling mengingkatkan, agar tidak lupa untuk tanda tangan di lembar presensi. Ya, kami harus tanda tangan 4 kali dalam sehari sesuai pergantian sesi.
2. Kurikulum hebat
Kurikulum kursus memang dirancang hebat, alias dengan waktu yang terbatas bisa menghasilkan lulusan yang siap menyusun dokumen AMDAL. Oleh karena itulah kami diharuskan memperoleh teori dasar-dasar AMDAL, praktek kegiatan lapangan, praktek menyusun dokumen AMDAL dan praktek sidang AMDAL dengan simulasi-simulasi. Kami pun harus menempuh ujian tertulis dan lesan. Ujian tulis dilaksanakan sebelum kami terjun ambil data di lapangan dan ujian lesan dilaksanakan di hari terakhir sebelum acara penutupan.
Menjelang ujian tertulis, kelas kami mendapatkan bocoran soal dari angkatan B58 yang telah lebih dulu ujian.  Kami yang tidak cukup waktu untuk belajar, karena setiap hari sampai rumah atau kos sudah capek, apalagi sehari sebelumnya kami harus nglembur menyelesaikan dokumen KA-ANDAL (Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan), maka kami pun hanya mengandalkan berlatih menjawab soal bocoran itu, meski kami tidak pernah tahu kunci jawabannya. Ternyata soal ujian untuk angkatan kami sama persis dengan soal ujian angkatan B58. Tetapi, meski telah mendapatkan bocoran, tetap saja ada teman yang harus mengulang ujian  karena nilainya jelek.
Ujian lesan diadakan pada saat kami masih merasakan capek yang luar biasa setelah nglembur 3 hari 3 malam menyelesaikan dokumen AMDAL dan perbaikannya, maka tidak heran ada beberapa teman yang harus mengulang ujian lesan ini. Hal itu juga karena ada dosen penguji yang tidak jelas dalam memberikan pertanyaan sehingga menyulitkan teman-teman yang tidak lulus itu dalam menjawabnya. Saya sendiri yang tidak sempat belajar tertolong dengan selalu mengingat penjelasan-penjelasan Bu Endang, dosen favorit saya, tentang seluk- beluk AMDAL dan tahap-tahap penyusunannya. Bagi saya, penjelasan-penjelasan beliau paling mudah untuk diingat sehingga selalu membekas dalam ingatan saya.
 3. Intrik-intrik
Kami terbagi dalam dua kelompok kerja. Saya sendiri termasuk dalam Kelompok I yang diketuai Pak Dion, sedangkan Kelompok II diketuai Pak Satino. Sesuai kurikulum maka kami dituntut untuk bisa bekerja sama dalam menyusun dokumen AMDAL. Untuk itulah diskusi menjadi hal penting yang harus dilakukan.
Dalam diskusi ini seringkali terjadi perbedaan pendapat. Hal itu sebenarnya biasa dalam sebuah proses penyusunan dokumen AMDAL. Hanya saja, di kelompok saya ada seorang teman yang mempunyai watak keras dan terkesan menang sendiri. Dia selalu menganggap bahwa pendapatnyalah yang paling benar, bahwa dia tidak pernah salah. Tentu saja ini menjadi bagian terberat bagi kelompok kami setiap kali mengerjakan tugas kelompok. Hampir semua teman satu kelompok telah terkena imbasnya, beradu mulut dengan dia. Bahkan ada yang tidak tahan dan ingin mengajak berkelahi. Untunglah sikap profesional tetap kami pegang teguh, sehingga intrik ini tidak berkepanjangan dan kelompok kami pun tetap bisa menyelesaikan tugas-tugas kelompok dengan baik. Semarah apapun kami pada dia, kami tetap menjaga hubungan baik, tetap bergaul dengan baik. Meski kalau sudah berada di meja diskusi, kami akan bersikap lebih hati-hati terhadap dia. Kami berusaha positive thinking bahwa mungkin karena homesick maka dia bersikap anomali seperti itu, jarang membaur dengan teman, suka menyendiri dan selalu ngotot serta menang sendiri di forum diskusi.
Lucunya, di setiap ada kesempatan bergurau dengan teman anggota Kelompok II, saya dan teman satu kelompok selalu mengatakan ingin menghibahkan seorang anggota baru kepada Kelompok II, yaitu Si Anomali itu, atau dengan cara tukar tambah. Tentu saja penawaran kami ini ditolak mentah-mentah oleh kelompok II karena mereka pun tahu bagaimana perilaku Si Anomali ini....hehe.
Selain ada Si Anomali, kelompok saya memang harus bekerja lebih keras daripada Kelompok II. Hal ini karena di Kelompok II ada Pak Rozaq yang notabene telah punya banyak pengalaman menyusun dokumen AMDAL. Dia sebenarnya mengikuti kursus hanya sebagai formalitas untuk mendapatkan sertifikat AMDAL B saja. Tetapi untungnya dia tidak pelit berbagi ilmu dan pengalaman kepada kelompok saya, kalau ada hal-hal yang kami kurang paham kami sering bertanya pada Pak Rozaq.
 4. Terjun langsung ke lapangan
Sesuai kurikulum maka kami harus terjun langsung ke lapangan untuk memperoleh data-data pendukung dokumen AMDAL. Kelompok saya, Kelompok I, bertugas meng-AMDAL Kondominium Hotel dan Apartemen Mataram City yang terletak di Jalan Palagan Tentara Pelajar, sedangkan Kelompok II bertugas meng-AMDAL Hartono Life Style yang terletak di Jalan Ring Road Utara dekat POLDA DIY.  Pekerjaan ini sangat instan, bayangkan kami harus memperoleh  data geo-fisik kimia, biotik, sosial budaya dan kesehatan masyarakat dalam waktu 3 hari saja, hal yang mustahil jika menyusun dokumen AMDAL yang sesungguhnya. Tentu saja yang terpenting dari  kegiatan ini adalah praktek langsung bagaimana kerja di lapangan dalam memperoleh data yang dibutuhkan. Di sini juga perlu kerja sama tim yang baik. Tetapi, di tengah-tengah kesibukan kerja lapangan, teman-teman yang kebanyakan berasal dari luar kota masih saja menyempatkan diri berkomunikasi dengan keluarganya via telepon.
 5. Nggak kebagian konsumsi
Biaya kursus yang 9 juta rupiah per orang ini telah termasuk biaya konsumsi. Hal ini sangat membantu peserta karena padatnya jadwal sehingga kami tidak harus keluar dari PSLH untuk mencari makan.
Konsumsi disediakan 3 kali sesuai jadwal break, yaitu pagi pukul 9.00 – 9.30 wib dan sore pukul 15.00 – 15.30 wib untuk coffea break, serta break ISHOMA (istirahat-sholat-makan) pada pukul 12.30-13.30 wib. Di sinilah serunya. Pihak panitia menyediakan konsumsi dengan cara prasmanan, tetapi dengan jumlah porsi yang sangat dipas dengan jumlah peserta. Lebih parahnya lagi, ada lebih dari satu kelas kursus dengan meja konsumsi yang berbeda tetapi di setiap meja konsumsi yang terletak di ruangan berbeda itu tidak diberi label untuk kelas yang mana meja konsumsi tersebut. Akibatnya sering terjadi kekacauan karena banyak peserta dari kelas lain mengambil konsumsi yang sebenarnya disediakan untuk kelas kami.  Hal inilah yang seringkali membuat teman yang datang terlambat ke meja konsumsi, atau memilih sholat dulu baru makan siang, tidak kebagian lagi makanan alias makanan di meja konsumsi sudah ludes. Akhirnya kami seperti dulu-duluan untuk sampai di ruang makan. Setelah berulang kali kami protes ke panitia, barulah ada perbaikan di hari-hari terakhir kursus, porsi akan ditambah lagi begitu kami lapor bahwa makanan di meja telah habis.
 6. Jalan-jalan
Jalan-jalan menjadi acara selingan favorit terutama bagi peserta dari luar kota atau luar Jawa. Biasa dilakukan di malam hari atau di saat libur di hari Minggu. Lokasi utama yang dituju tentunya adalah lesehan Malioboro dan Candi Borobudur. Ada juga sebagian teman yang menyempatkan diri berpetualang ke Gua Pindul Di Gunung Kidul. Saya pribadi yang orang Yogya absen dengan kegiatan jalan-jalan ini, hanya sekali saja saya mendampingi teman-teman satu kelompok ke daerah sekitar keraton untuk berburu batik, meski akhirnya justru saya sendiri yang keranjingan belanja...hehe.

7. Cinta lokasi alias cinlok
Selama 1,5 bulan berjuang bersama di kelas B59, jauh dari keluarga, akhirnya saya amati ada juga teman yang mengalami cinta lokasi. Yang namanya cinta lokasi, setelah kursus selesai dan perpisahan terjadi, maka berakhirlah special relation itu. Saya tidak akan mengulas kisah ini lebih jauh karena itu sudah menyangkut ranah pribadi yang sensitif.  Saya hanya berharap semoga itu bukan menjadi kisah yang ‘berbahaya’ yang tidak pantas untuk dikenang.
 8. Paparazi berkeliaran
Ada seorang teman satu kelompok saya yang suka sekali memotret teman-teman yang sedang dalam posisi atau pose ekstrim. Saya menjulukinya Si Paparazi. Dia punya banyak koleksi foto yang kemudian di-upload di facebook. Dan, teman yang paling sering menjadi korbannya adalah Pak Jupri, teman yang paling tua di antara kami semua. Pak Jupri ini paling suka tertidur di tengah-tengah jam pelajaran, bahkan saat praktikum menghitung arus lalu lintas di pinggir jalan pun, dia bisa tertidur pulas. Salah satu posenya yang paling heboh adalah saat dia mengenakan mantel berhujan-hujan ria sepulang dari kursus di kala senja.
 
9. Pengajar favorit

Para pengajar kursus adalah orang-orang ahli di bidangnya masing-masing. UGM memang terkenal sebagai gudangnya orang-orang pinter, dan PSLH UGM adalah penyelenggara kursus bonafid yang terakreditasi A. Ada beberapa pengajar yang menjadi favorit kami. Mayoritas peserta paling suka jika diajar Bu Endang Astuti, karena dalam memberikan kuliah sangat mudah dicerna dan dipahami. Kalau yang bapak-bapak sich ada juga yang suka dengan Bu Adhi Nilasari, karena berpenampilan seksi dan masih sangat muda, sedangkan yang perempuan ada juga yang suka dengan Pak Fahmi yang masih muda, ganteng dan berpostur atletis. Ah, semua itu hanya untuk peramai suasana dan penghilang rasa jenuh saja...



10. Mengusir homesick
Banyak cara mengusir homesick bagi teman-teman yang berasl dari luar kota atau luar Jawa, bisa dengan jalan-jalan, atau yang bapak-bapak dengan main bilyard rame-rame di malam hari sepulang kursus. Cara lain yang lebih mudah dilakukan adalah banyak kumpul-kumpul dan ngobrol-ngobrol bersama teman-teman.
Waktu break adalah saat tepat bagi kami untuk ngobrol ngalor-ngidul. Masing-masing dari kami punya tempat favorit untuk berkumpul, ngobrol sambil menikmati makan siang atau cemilan saat coffea break. Ada yang suka di ruang tamu, ada yang suka di bawah kanopi, dan ada yang suka duduk-duduk di teras setelah selesai makan. Tempat yang saya sebut terakhir ini merupakan tempat favorit bagi para ahli hisab alias para maniak rokok.
 11. Hebohnya nglembur paksa
Karena kurikulum yang sangat padat yang menyediakan waktu hanya 4 hari untuk menyusun 4 dokumen AMDAL, maka mau nggak mau membuat kami semua harus nglembur alias nglembur paksa. Bisa dibayangkan bagaimana hebohnya, kami harus nglembur sampai pagi, begadang semalaman. Saya pun sampai harus pulang menjelang shubuh. Suami saya sampai ikut nungguin saya nglembur sekalian menjemput saya pulang. Inilah untuk pertama kalinya saya kerja lembur 2 hari 2 malam nonstop dan kurang tidur. Sekali lagi, untungnya suami dan anak-anak saya tidak mengeluarkan protes, entah dalam hati mereka.
Untungnya saya tinggal di Yogya sehingga ada alasan untuk pulang. Lumayan juga bisa tidur sebentar  di rumah, dan kemudian datang lagi ke kursus pukul 7.30 pagi. Tetapi, teman-teman lain yang kos tidak ada alasan untuk pulang sehingga tetap bertahan di PSLH sampai pagi meski harus mencuri-curi waktu untuk tidur di sela-sela nglembur, tentu saja dengan kondisi yang sangat tidak nyaman. Kasihan juga jika melihat pose-pose tidur mereka...hehe.
Ada kejadian sangat lucu gara-gara nglembur paksa ini. Seorang teman satu kelompok, Pak Anjas, adalah orang yang paling rajin di kelompok saya. Dialah yang bertugas mengkompilasikan semua data dan file yang masuk dari masing-masing tim aspek lingkungan (ada 4 tim, yaitu tim aspek geofisik-kimia, biologi, sosial-budaya, dan kesehatan masyarakat). Pak Anjas jugalah yang bisa bertahan tidak tidur sama sekali semalaman. Nach, setelah semalaman begadang menyelesaikan 4 dokumen AMDAL sampai tidak pada pulang ke kos, paginya pukul 7.30 wib kami harus langsung mempresentasikan hasil lemburan kami itu ke simulasi sidang komisi AMDAL yang dipimpin oleh para dosen pembimbing. Giliran pertama adalah Kelompok I, Pak Anjas masih bisa bertahan melek. Setelah Kelompok I selesai presentasi dan mempertahankan dokumennya, kemudian giliran Kelompok II. Kali ini Pak Anjas sudah tidak tahan, akhirnya dia bersembunyi di kolong meja dan tidur pulas.
Dan, inilah kejadiannya. Berhubung pada sesi tanya jawab, setelah Kelompok II mempresentasikan hasil lemburannya tidak ada yang mau bertanya, maka Pak Prapto, dosen pembimbing yang memimpin sidang, memanggil kami kelompok I satu per satu agar mau bertanya kepada Kelompok II. Pas giliran Pak Anjas dipanggil, kami sekelompok sempat berpandang-pandangan sebentar, kami tidak mau Pak Anjas ketahuan kalau sedang ngumpet di kolong meja dan tidur pulas. Akhirnya saya dan beberapa teman menjawab panggilan Pak Prapto dan mengatakan bahwa Pak Anjas sedang ijin keluar sebentar. Nach, di saat  itulah ada suara dengkuran keras dari arah kolong meja tempat Pak Anjas tidur. Saya dan beberapa teman pun tersenyum geli menahan tawa, dan kemudian beberapa teman mengeluarkan suara deheman keras untuk menutupi suara dengkuran Pak Anjas....haha...
12. Joke dan musik peramai suasana
Di tengah kesibukan seringkali rasa jenuh melanda, apalagi di saat harus nglembur sampai dini hari. Maka terciptalah joke-joke peramai suasana dan penghibur hati bagi yang homesick. Di kalangan bapak-bapak di kelompok saya terkenal dengan joke “deterjen”, dan lagu yang kami putar di kala suasana sudah tampak tegang saat nglembur adalah lagunya Lina Geboy “Abang Jarang Pulang”. Karena ada fasilitas internet maka mudah bagi kami untuk mengakses youtube dan memutar lagu yang diinginkan. Lagu yang menurut saya tidak match dengan musiknya itu sebenarnya bukan lagu kesukaan kami, tetapi hanya sekedar joke penghibur suasana hati yang lara. Dan yang mempopulerkan dua joke itu adalah orang yang sama dari kelompok saya, yaitu Pak Barry. Selain dua joke itu, satu joke lagi yang populer di kelompok saya adalah joke “obrak-abrik” yang bermula dari Pak Dody.
Selain joke di kelompok, juga ada joke di kelas, dan Pak Jupri, peserta tertua di Angkatan B59, yang selalu menjadi sasaran. Hal ini terjadi di minggu-minggu awal saat pelajaran teori masih sangat padat. Saat badan terasa letih dan rasa kantuk mulai mendera, terutama di kelas sore, maka Pak Dion akan menyuruh Pak Jupri untuk bertanya kepada dosen, bahkan seringkali Pak Dion memberikan catatan pertanyaan untuk ditanyakan oleh Pak Jupri. Hal ini karena setiap kali Pak Jupri mengajukan pertanyaan selalu saja mengundang tawa, apalagi seringkali apa yang ditanyakan oleh Pak Jupri sangat jauh menyimpang dari topik atau materi yang sedang dajarkan di kelas.
 13. Lulusan terbaik
Kami semua tidak mengira bahwa aktivitas kami sehari-hari di kelas dinilai oleh para dosen, dan setelah digabungkan dengan nilai hasil ujian tertulis dan lesan kemudian diranking. Dan, di akhir acara pelatihan yaitu saat acara penutupan dan pembagian sertifikat, diumumkanlah dua orang lulusan terbaik.  Yang pertama dipanggil adalah Pak Barry sebagai lulusan terbaik ke-2. Dan tak pernah saya duga, sayalah yang kemudian dipanggil sebagai lulusan terbaik pertama. Karena sejak awal saya memang tidak mencari prestasi di sini, niat saya hanyalah dapat memahami AMDAL dengan baik dan mendapatkan sertifikat sesuai dengan tugas dari kampus saya. Alhamdulillah, inilah bonus yang diberikan Tuhan pada saya dan saya persembahkan untuk suami dan anak-anak saya yang telah rela kehilangan banyak waktu bersama saya selama saya mengikuti pelatihan AMDAL ini.
Sebagai lulusan terbaik maka saya dan Pak Barry mendapatkan piagam khusus dan kenang-kenangan spesial dari PSLH UGM. Lucunya, saya dan Pak Barry sama-sama berasal dari Kelompok I, dan di malam sebelum acara penutupan kami berdua bekerja sama memasukkan data untuk tabel di dokumen RKL (Rencana Pengelolaan Lingkungan). Saat ujian lesan, isi tabel RKL itu menjadi salah satu hal yang ditanyakan, sehingga kami pun lancar jaya saat menjawab pertanyaan-pertanyaan dari dosen penguji, dan tentunya itu membuat nilai ujian lesan kami tinggi.
 14. Saatnya berpisah
Dan akhirnya berakhirlah seluruh rangkaian kegiatan kursus AMDAL ini, saatnya kami semua berpisah untuk kembali ke instansi atau daerahnya masing-masing. Rasanya begitu berat setelah kebersamaan kami selama 1,5 bulan, berjuang bersama menyelesaikan dokumen-dokumen AMDAL, apalagi bagi yang mengalami cinlok. Bahkan, beberapa teman dari Kelompok II ada yang menyiapkan kaos untuk ditandatangani oleh semua peserta Angkatan B59, sebagai kenang-kenangan katanya.
Selesai acara penutupan, kami masih meluangkan waktu untuk makan bersama di warung pinggir jalan, dan ada sebagian teman-teman yang melanjutkan acara kumpul-kumpul di restoran Bukit Bintang di Patuk, Gunung Kidul. Saya sendiri tidak bisa ikut karena ada acara keluarga.


15. Tetap terhubung dalam grup facebook
Begitu kuatnya ikatan emosi di antara kami maka kami masih tetap terhubung dalam grup facebook AMDAL B59. Di awal-awal setelah selesai kursus, topik diskusi di grup ini adalah bernostalgia tentang momen-momen yang berkesan selama kursus. Begitu berkesannya sehingga salah seorang dari kami, Pak Robby,  mengabadikan AMDAL B59 dalam pose under water yang sangat keren.
Semoga silaturahim ini tetap terus terjaga sepanjang waktu, meski hanya lewat facebook.

Yogyakarta, 12 Januari 2013
Titien D.J.

Dedicated to AMDAL B59 group.
NB: Sorry ya teman-teman, ini cerita menurut versiku, jadi maaf bila ada yang kurang atau kelebihan...

41 komentar:

  1. siip...
    bu Tien ada bakat terpendam sebagai ahli penulisan sejarah...paling tidak sejarah kursus B59.
    he..he..
    sukses selalu njih bu..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe...tetapi ada yang kelupaan tuch, ingetnya pas sudah diupload, yaitu kisah Pak Rozaq yang kena marah Pak Darma karena datang ujian telat shg harus ngulang ujian...hehe
      Btw, thanks doanya ya...Sukses juga buat Pak Rozaq ya...

      Hapus
  2. selamat pagi..
    saya mau tany ibu,alamat web resmi PSLH UGM itu apa?
    yang kedua apakah pelatihan diklat ini bisa digunakan untuk mendapat pekerjaan?

    BalasHapus
  3. Salam kenal Mas Yayan...
    Maaf ya, baru sempet balas. Alamat web UGM www.ugm.ac.id terus nanti cari subdirektori PSLH UGM saja. Untuk jawaban pertanyaan ke-2, pada intinya sertifikat AMDAL B itu semacam ijazahnya para konsultan penyusun dokumen AMDAL, nach kalau sudah punya ijazah ya bisa dipakai untuk kerja menjadi konsultan AMDAL, bisa bergabung dengan perusahaan penyedia jasa konsultan AMDAL. Yang perlu saya tambahi adalah, peraturan hukum mensyaratkan bahwa anggota/konsultan penyusun dokumen AMDAL selain harus memiliki ijazah AMDAL B, juga sertifikat kompetensi, yach semacam guru yang tersertifikasi lah. NAch untuk mendapatkan sertifat kompetensi ini harus mengikuti ujian di lembaga rujukan pemerintah, INTAKINDO, tentunya setelah punya sertifikat/ijazah AMDAL B ya..
    NAch, selamat mencoba ya...

    BalasHapus
  4. kk mau tanya tentang kursus amdal
    klau untuk daerah jogjakarta itu di daerah mna ya??

    BalasHapus
  5. Saya hanya tahu 2; PSLH UGM dan Wanawiyata STTL

    BalasHapus
  6. Maaf bu, mau nanya, utk bs ikut kursus amdal type b, apakah hrs lulus / py sertifikat amdal type A?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trima kasih atas pertanyaannya. Aturan baru yg berlaku sekarang adalah syarat untuk bisa mengikuti kursus AMDAL B harus punya sertifikat AMDAL A dulu. Kalau dulu sblm aturan itu berlaku, ijazah S2 Ilmu Lingkungan dapat disetarakan dg sertifikat AMDAL A tetapi sakarang tidak.

      Hapus
  7. bu apakah mahasiswa tingkat akhir bisa mengikuti kursus amdal tipe a?

    BalasHapus
  8. Untuk mengikuti kursus amdal A maupun B syaratnya harus punya ijazah S1.

    BalasHapus
  9. Setelah Dasar-Dasar Amdal sebaiknya dilanjutkan ikut
    Penilaian Amdal atau Penyusunan Amdal dulu ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menurut saya dilanjutkan ikut penyusunan amdal dulu, baru ke penilaian amdal

      Hapus
    2. Terimakasih Ibu Tien Aminatun... saya sudah selesai Dasar Amdal angkatan 96 lanjut ke Penyusunan Amdal Angkatan 67 PSLH UGM

      Hapus
  10. wah mahal kali yah kursusnya ampe 9 juta begitu :'(

    BalasHapus
  11. Di tempat atau lembaga lain ada kok yang lebih murah...bisa di STTL atau Wanawiyata di Yogyakarta, atau di UNS. DI PSLH UGM memang lebih mahal, tetapi insyaAllah sebanding kok dengan hasilnya....

    BalasHapus
  12. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  13. maaf bu sya mau tanyak, kalau kita punya sertifikat amdal A lalu kita mau cari kerja pada perusahan atau instansi lain, apakah sertifikat amdal itu berpengaruh pada saat pelamaran kerja dan brapa persen pengaruhnya ? trimakasih sbelumnya
    NB: saya bukan mahasiswa teknik lingkungan / ilmu lingkungan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sertifikat AMDAL A mungkin saja bisa berpengaruh saat melamar kerja di bidang yg terkait lingkungan, tapi mungkin tdk begitu banyak ya pengaruhnya, karena kalau mau fokus ke pekerjaan konsultasi lingkungan harus dilanjut dengan sertifikat AMDAL B dan bahkan sertifikat kompetensi keahlian. Semoga jawaban saya bisa mencerahkan....salam sukses.

      Hapus
  14. Assalamualaikum,wr,wb, Bu Tien, setelah saya baca sampai habis tulisan ibu, menambah semakin kuat detak jantung saya agar secepatnya bisa mengikuti training AMDAL walau usia sdh menjelang uzur, sempet merinding juga, tp itulah kehidupan,bu mau tanya kalau AMDAL,A itu tyrainingnya berapa hari ya?dan apa biayanya sama dengan yang B,terimakasih bu and salam buat keluarga,wasllm.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wa'alaikum salam...Maaf setelah 7 tahun baru buka lagi blok ini. Semoga Bapak telah mendapatkan jawabannya ya. Karena sekarang peraturan terkait AMDAL telah banyak berubah. AMDAL A sekarang trainingnya hanya sekitar 5-6 hari dan biayanya jauh lebih murah dari AMDAL B

      Hapus
  15. Assalamualaikum,wr,wb, Bu Tien, setelah saya baca sampai habis tulisan ibu, menambah semakin kuat detak jantung saya agar secepatnya bisa mengikuti training AMDAL walau usia sdh menjelang uzur, sempet merinding juga, tp itulah kehidupan,bu mau tanya kalau AMDAL,A itu tyrainingnya berapa hari ya?dan apa biayanya sama dengan yang B,terimakasih bu and salam buat keluarga,wasllm.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wa'alaikum salam wr.wb. Setahu saya kursus AMDAL A sekitar 1 minggu saja, untuk biayanya tergantung kita ikut di mana karena setiap penyelenggara bisa berbeda mematok biaya kursusnya. Bapak bisa menanyakan langsung ke lembaga penyelenggaranya. Kalau untuk PSLH UGM bisa browsing di webnya PSLH UGM. Demikian, semoga bermanfaat ya...

      Hapus
  16. ASS. WR-WB.BAGAIMANA TATA CARA PENDAFTARANNYA? APAKAH TIDAK ADA LOKASI UJIANNYA DI DAERAH SELAIN JAWA? MOHON PENJELASANNYA, SAYA BELUM ADA SERTIFIKAT SATUPUN. SAYA TERTARIK, BAGAIMANA CARANYA? BY:RIAU

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wa'alaikum salam....
      Untuk mendaftar kursus AMDAL A ataupun B tidak ada tes atau ujiannya, yang diperlukan hanya ijazah S1 saja. Tempatnya selain di Jawa, mungkin juga ada penyelenggara kursus AMDAL yang berlokasi di luar Jawa, Anda bisa browsing di internet. Kalau untuk ujian kompetensi (setelah punya sertifikat AMDAL), memang harus mengikutinya di Jakarta yang diadakan oleh INTAKINDO.
      Semoga bermanfaat....

      Hapus
  17. kalau daerah makassar ada yac kursus amdal. mohon infonya

    BalasHapus
  18. Maaf,baru sempat me-reply...
    Untuk daerah Makasar saya kurang tahu, mungkin bisa searching di Google ya...

    BalasHapus
  19. Maaf bu mau tanya,, Untuk ikut kursus amdal syaratnya harus S1 Tehnik Lingkungan atau bisa S1 Umum/atw apa aja,.,, Dan untuk awal kursus harus type A atw bisa Type B Langsung,..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf, baru sempat reply. Untuk ikut kursus AMDAL syaratnya hanya S1 saja, tidak harus S1 Teknik Lingkungan. Untuk awal kursus harus AMDAl A dulu baru bisa AMDAL B. Ok, selamat kursus ya...

      Hapus
  20. Maaf buk mau tanya,ketika saya kuliah di pasca sarjana jurusan pengeloaan sumber daya alam dan lingkungan saya sudah mendapatkan matakuliah amdal buk apakah bisa setara dengan sertifikat amdal a karena saya ada rencana mau ambil amdal b untuk sertifikat penyusun mohon pencerahannya buk terimahkasih buk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal...
      Setahu saya dulu sebelum berlaku aturan baru (sebelum th 2013), ijazah S2 Ilmu Lingkungan dan Pengelolaan Lingkungan disetarakan dengan sertifikat AMDAL A, sehingga sarjana S2 tersebut dapat langsung ambil kursus AMDAL B tanpa harus ambil AMDAL A dulu. Tapi setelah berlaku aturan yang baru, itu tidak berlaku lagi, sehingga harus ikut AMDAL A dulu baru bisa ambil AMDAL B. Tapi untuk lebih pastinya, coba langsunghubungi lembaga kursus terdekat ya, bisa ke PSLH UGM kalau domisili di Yogya.
      Semoga jawaban saya bisa mencerahkan....

      Hapus
  21. Assalamualaikum.
    Maaf bu mau tanya, apakah untuk mendapatkan sertifikat amdal A maupun B harus mengikuti pelatihan dasar-dasar amdal dan penyusunan amdal terlebih dahulu?
    Berhubung saya baru lulus S1 (belum pengalaman kerja) dan bukan dari jurusan ilmu lingkungan saya kurang paham dengan tahapannya. Tetapi saya tertarik untuk mengikuti pelatihan amdal.
    Mohon pencerahannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wa'alaikum salam...
      Iya, untuk mendapatkan sertifikat Amdal A dan B harus ikut kursus dasar2 Amdal dan penyusun Amdal dulu. Peserta kursus tidak harus dari jurusan lingkungan, jd bisa berasal dari background studi apa saja, karena Andal itu antarbidang. Demikian, semoga bisa mencerahkan ya...

      Hapus
  22. Ass. Mw bertanya ibu, biaya ntuk ikut kompetensi yg diadakan INTAKINDO brapa ya??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wa'alaikum salam...
      Dulu saya ikut uji kompetensi di intakindo akhir thn 2012 biayanya sekitar 3,5 juta. Kalau yg sekarang karena sistem agak berbeda, saya kurang tahu pasti berapa beayanya. Tp saya kira tdk akan jauh berbeda ya...

      Hapus
  23. Assalamualaikum
    Perkenalakan saya Rudi, bogor.
    Bu..klo ikut kursus amdal A..tetapi belum mendapat sertifikat kompetensi...apakah udah layak ikut proyek amdal?
    Maaf newbe ni

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wa'alaikum salam...
      Kalau hanya sekedar membantu menyusun nggak papa, tapi kalau sebagai anggota tim penyusun amdal (ATPA) harus punya sertifikat kompetensi dulu.

      Hapus
  24. Perkenalkan saya nico
    Dokter umum yang ingin fokus bidang amdal dan sudah ikut amdal A di pslh ugm

    Karena saya belum pernah ikut penyusunan amdal
    Dan latar belakang jauh berbeda

    Bagaimana dengan ujian akhir amdal B, apakah dipastikan semua lulus, walau mengulang di pelatihan periode itu

    Atas arahan Ibu, saya ucapkan terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf setelah 7 tahun saya baru buka lagi blok ini. Semoga pak dokter telah mendapatkan jawabnnya dan sudah aktif sebagai penyusun Amdal utk aspek Kesmas tentunya ya. Bahwa ujian tidak mesti langsung lulus tapi ada remidi sehingga diusahakan untuk tetap lulus dan mendapatkan sertifikat

      Hapus
  25. Saya mampir kesini 2021 Bu. Saya ingin kursus Amdal A dan B. Ingin ikut mengerjakan project-project.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf baru buka blog lagi. Semoga sudah tercapai keinginannya ya

      Hapus